Surat Al-Mulk merupakan surat ke-67 dalam Al-Qur'an. Surat ini tergolong surat Makiyyah dengan 30 ayat, 335 kalimat, dan 1313 huruf, yang secara garis besar membahas tentang kekuasaan Allah SWT atas seluruh alam semesta.
Surat ini dinamakan dengan al-Mulk (kerajaan), karena dibuka dengan penyucian dan pengagungan Allah kepada Dzat-Nya yang ada di angan-Nya segala kerajaan-kerajaan langit dan bumi, hanya bagi-Nya kekuasaan mutlak pengelolaan alam sesuai kehendak-Nya. Dia yang menghidupkan dan mematikan, mengagungkan dan menghinakan, memberikan kekayaan dan kefakiran, memberi dan menolak.
Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya mengatakan, surat ini dinamakan juga dengan al-Waqiyah (yang menjaga), al-Munjiyah (yang menyelamatkan) sebab surat ini menjaga dan menyelamatkan dari siksa kubur; memberi syafa’at kepada pemiliknya (pembacanya). Ibnu Abbas menamakan surat ini dengan al-Mujaadilah (yang mendebat), sebab surat ini akan mendebat/membela pembacanya di alam kubur (Syekh Nawawi al-Bantani, At-Tafsirul Munir, [Beirut, Darul Fikr: 2007 M], juz II, halaman 445).
Surat Al-Mulk dan Artinya
تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ ١ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ ٢ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ ٣ ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ اِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَّهُوَ حَسِيْرٌ ٤ وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاۤءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيْحَ وَجَعَلْنٰهَا رُجُوْمًا لِّلشَّيٰطِيْنِ وَاَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيْرِ ٥ وَلِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ٦ اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ ٧ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ ٨ قَالُوْا بَلٰى قَدْ جَاۤءَنَا نَذِيْرٌ ەۙ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍۖ اِنْ اَنْتُمْ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ كَبِيْرٍ ٩ وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ اَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْٓ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ ١٠ فَاعْتَرَفُوْا بِذَنْۢبِهِمْۚ فَسُحْقًا لِّاَصْحٰبِ السَّعِيْرِ ١١ اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ ١٢ وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِهٖۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ١٣ اَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَۗ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُࣖ ١٤ هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ ١٥ ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ ١٦ اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ ١٧ وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ ١٨ اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ ۢ بَصِيْرٌ ١٩ اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِۗ اِنِ الْكٰفِرُوْنَ اِلَّا فِيْ غُرُوْرٍۚ ٢٠ اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ ٢١ اَفَمَنْ يَّمْشِيْ مُكِبًّا عَلٰى وَجْهِهٖٓ اَهْدٰىٓ اَمَّنْ يَّمْشِيْ سَوِيًّا عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ٢٢ قُلْ هُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ ٢٣ قُلْ هُوَ الَّذِيْ ذَرَاَكُمْ فِى الْاَرْضِ وَاِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ ٢٤ وَيَقُوْلُوْنَ مَتٰى هٰذَا الْوَعْدُ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٢٥ قُلْ اِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللّٰهِۖ وَاِنَّمَآ اَنَا۠ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ٢٦ فَلَمَّا رَاَوْهُ زُلْفَةً سِيْۤـَٔتْ وُجُوْهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقِيْلَ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تَدَّعُوْنَ ٢٧ قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَهْلَكَنِيَ اللّٰهُ وَمَنْ مَّعِيَ اَوْ رَحِمَنَاۙ فَمَنْ يُّجِيْرُ الْكٰفِرِيْنَ مِنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ ٢٨ قُلْ هُوَ الرَّحْمٰنُ اٰمَنَّا بِهٖ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَاۚ فَسَتَعْلَمُوْنَ مَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ٢٩ قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَصْبَحَ مَاۤؤُكُمْ غَوْرًا فَمَنْ يَّأْتِيْكُمْ بِمَاۤءٍ مَّعِيْنٍࣖ ٣٠
Artinya: “(1) Mahaberkah Zat yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, (2) yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (3) (Dia juga) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih ketidakseimbangan sedikit pun. Maka, lihatlah sekali lagi! Adakah kamu melihat suatu cela? (4) Kemudian, lihatlah sekali lagi (dan) sekali lagi (untuk mencari cela dalam ciptaan Allah), niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan kecewa dan dalam keadaan letih (karena tidak menemukannya). (5) Sungguh, Kami benar-benar telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang, menjadikannya (bintang-bintang itu) sebagai alat pelempar terhadap setan, dan menyediakan bagi mereka (setan-setan itu) azab (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala). (6) Orang-orang yang kufur kepada Tuhannya akan mendapat azab (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali. (7) Apabila dilemparkan ke dalamnya (neraka), mereka pasti mendengar suaranya yang mengerikan saat ia membara. (8) (Neraka itu) hampir meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya, penjaga-penjaganya bertanya kepada mereka, “Tidak pernahkah seorang pemberi peringatan datang kepadamu (di dunia)?” (9) Mereka menjawab, “Pernah! Sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(-nya) dan mengatakan, ‘Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun.’” (Para malaikat berkata,) “Kamu tidak lain hanyalah (berada) dalam kesesatan yang besar.” (10) Mereka juga berkata, “Andaikan dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), tentulah kami tidak termasuk ke dalam (golongan) para penghuni (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala).” (11) Mereka mengakui dosanya (saat penyesalan tidak lagi bermanfaat). Maka, jauhlah (dari rahmat Allah) bagi para penghuni (neraka) Sa‘ir (yang menyala-nyala) itu. (12) Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan tanpa melihat-Nya akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (13) Rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (14) Apakah (pantas) Zat yang menciptakan itu tidak mengetahui, sedangkan Dia (juga) Mahahalus lagi Maha Mengetahui? (15) Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (16) Sudah merasa amankah kamu dari Zat yang menguasai langit, yaitu (dari bencana) dibenamkannya bumi oleh-Nya bersama kamu ketika tiba-tiba ia terguncang? (17) Atau, sudah merasa amankah kamu dari Zat yang menguasai langit, yaitu (dari bencana) dikirimkannya badai batu oleh-Nya kepadamu? Kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku. (18) Sungguh, orang-orang sebelum mereka pun benar-benar telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka, betapa hebatnya kemurkaan-Ku! (19) Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (20) Atau, siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat menolongmu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. (21) Atau, siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Sebaliknya, mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran). (22) Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup itu lebih mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (23) Katakanlah, “Dialah Zat yang menciptakanmu dan menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. (Akan tetapi,) sedikit sekali kamu bersyukur.” (24) Katakanlah, “Dialah yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi dan kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (25) Mereka berkata, “Kapankah (datangnya) janji (azab) ini jika kamu orang-orang benar?” (26) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya ilmu (tentang hari Kiamat itu) hanya ada pada Allah. Aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas.” (27) Ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat) sudah dekat, wajah orang-orang kafir itu menjadi muram. Dikatakan (kepada mereka), “Ini adalah (sesuatu) yang dahulu kamu selalu mengaku (bahwa kamu tidak akan dibangkitkan).” (28) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami (dengan memperpanjang umur kami,) lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?” (29) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Zat Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.” (30) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?” (QS. Al-Mulk: 1-30)
Keutamaan Surat Al-Mulk
Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab At-Tafsirul Munir mengatakan, banyak hadits yang menyebutkan keutamaan surat ini. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para imam pengarang kitab sunan empat. Imam at-Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits hasan.
عن أبي هريرة عن رسول الله ﷺ قال: إن سورة في القرآن ثلاثين آية شفعت لصاحبها، غفر له: تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ
Artinya, "Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, 'Sesungguhnya ada satu surat dalam Al-Qur'an sebanyak tiga puluh ayat, yang bisa memberi syafaat kepada pemiliknya (orang yang membacanya), orang itu akan diampuni dosanya. Yaitu surat al-Mulk.'"
Selain itu juga terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Tirmidzi,
أنس بن مالك قال: قال رسول الله ﷺ: «سورة في القرآن خاصمت عن صاحبها حتى أدخلته الجنة: تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ
Artinya, "Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, dia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, "Ada satu surat dalam Al-Qur’an yang berdebat membela pemiliknya (pembacanya) sampai surat itu memasukkan orang itu ke surga. Surat itu adalah surat al-Mulk."'"
ما أخرجه الترمذي عن ابن عباس في تسمية سورة الملك بالواقية والمنجية، قال رسول الله ﷺ: هي المانعة، هي المنجية، تنجيه من عذاب القبر
Artinya, "Hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas mengenai penamaan surat al-Mulk dengan nama al-Waaqiyah dan al-Munjiyah. Rasulullah SAW bersabda, 'Surat itu menjaga dan menyelamatkan, yakni menyelamatkan pembacanya dari siksa kubur.'" (Syekh Wahbah Zuhaili, at-Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991 M], Jilid XXIX, hlm. 7).
Korelasi Surat Al-Mulk dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa terdapat dua korelasi (munasabah) antara Surat Al-Mulk dan surat sebelumnya, yaitu Surat At-Tahrim, yang dapat dilihat dari dua aspek: umum dan khusus.
Surat Al-Mulk memperkuat dan menegaskan kandungan Surat At-Tahrim secara menyeluruh. Surat At-Tahrim menguraikan luasnya kekuasaan Allah SWT, hegemoni-Nya, serta dukungan-Nya kepada Rasulullah SAW dalam menghadapi kemungkinan konspirasi dari dua istri beliau yang lemah.
Secara umum, Surat Al-Mulk menegaskan bahwa kerajaan langit dan bumi beserta seluruh makhluk di dalamnya berada dalam kendali Allah SWT, yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Pada ayat-ayat penutup Surat At-Tahrim, Allah SWT menyebutkan dua contoh khusus yang mewakili dua kelompok: orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Contoh pertama adalah istri Nabi Nuh AS dan istri Nabi Luth AS, yang melambangkan kekufuran. Contoh kedua adalah istri Fir’aun, yang beriman, serta Maryam al-‘Adzra’ (Maryam sang perawan), yang mewakili keimanan kaum mukmin.
Surat Al-Mulk menunjukkan cakupan ilmu Allah SWT, pengaturan-Nya, serta keajaiban dan keunikan yang Dia kehendaki pada makhluk-Nya. Kekufuran istri Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak menghalangi hubungan mereka dengan dua nabi mulia tersebut.
Sebaliknya, keimanan istri Fir’aun tidak melindunginya dari bahaya hubungan dengan Fir’aun yang kejam, sewenang-wenang, dan sombong. Begitu pula, keimanan Maryam tidak tergoyahkan meskipun ia mengalami kehamilan yang luar biasa dengan kelahiran Nabi Isa AS (Syekh Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir [Damaskus: Darul Fikr, 1991], Jilid XXIX, hlm. 5–6).
Kandungan Pokok Surat Al-Mulk
Mengacu pada penjelasan Syekh Wahbah az-Zuhaili (hlm. 6–7), Surat Al-Mulk, sebagaimana umumnya surat-surat Makkiyyah, fokus pada fondasi utama akidah Islam. Di dalamnya ditegaskan keberadaan Allah SWT, keagungan serta kekuasaan-Nya atas seluruh alam semesta, keesaan-Nya yang mutlak, serta pemberitahuan tentang hari kebangkitan, pengumpulan seluruh makhluk (al-hasyr), dan penyebaran mereka pada hari kiamat (an-nasyr).
Surat ini diawali dengan penegasan keagungan Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah menampakkan kemuliaan-Nya, keesaan-Nya dalam memiliki kerajaan dan kekuasaan, serta pengelolaan-Nya terhadap makhluk, termasuk menciptakan kehidupan dan mematikannya (Ayat 1–2).
Selanjutnya, surat ini memuat argumen rasional (istidlāl) atas keberadaan Allah melalui pengamatan terhadap alam: penciptaan tujuh lapis langit, penghiasan langit dengan bintang-bintang yang bersinar, serta penundukan benda-benda langit untuk melempar setan. Semua ini merupakan bukti nyata kekuasaan dan ilmu Allah, yang menunjukkan bahwa sistem alam semesta berjalan sangat rapi, tanpa cela dan kerusakan (Ayat 3–5).
Sebagai manifestasi dari kekuasaan-Nya, Allah menyiapkan siksa neraka Jahannam bagi orang-orang kafir. Sebaliknya, Dia memberikan kabar gembira berupa ampunan dan pahala besar bagi orang-orang yang beriman. Ini merupakan pola tarhib (peringatan keras) dan targhib (dorongan berbuat baik) yang khas dalam metode dakwah Al-Qur’an (Ayat 6–12).
Surat ini juga menggambarkan berbagai aspek ilmu, kekuasaan, dan nikmat Allah SWT: pengetahuan-Nya yang mencakup segala yang tampak dan tersembunyi, penciptaan manusia, pemberian rezeki, penundukan bumi agar layak dihuni, penjagaan bumi dari keretakan, serta penjagaan langit dari meteor yang bisa menghancurkan.
Disebutkan pula bagaimana umat-umat terdahulu dibinasakan karena mendustakan para nabi. Termasuk pula penundukan burung agar tidak jatuh, serta tantangan bagi manusia untuk mencari pertolongan selain Allah ketika Dia menurunkan azab (Ayat 13–20).
Bagian penutup surat ini memuat peringatan tentang datangnya hari kebangkitan yang hanya diketahui waktunya oleh Allah SWT. Surat ini juga memperingatkan orang-orang yang mendustakan dakwah Rasulullah SAW, mengancam mereka dengan azab yang dekat, serta menegaskan pentingnya bertawakal kepada Allah.
Di akhir surat, terdapat peringatan tentang nikmat air: jika Allah menahan air yang biasa mengalir, tak ada seorang pun yang mampu mengembalikannya atau mendatangkan pengganti (Ayat 25–30).
Masih merujuk pada Syekh Wahbah, Surat Al-Mulk menegaskan eksistensi dan keesaan Allah SWT melalui bukti kekuasaan dan ilmu-Nya, memberi peringatan akan kedahsyatan hari kiamat, mengingatkan manusia pada nikmat-nikmat-Nya, serta menekankan pentingnya berusaha mencari rezeki di muka bumi, lalu menyerahkan hasilnya dengan penuh tawakal kepada Allah SWT.
Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat Al-Mulk
Merujuk penjelasan Syekh Wahbah az-Zuhaili, terdapat sejumlah pesan penting dalam surat Al-Mulk yang berkaitan dengan dasar-dasar keimanan dan penghambaan kepada Allah SWT.
Pertama, surat ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Mahaagung, berbeda dari segala sesuatu selain-Nya. Dialah pemilik langit dan bumi, baik di dunia maupun di akhirat. Segala bentuk kekuasaan mutlak berada di tangan-Nya. Dia mampu memberikan nikmat kepada siapa yang Dia kehendaki dan menghukum siapa saja yang melakukan keburukan.
Kedua, Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai sarana untuk menguji manusia. Dengan itu, Allah akan memperlakukan hamba-hamba-Nya sebagaimana seorang penguji yang hendak mengetahui siapa di antara mereka yang paling taat dan paling ikhlas dalam amalnya. Dia Mahakuasa dalam menghukum para pelaku maksiat, namun juga Maha Pengampun bagi siapa pun yang bertobat.
Ketiga, dalam surat ini dijelaskan pula bahwa Allah menciptakan langit yang berlapis-lapis tanpa cacat sedikit pun. Tidak terdapat kebengkokan, retakan, atau ketidakseimbangan dalam ciptaan-Nya. Bahkan jika manusia terus-menerus menatap langit, mereka tidak akan menemukan cela. Pandangannya justru akan kembali kepadanya dalam keadaan lelah dan tunduk karena takjub pada kesempurnaan ciptaan-Nya.
Keempat, surat ini memberikan peringatan kepada orang-orang kafir yang mengingkari keberadaan dan keesaan Allah serta mendustakan para rasul. Mereka kelak akan dilemparkan ke neraka Jahannam yang sangat mengerikan. Neraka itu memiliki suara yang menakutkan, gelegaknya seperti rebusan air dalam periuk, kemarahan yang dahsyat hingga nyaris memisahkan bagian-bagiannya, serta para penjaga dari kalangan malaikat yang sangat keras. Mereka akan menghina para penghuni neraka dengan pertanyaan yang mempermalukan: apakah belum datang kepada mereka seorang rasul pembawa peringatan?
Kelima, orang-orang yang takut kepada Allah meskipun belum pernah melihat azab-Nya, dan yang menjaga sikapnya dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan karena merasa selalu diawasi oleh Allah, akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar, yaitu surga. Rasa takut kepada Allah dan keinginan untuk menghindari murka-Nya adalah sifat terpuji yang harus dimiliki setiap insan.
Keenam, bumi dan segala isinya merupakan anugerah besar dari Allah SWT. Seluruh manfaat, perbendaharaan, dan rezeki yang terdapat di dalamnya ditundukkan untuk manusia. Bumi menjadi tempat ujian dan pengabdian. Namun, Allah juga Mahakuasa untuk menenggelamkan bumi dan seluruh penghuninya sebagai bentuk azab, seperti yang terjadi pada Qarun. Manusia hanya diwajibkan menggunakan bumi untuk kebaikan, menjauhi keburukan, dan tidak menyalahgunakannya untuk maksiat.
Ketujuh, Allah bisa menurunkan hukuman kepada orang-orang kafir dan zalim dengan cara menenggelamkan bumi, seperti yang pernah terjadi pada Qarun dan rumahnya. Tiba-tiba bumi menelan mereka sebagai bentuk azab dari Allah yang tidak dapat dihindari.
Kedelapan, azab juga bisa datang dari langit. Allah berkuasa melemparkan batu-batu dari langit kepada kaum yang mendustakan rasul, sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Luth dan pasukan bergajah. Saat azab itu datang, barulah manusia menyadari bahwa peringatan Allah adalah kebenaran yang tidak bisa diabaikan.
Kesembilan, salah satu bukti nyata kekuasaan Allah adalah bagaimana Dia menundukkan udara agar burung-burung bisa terbang. Tak ada satu makhluk pun yang mampu menahan burung-burung itu tetap di udara selain Allah. Fenomena ini menunjukkan betapa semua aspek kehidupan berjalan sesuai kehendak dan pengaturan-Nya.
Kesepuluh, kekuasaan Allah juga tampak dalam penciptaan manusia. Allah menganugerahi manusia dengan pendengaran, penglihatan, dan akal sebagai bekal menjalani kehidupan. Manusia disebar di berbagai penjuru bumi, lalu akan digiring kembali pada hari Kiamat untuk menerima balasan sesuai amalnya. Dzat yang mampu menciptakan manusia dari awal tentu lebih mudah untuk menghidupkannya kembali setelah mati.
Kesebelas, tidak ada kebaikan dalam doa-doa buruk yang dilontarkan orang-orang kafir kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Mukmin. Doa mereka tidak dikabulkan karena hati mereka berpaling dari kebenaran dan enggan tunduk pada petunjuk Allah.
Keduabelas, surat ini menegaskan pentingnya tawakal. Dalam setiap kebutuhan, manusia diperintahkan untuk bersandar kepada Allah setelah berusaha dan mengambil sebab. Orang-orang beriman selalu bertawakal kepada Allah, sedangkan orang-orang kafir menggantungkan diri pada tokoh-tokoh, kekuatan, dan harta mereka sendiri.
Walhasil, surat Al-Mulk mengajak kita merenungi keagungan Allah SWT, yang menguasai seluruh alam semesta dengan kekuasaan mutlak, menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian, serta menyiapkan balasan adil bagi setiap perbuatan.
Keutamaannya yang luar biasa, sebagaimana disebutkan dalam hadits, menjadikannya pelindung dan penyelamat bagi pembacanya dari siksa kubur, bahkan memberi syafaat hingga memasukkan ke surga. Mari jadikan surat ini sebagai wirid harian, pengingat akan keesaan Allah, dan pendorong untuk hidup dalam ketaatan, tawakal, serta rasa syukur atas segala nikmat-Nya.
Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.