Ketika Hujan, Mufaroqoh Jum’at Karena Sedang Menjemur Tembakau
NU Online · Kamis, 12 Juni 2014 | 20:01 WIB
Bolehkah kita mufaroqoh dalam Shalat Jumat? Pernah di daerah kami (Temanggung), saat musim menjemur tembakau, hari Jumat, ketika berlangsung shalat jumat, Jiba-tiba mendung dan petir berbunyi. Takut jemuran tembakau kehujanan, maka banyak makmum Jum’at, pada rakaat kedua meninggalkan imam shalat. Apakah dibenarkan hal tersebut? terima kasih.<>
Saudara penanya yang kami hormati
Melaksanakan Shalat Jum’at merupakan ibadah yang ditetapkan kewajibannya sekali dalam sepekan dan tidak semua orang Islam terkena keharusan (kewajiban) menjalankannya.
Dalam pelaksanaannya, ibadah ini menyaratkan adanya dua komponen yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain yakni khutbah dan Shalat Jum’at dua rekaat disertai syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan.
Saudara yang dimuliakan Allah.
Untuk pelaksanaan Shalat Jum’at sebagaimana pertanyaan yang saudara sampaikan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah pelaksanaan Shalat masih berada di waktu dhuhur, dilakukan setelah dua khutbah, diikuti minimal empat puluh orang yang dapat menjadikan sahnya Shalat Jum’at dan dilakukan dengan jama’ah meskipun tidak harus dua rekaat secara sempurna, artinya syarat dilakukannya Shalat Jum’at dengan jama’ah dapat dianggap sah apabila rekaat pertama dari orang yang melaksanakannya masih berjama’ah secara penuh (satu rekaat). Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Fathul-Muin menuturkan:
أحدها: وقوعها جماعة بنية إمامة واقتداء مقترنة بتحرم في الركعة الأولى فلا تصح الجمعة بالعدد فرادى.
ولا تشترط الجماعة في الركعة الثانية فلو صلى الإمام بالأربعين ركعة ثم أحدث فأتم كل منهم ركعة واحدة أو لم يحدث بل فارقوه في الثانية وأتموا منفردين أجزأتهم الجمعة
Artinya: syarat pertama pelaksanaan Shalat Jum’at adalah dilaksanakan dengan berjama’ah, dengan niat ada yang menjadi imam dan makmum ketika takbiratul ihram pada rekaat pertama. Dengan demikian tidak sah pelaksanaan shalat jum’at yang dilakukan secara sendiri-sendiri.
Dan tidak disyaratkan berjama’ah pada rekaat kedua. Dengan demikian, seandainya sang imam Shalat dengan empat puluh orang pada rekaat pertama, lalu ia hadats (keluar angin dari dubur misalnya, penj), kemudian makmum-makmum yang ada meneruskan shalatnya sendiri-sendiri, atau imam tidak hadats tapi pada rakaat kedua makmum-makmumnya meneruskan shalat sendiri-sendiri (mufaraqah dari imam) dan akhirnya mereka selesai dengan tidak berjama’ah, maka shalat Jum’at yang mereka lakukan dianggap memenuhi syarat (tetap sah).
Dari uraian diatas, kiranya dapat dimengerti bahwa upaya penyelamatan harta (tembakau) yang dilakukan oleh warga Temanggung dengan meninggalkan jama’ah Shalat Jum’at pada rekaat kedua dapat dibenarkan oleh syara’ dan Shalat yang dilakukan tetap dihukumi sah. Caranya, pada rakaat kedua shalat dipercepat dan selesai lebih dulu dari imam. Mudah-mudahan jawaban ini bermanfaat bagi kita. Amin. (Maftukhan)
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua