Shalat yang Dapat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
NU Online · Sabtu, 7 Juni 2014 | 20:01 WIB
Assalamu'alaikkum ustadz. Saya mau bertanya, shalat yang bagaimana yang dapat mencegah perbuatan keji dan mukar, dan bagaimana memahami shalat untuk implementasi dalam kehidupan ini serta kitab atau buku apa yang dapat saya baca untuk mendapatkan penjelasan ini, terima kasih. Wassalamu’alaikum wr wb. (Cepi Subarnas)<>
Jawaban
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Shalat merupakan ibadah dan komunikasi langsung seorang hamba dengan Allah. Dan setidaknya ada lima shalat yang diwajibkan bagi setiap muslim yang sudah mukallaf atau sudah dibebani kewajiban agama. Hal ini bermakna ada lima kali keharusan bagi hamba untuk berkomunikasi dengan-Nya. Dan komunikasi aktif antara hamba dengan Allah melalui shalat inilah mengandung hikmah yang sangat luar biasa yaitu ketakwaan. Karenanya Allah swt berfirman:
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ --العنكبوت: 45
“Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (Q.S. Al-Ankabut: 45)
Dengan kata lain, kewajiban seorang mukallaf untuk menjalankan shalat lima waktu pada dasarnya mengandung pengertian sebagai peringatan dari Allah agar ia selalu mengingat-Nya. Ingatan kepada Allah berujung pada ingatan kepada perintah dan larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan takwa sebagaimana dikemukakan di atas.
يَظْهَرُ أَنَّ التَّقْوَى مِنْ حِكْمَةِ مَشْرُوعِيَّةِ الصَّلَاةِ لِأَنَّ الْمُكَلَّفَ إِذَا ذَكَرَ أَمْرَ اللهِ وَنَهْيِهِ فَعَلَ مَا أَمَرَهَ وَاجْتَنَبَ مَا نَهَاهُ عَنْهُ (محمد طاهر بن عاشور، التحرير والتنوير، بيروت-مؤسسة التاريخ العربي، الطبعة الأولى، 1420هـ/2000م، ج، 16، ص. 106)
“Nampak jelas bahwa takwa merupakan hikmah dibalik disyariatkannya shalat, karena ketika seorang mukallaf mengingat perintah dan larangan Allah swt maka ia akan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya” (Muhammad Thahir bin ‘Asyur, at-Tahrir wat-Tanwir, Bairut-Mu`assah at-Tarikh al-‘Arabi, cet ke-1, 1420 H/2000 M, juz, 16, h. 106)
Berangkat dari penjelasan di atas maka ibadah shalat yang merupakan komunikasi atau hubungan antara seorang hamba dengan Allah swt sejatinya harus memiliki pengaruh positif terhadap komunikasi kita dengan yang ada di sekitar kita.
Ironisnya sering kali kita menyaksikan orang yang rajin shalat tetapi masih saja melakukan kemungkaran dan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama padahal setidaknya ia lima kali menyapa Allah melalui shalat. Pertanyaannya, mengapa bisa demikian? Hal ini terjadi karena shalat masih dipahami hanya sebatas formalitas yang tidak memiliki konsekwensi apa-apa terhadap kehidupannya. Sepanjang kita masih berkutat pada pemahaman seperti ini maka shalat kita jelas tidak memiliki makna apa-apa, tidak bisa mencegah perbuatan yang keji dan mungkar.
Sedangkan untuk menambah wawasan kita mengenai shalat, maka kami sarankan untuk membaca buku yang terkait dengan rahasia dan hikmah shalat. Misalnya buku yang ditulis oleh Ali Ahmad al-Jurjawi yang berjudul Hikmah at-Tasyri` wa Falsafathu (Hikmah dan Falsafat Dibalik Penetapan Syariat). Di dalam buku tersebut terdapat bab yang menjelaskan hikmah yang terdapat dalam shalat. Banyak sekali buku tentang hikmah shalat yang ditinjau dari berbagai perspektif.
Demikian penjelasan singkat ini, semoga bisa menjadi penjelasan yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang Anda hadapi. (Mahbub Ma’afi Ramdlan)
Terpopuler
1
Niat Puasa Arafah untuk Kamis, 5 Juni 2025, Raih Keutamaan Dihapus Dosa
2
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
3
Menggabungkan Qadha Ramadhan dengan Puasa Tarwiyah dan Arafah, Bolehkah?
4
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
5
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
6
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
Terkini
Lihat Semua