Tasawuf/Akhlak

Sisi Batin Harus Lebih Baik dari Sisi Lahir

Sab, 29 Februari 2020 | 12:30 WIB

Sisi Batin Harus Lebih Baik dari Sisi Lahir

Doa Rasulullah: “Ya Allah, jadikanlah bantinku lebih baik daripada lahirku dan jadikanlah lahirku baik pula”

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya agar lebih mengutamakan sisi batin daripada sisi lahir. Hal ini karena sisi batin bersifat ukhrawi dan sisi lahir cenderung duniawi. Oleh karena itu sisi batin seseorang harus diupayakan lebih baik daripada sisi lahir. Artinya kebaikan sisi lahir tidak boleh mengalahkan sisi batinnya.

 

Hal seperti itulah yang dinasihatkan Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risâlatul Mu‘âwanah wal Mudzâharah wal Muwâzarah (Dar Al-Hawi:1994, hal. 33) sebagaimana kutipan berikut:

 

وعليك يا أخي بإصلاح سريرتك حتى تصير خيرا من علانيتك الصالحة، وذلك لأن السريرة موضع نظرالحق، والعلانية مطمح نظرالخلق.

 

Artinya: “Hendaknya Anda wahai saudaraku, selalu mengusahakan sisi batin lebih baik sehingga terwujud sisi batin yang lebih baik daripada sisi lahir Anda yang baik pula. Seperti itulah seharusnya, karena sisi batin seseorang adalah arah pandangan Allah subhanu wataála, sedang sisi lahirnya adalah batas terjauh pandangan makhluk.

 

 

Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut:

 

Pertama, orang mukmin harus senantiasa mengusahakan sisi batin yang lebih baik sehingga keadaannya lebih baik daripada sisi lahir. Yang dimaksud dengan sisi batin adalah sisi yang dilihat Allah subhanahu wa ta’ala seperti keimaman yang mencakup keenam Rukun Iman dan dan ketaatan kepada-Nya dengan menjalankan kelima Rukun Islam dan perintah-perintah lainnya serta meninggalkan larangan-larangan-Nya.

 

Sedangkan yang dimaksud sisi lahir adalah penampilan dan gerak-gerik fisik yang dapat dilihat secara jelas oleh siapa saja. Penampilan fisik misalnya adalah mengenakan pakaian, cara bergaya termasuk dalam cara berbicara, memiliki dan menghuni rumah, memiliki dan mengendarai sarana transportasi, dan sebagainya.

 

Jika sisi batin seperi keimanan dan ketakwaan kepada Allah buruk dalam arti banyak kemaksiatan dilakukan, sementara sisi lahir bagus seperti mengenakan pakaian mewah, cara berbicara yang di atur sedemikian menarik, rumah yang dimiliki dan dihuni mewah dan mobil yang dekendarai sangat bagus dan mahal harganya, maka Allah tidak menyukai hal-hal demikian karena mengutamakan sisi lahir daripada sisi batin.

 

Kedua, sisi lahir harus diupayakan baik pula. Tetapi tentu saja kebaikannya tidak boleh mengalahkan kebaikan sisi batin. Jadi sebetulnya memang tidak ada larangan kita memiliki sisi lahir yang baik. Justru kita dianjurkan untuk juga membaguskan sisi lahir. Namun menjadi persoalan di hadapan Allah ketika sisi lahir lebih baik daripada sisi batin.

 

Contoh riil adalah jika seseorang berpenampilan menarik dalam kehidupan sehari-harinya dengan mengenakan pakaian yang bagus-bagus, tetapi bersamaan dengan itu perilakunya buruk sekali, maka Allah tidak menyukai hal seperti ini dan bahkan Allah marah. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits sebagai berikut:

 

ابغض العباد الى الله من كان ثوبه خيرا من عمله

 

Artinya, “Orang yang paling dimarahi (dibenci) oleh Allah adalah orang pakaiannya lebih baik daripada amalnya” (HR. Ad-Dailami dari Aisyah).

 

Ketiga, Allah hanya melihat sisi batin manusia. Artinya sisi lahir manusia tidak menarik bagi Allah subhananu wa ta’ala. Dalam kaitan ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:

 

إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم

 

Artinya, “ Allah tidak mengarahkan pandangan-Nya ke arah fisikmu tidak juga melihat ke arah wujud rupamu, tetapi Allah melihat ke arah hati dan perbuatanmu” (HR. Muslim).

 

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda sebagai berikut:

 

إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم

 

Artinya, “ Allah tidak melihat ke arah rupamu tidak juga ke arah hartamu, tetapi Allah melihat ke arah hati dan perbuatanmu'" (HR. Muslim).

 

Jadi seperti apapun wujud fisik dan rupa kita apakah ganteng atau sebaliknya, gagah atau sebaliknya, gendut atau sebaliknya, cantik atau sebaliknya, kaya atau sebaliknya; semua itu Allah tidak mempersoalkannya. Allah tidak menilai seseorang berdasarkan hal-hal fisik seperti itu. Allah hanya menilai apa yang ada dalam hati dan amal-amal saleh seperti syukur, ikhlas, qana’ah, kerendahan hati, kekhusyu’an, berbagai ibadah, dan sebagainya. Manusialah yang senantiasa meributkan sisi lahir mereka.

 

Keempat, manusia hanya mampu melihat sisi lahir seseorang karena hal itu merupakan batas terjauh pandangannya. Manusia secara umum tidak mampu melihat melewati batas-batas pandangnya hingga menembus hal-hal batiniah sehingga perhatian mereka lebih tertuju pada hal-hal lahiriah.

 

Oleh karena manusia lebih suka memperhatikan hal-hal lahiriyah, maka manusia juga dianjurkan memiliki sisi lahir yang baik. Dengan kata lain, idealnya manusia itu baik secara lahir dan batin sehingga Allah menyukai mereka karena kebaikan-kebaikan sisi batiniahnya. Demikian juga manusia saling menyukai karena kebaikan-kebaikan sisi lahiriahnya.

 

Tetapi sekali lagi kebaikan-kebaikan sisi lahiriah manusia tidak boleh melebihi kebaikan-kebaikan sisi batiniahnya karena Allah tidak menyukai hal demikian. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan tuntunan bacaan doa agar umatnya memiliki sisi batiniah yang lebih baik sekaligus sisi lahir yang baik pula sebagai berikut:

 

اَلَّلهُمَّ اجْعَلْ سَرِيْرَتِيْ خَيْرًا مِنْ عَلَانِيَتِيْ وَاجْعَلْ عَلَانِيَتِيْ صَالِحَةً

 

Artinya, “Ya Allah, jadikanlah bantinku lebih baik daripada lahirku dan jadikanlah lahirku baik pula” (HR. At-Tirmidzi).

 

 

 

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.