Khutbah

Khutbah Jumat: Proporsional dalam Memadukan Usaha dan Tawakal

Rabu, 7 Agustus 2024 | 16:00 WIB

Khutbah Jumat: Proporsional dalam Memadukan Usaha dan Tawakal

Ilustrasi keseimbangan. Sumber: Freepik

Sebagai manusia, kita sering terjebak dalam dalam dikotomi tawakal dan usaha. Padahal kita harus seimbang dan proporsional dalam memadukan usaha dan tawakal.


Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Proporsional dalam Memadukan Konsep Usaha dan Tawakal”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I


‎الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي تَفَرَّدَ فِي أَزَلِيَّتِهِ بِعِزِّ كِبْرِيَائِهِ، وَتَوَحَّدَ فِي صَمَدِيَّتِهِ بِدَوَامِ بَقَائِهِ، وَنَوَّرَ بِمَعْرِفَتِهِ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ، الدَّاعِي اِلَى بَابِهِ وَالْهَادِي لِأَحْبَابِهِ وَالْمُتَفَضِّلِ بِإِنْزَالِ كِتَابِهِ، تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِلْاِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ لِقَائِهِ. فَسُبْحَانَ مَنْ تَقَرَّبَ بِرَأْفَتِهِ وَرَحْمَتِهِ، وَتَعَرَّفَ اِلىَ عِبَادِهِ بِمَحَاسِنِ صِفَاتِهِ، فَانْبَسَطُوْا لِذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ. أَحْمَدُهُ حَمْدَ مُعْتَرِفٍ بِالْعَجْزِ عَنْ آلائِهِ، مُنْتَظِرٍ زَوَائِدَ بِرِّهِ وَوَلاَئِهِ


‎أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً ضَمِنَ الْحُسْنَى لِقَائِلِهَا يَوْمَ لِقَائِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ أَنْبِيَائِهِ وَسَيِّدُ أَصْفِيَائِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنِ اقْتَفَى أثَرَهُمْ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ فَفَازَ بِاقْتِفَائِهِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah swt, sang pencipta alam semesta, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan limpahan nikmat dan rahmat-Nya, kita semua diberikan kekuatan dan petunjuk, untuk terus istiqamah menjalankan segala aktivitas kewajiban sehari-hari. Semoga ibadah yang kita lakukan ini, diterima oleh-Nya dan menjadi bekal untuk kita bawa menuju akhirat.


Shalawat dan salam mudah-mudah terus mengalir dan tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, manusia sempurna yang menjadi teladan dan inspirasi bagi seluruh umat manusia. Semoga kita semua termasuk dari umat yang dibanggakan olehnya, dan bisa mendapatkan limpahan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal alamin.


Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban dan keharusan bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengajak dan mengingatkan kepada semua jamaah shalat Jumat ini, agar senantiasa berusaha dan berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara terus istiqamah dalam menunaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawab serta meninggalkan larangan-larangan-Nya. Sebab, hanya iman dan takwa yang bisa menjadi bekal untuk kita bawa menuju akhirat. 


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Memadukan konsep usaha dan tawakal merupakan salah satu prinsip yang sangat penting untuk kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari orang-orang, bahkan kita sendiri, terkadang salah dalam memadukan keduanya, sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang juga keliru. Sebagian orang beranggapan bahwa sebagai umat Islam kita harus berserah diri kepada Allah swt, tanpa perlu berusaha, karena semua catatan takdir sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.


Kesimpulan seperti ini tentu tidaklah benar dan di sinilah kesalahan dalam memadukan konsep usaha dan tawakal. Usaha merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tawakal merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, bahwa segala sesuatu terjadi murni karena kehendak-Nya yang terbaik. Keduanya sebenarnya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan.


Ada beberapa ayat yang terkadang kita salah dalam memahaminya, sehingga menerapkan ayat tersebut sesuai dengan makna tekstual saja, dan yang paling rentan dalam hal ini di antaranya adalah ayat tentang tawakal. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:


‎وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

Artinya, “Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At-Thalaq, [65]: 3).


Dalam ayat yang lain, Allah swt berfirman:


‎وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ إِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


Artinya, “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran [3]: 159).


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dua ayat di atas dan ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang tawakal, pada hakikatnya bukanlah memerintahkan kita semua untuk pasrah kepada Allah swt tanpa melakukan usaha apa-apa. Syekh Dr. Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-Munir, juz IX, halaman 142, menjelaskan bahwa anggapan seperti itu adalah sebuah kesalahan. Makna yang proporsional dari kata tawakal memasrahkan sesuatu kepada Allah swt, setelah kita melakukan usaha,


‎لَيْسَ مَعْنَى التَّوَكُّلِ هُوَ التَّوَاكُلُ وَإِهْمَالُ الْأَسْبَابِ، وَإِنَّمَا هُوَ حُسْنُ الْاِعْتِمَادِ عَلىَ اللهِ وَالثِّقَّةُ بِهِ وَتَفْوِيْضُ النَّتَائِجِ إِلَيْهِ بَعْدَ اتِّخَاذِ الْأَسْبَابِ


Artinya, “Bukan termasuk makna tawakal adalah ketergantungan dan mengabaikan usaha. Sungguh tawakal adalah baiknya bersandar kepada Allah dan percaya kepada-Nya, serta memasrahkan beberapa hasil (usaha) kepada-Nya, setelah melakukan usaha.”


Dengan demikian, maka anggapan-anggapan bahwa tawakal adalah pasrah penuh kepada Allah swt tanpa melakukan usaha apa-apa, merupakan sebuah kesimpulan yang salah dan tidak boleh kita ikuti. Sebab, hal itu sama sekali bertentangan dengan makna yang terkandung dalam ayat di atas.

 

Perintah untuk bermusyawarah, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali ‘Imran di atas, menjadi sebuah dalil untuk berusaha terlebih dahulu, kemudian memasrahkan hasilnya kepada Allah swt, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, juz IX, halaman 410,


‎لَيْسَ التَّوَكُّلُ أَنْ يُهْمِلَ الْإِنْسَانُ نَفْسَهُ، وَإِلَّا لَكَانَ الْأَمْرُ بِالْمُشَاوَرَةِ مُنَافِيًا لِلْأَمْرِ بِالتَّوَكُّلِ، بَلِ التَّوَكُّلُ هُوَ أَنْ يُرَاعِيَ الْإِنْسَانُ الْأَسْبَابَ الظَّاهِرَةَ، وَلَكِنْ لَا يُعَوِّلُ بِقَلْبِهِ عَلَيْهَا، بَلْ يُعَوِّلُ عَلَى عِصْمَةِ الْحَقِّ


Artinya, “Bukan tawakal namanya apabila seseorang melalaikan dirinya. Jika tidak, maka perintah untuk bermusyawarah meniadakan perintah untuk tawakal. Tawakal yang benar adalah seorang manusia memperhatikan sebab-sebab yang dahir, namun tidak hatinya tidak bersandar padanya, tetapi bersandar penuh pada penjaga kebenaran (Allah swt).”


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan demikian, makna proporsional dalam memadukan konsep usaha dan tawakal adalah memadukan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Kita sebagai manusia dituntut untuk berusaha dan berupaya melakukan apa yang kita inginkan. Setelah kita melakukan semua itu dengan sungguh-sungguh, baru kita pasrahkan semua hasilnya kepada Allah. Bagaimana pun hasil yang diberikan oleh-Nya, kita harus menerimanya dengan lapang dada.


Demikian adanya khutbah Jumat, perihal proporsional dalam memadukan konsep usaha dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.


‎بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


‎اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ


‎أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


‎عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.