Bahtsul Masail

Hukum Menggunakan Gelang Tasbih untuk Berzikir

Sel, 7 Desember 2021 | 06:30 WIB

Hukum Menggunakan Gelang Tasbih untuk Berzikir

Pemakaian gelang tasbih untuk menghitung zikir baik tasbih, tahmid, takbil, tahlil, shalawat, maupun lafal zikir lainnya dapat ditemukan pada beberapa riwayat hadits.

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Redaksi NU Online, biji tasbih diperjual belikan di pasar karena memang digunakan umat Islam untuk berzikir dan memuji Allah. Sedangkan sebagian orang menganggap tindakan demikian tidak berdasar pada sumber agama Islam. Apakah pandangan demikian benar? Atas jawabannya, terima kasih. (Hamba Allah/Depok).


Jawaban

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.


Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Pemakaian gelang tasbih untuk menghitung zikir baik tasbih, tahmid, takbil, tahlil, shalawat, maupun lafal zikir lainnya dapat ditemukan pada beberapa riwayat hadits.


Berikut ini adalah salah satu hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi yang mengisahkan perjumpaan Rasulullah saw dan seorang sahabat perempuan yang menggunakan kerikil untuk menghitung zikirnya.


وروينا في"سنن أبي داود والترمذي" عن سعد بن أبي وقاص رضي الله عنه: أنه دخل مع رسول الله صلى الله عليه وسلم على امرأة وبين يديها نوى أو حصى تسبح به، فقال: "ألا أخبرك بما هو أيسر عليك من هذا أو أفضل؟ فقال سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي السَّمَاءِ، سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا خَلَقَ فِي الأَرْضِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا بَيْنَ ذَلِكَ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ مَا هُوَ خَالِقٌ، والله أكبر مثل ذلك، والحمد لله مثل ذلك، ولا إله إلا الله مثل ذلك، ولا حول ولا قوة إلا بالله مثل ذلك" قال الترمذي: حديث حسن


Artinya, “Diriwayatkan di Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sa’ad bin Abi Waqash ra, suatu hari ia bersama Rasulullah saw menemui seorang perempuan. Di hadapannya terdapat biji kurma atau kerikil yang dipakai bertasbih. ‘Maukah kau kuberi tahu yang lebih mudah atau lebih utama bagimu daripada ini semua?’ tanya Rasulullah menyapa perempuan tersebut. ‘Subhānallāhi ‘adada mā khalaqa fis samā’i, subhānallāhi ‘adada mā khalaqa fil ardhi, wa subhānallāhi ‘adada mā bayna dzālika, subhānallāhi ‘adada mā huwa khāliqun, walhamdulillāhi mitslu dzalika, wa lā ilāha illallāhu mitslu dzālika,’ kata Nabi. Imam At-Tirmidzi mengatakan, ini hadits hasan shahih.”


Syekh Muhammad bin ‘Alan As-Shiddiqi dalam Syarah Kitab Al-Adzkar menjelaskan panjang lebar hadits yang dikutip Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar itu. Syekh Ibnu Alan As-Shiddiqi membantah pendapat yang menyatakan bahwa pemakaian gelang tasbih mengandung bidah yang tidak bersumber pada ajaran Islam. Menurutnya, pemakaian gelang tasbih merupakan sunnah berdasarkan taqrir Nabi Muhammad saw.


فقال في حديث سعد السابق وهذا أصل صحيح بتجويز السبحة بتقريره صلى الله عليه وسلم


Artinya, “Ia berkata, ‘Dalam hadits terdahulu sahabat Sa’ad, ini menjadi dasar sahih atas kebolehan penggunaan biji tasbih berdasarkan ketetapan Nabi Muhammad saw,” (Syekh Muhammad bin ‘Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah alal Adzkarin Nawawiyyah, [Beirut, Daru Ihya’it Turats Al-Arabi: tanpa keterangan tahun], juz I halaman 252).


Syekh Ibnu Alan As-Shiddiqi hanya saja memberikan catatan terkait keutamaan pemakaian gelang tasbih. Menurutnya, jumlah zikir yang sedikit cukup dihitung pakai jari. Sedangkan zikir yang banyak dapat dihitung dengan gelang tasbih, tasbih digital, atau alat bantu hitung lainnya. Prinsipnya, konsentrasi zikir tetap terjaga.


وحاصل ذلك أن استعمالها في اعداد الأذكار الكثيرة التي يلهى الاشتغال بها عن التوجه للذكر أفضل من العقد بالانامل ونحوه، والعقد بالانامل فيما لا يحصل فيه ذلك سيما عقب الصلاة ونحوها أفضل


Artinya, “Simpulannya, yaitu bahwa penggunaan gelang tasbih untuk menghitung zikir yang banyak yang dapat melalaikannya karena banyaknya dari konsentrasi zikir lebih utama daripada menghitungnya dengan jari atau sejenisna. Penghitungan zikir dengan jari tangan pada jumlah (terbatas) yang tidak menghasilkan kelalaian terutama zikir setelah shalat dan sejenisnya lebih utama,” (Ibnu ‘Alan, Al-Futuhat: I/252).


Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

 


Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)