Hikmah

Adzan Kerinduan Bilal

Jum, 17 Januari 2014 | 02:01 WIB

Selang beberapa waktu usai Nabi Muhammad saw wafat, sahabat Bilal ra. menghadap Sayyidina Abu Bakar ra untuk meminta izin meninggalkan Madinah dan pindah ke wilayah Syam. 
<>
“Apa alasanmu wahai Bilal?” tanya Abu Bakar Asshidiq ra.

"Di sini terlalu banyak kenangan bersama Rasulullah, sehingga ketika menatap setiap sesuatu yang pernah Rasulullah ‘sentuh’ , di situ ada banyangan yang mulia, sehingga hatiku terlalu rapuh dan mata ini terlalu berat untuk tidak menangis karena kecintaan yang begitu agung dan tulus,” jawab Bilal.

Setelah diizinkan, Bilal kemudian menetap di desa Bidariyan, dekat dengan Syam. Bilal pun tak lagi mengumandangkan azan. Bukan enggan, tetapi karena tak kuat bila sampai lafal “Asyhadu anna muhammadan rasulullah”. Perasaannya berkecamuk dan tak kuasa menahan air mata, teringat akan Rasulullah saw

Syahdan, di zaman khalifah Umar bin Khattab yang diangkat untuk menggantikan Abu Bakar yang telah wafat, pada suatu hari, Bilal bermimpi melihat Nabi. Rasulullah SAW berkata kepada Bilal, "Engkau tega, wahai Bilal. Kenapa engkau tidak menziarahiku lagi?"

Bilal bergegas bangun setelah ditegur demikian, dan segera meringkasi barang-

barangnya dan berangkat ke Madinah. Sampai di sana, ia langsung ke makam Nabi dengan berurai air mata dan menciumkan wajahnya di makam Nabi.

Setelah berziarah, Bilal menghadap cucu Nabi, Hasan dan Husain. Keduanya mengatakan kepada Bilal, "Kami ingin mendengarkan azan-mu, hai muazin Nabi, sebagaimana pada masa Rasulullah."

Bilal pun naik ke menara, sesaat kemudian terdengar suara adzan khas bilal yang mampu menggetarkan kota. Penduduk kota Madinah tersentak kaget, dan puncaknya ketika sampai pada kalimat asyhadu anna muhammadan rasulullah, Bilal tak sanggup melanjutkannya.

Sementara itu, hampir semua penduduk Madinah keluar dari rumah, menuju ke masjid sambil meneriakan kata: “Apakah Rasulullah diutus kembali?”

Sesampainya di masjid, mereka menangis bersama, tangis penuh kerinduan, rasa kangen kepada sang kekasih mulia, Nabi Muhammad saw.

Wahai para pembaca, apakah cinta dan kerinduan itu hanya milik mereka, atau kita juga merasakan kerinduan yang sama? Mari Bersholawat! (Ajie Najmuddin)

 

* Disarikan dari kitab al-Bidayah wan Nihayah  karya Ibnu Katsir