Apakah Kegiatan Shalawat Bersama dapat Menyentuh Hati Anak Muda?
NU Online · Sabtu, 24 Mei 2025 | 18:30 WIB
Shokhibul Liwa' Adnan
Kolomnis
Belakangan ini, sejumlah gubernur di Indonesia giat mencari solusi untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi generasi muda, mulai dari permasalahan sosial hingga krisis identitas.
Menariknya, di Jakarta, salah satu pendekatan yang diambil adalah dengan menggelar acara shalawat bersama. Lantas, apa sebenarnya esensi shalawat itu sendiri, dan bagaimana relevansinya bagi anak muda masa kini?
Shalawat bukan sekadar lantunan lisan, melainkan cerminan mahabbah, rasa cinta yang tulus kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana Allah perintahkan di QS. Al-Ahzab 56:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Dalam khazanah ilmu tasawuf, mahabbah merupakan maqam (tahapan spiritual) yang tinggi. Imam Al-Qusyairi menyatakan:
المحبة أساس الطريق إلى الله، بها يتقرب العبد، وإليها ينتهي
Artinya, “Mahabbah adalah fondasi jalan menuju Allah. Dengannya seorang hamba mendekat, dan padanya perjalanan spiritual berakhir.” (Al-Qusyairi, Risalah Al-Qusyairiyyah fi ‘ilmit Tasawwuf, [Beirut: Darul Khair, 2007], hlm. 328).
Dengan demikian, shalawat menjadi salah satu jalan cinta, bukan hanya kepada Nabi, tetapi juga sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT. Ia bukan sekadar bentuk budaya atau ekspresi seni, melainkan bagian dari perjalanan ruhani dari awal hingga akhir.
Sebagai makna cinta kepada Nabi Muhammad saw, shalawat kalau hanya disuarakan saja, sifatnya akan semu. Shalawat perlu direnungi untuk mengetahui keutamaan dan kemuliaan beliau. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Murtadha Az-Zabidi :
فالتفکر في معنی الصلاة علی النبي صلی الله علیه وسلم یورث المحبة والاتباع، لأن معرفة فضله وشرفه توجب تعظیمه ومحبته، ومحبته تقتضي اتباعه
Artinya,“Merenungkan makna shalawat kepada Nabi SAW akan melahirkan kecintaan dan keteladanan, karena mengetahui keutamaan dan kemuliaan beliau mengharuskan pengagungan dan kecintaan kepada beliau, sedangkan mencintai beliau menuntut untuk mengikutinya." (Tajrid Syarh Al-Ihya, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah], Jilid 1, 2007, hal. 145).
Dalam kitab Abwabut Tasawwuf, Syekh Abdul Qodir Al-Kaylani memberi pandangan, bahwa perwujudan mahabbah adalah:
الشوق ثمرة المحبة
Artinya,“Rasa rindu adalah buah dari cinta,” (Abwabut Tasawwuf, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah], 2019, hal. 213).
Setiap orang yang bershalawat dengan tekun dan mendalami maknanya, dia akan membuahkan rindu pada Nabi Muhammad SAW. Ekspresi cinta yang didasari rindu akan dilakukan secara terus menerus, sebagaimana seorang kekasih yang ingin selalu bertemu dengan pasangannya.
Sebagai orang yang mencintai, dia akan mengikuti cara dan perilaku yang dicintainya. Sebagaimana firman Allah SWT :
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِ
Artinya, “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu...’,” (QS Ali ‘Imran: 31).
Imam Al-Qurṭhubi menafsiri ayat tersebut: “Ayat ini disebut āyatul maḥabbah, karena menjadi ukuran mahabbah kepada Allah: yaitu dengan meniru Rasulullah SAW dalam ucapan, perbuatan, dan keadaan,” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Quran, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah], Juz 4, 2006, hal, 40).
Shalawat bersama menawarkan ketenangan batin bagi anak muda. Di tengah tekanan media sosial, melantunkan shalawat membantu mereka menemukan kedamaian dan ketenangan. Tentu saja manfaat tersebut didapatkan jika shalawat benar-benar dihayati maknanya sebagai manifestasi kecintaan kepada Nabi.
Shalawat dapat menginspirasi anak muda untuk meneladani akhlak Nabi SAW. Kegiatan ini bukan hanya ibadah, tetapi juga sarana untuk membangun karakter mulia dan solidaritas sosial.
Demikianlah opini penulis tentang aktivitas shalawat bersama yang digelar di tengah masyarakat. Semoga shalawat terus menjadi lentera yang menerangi hati generasi muda, mengarahkan mereka menuju kehidupan yang penuh makna dan keberkahan. Amiin.
Shokhibul Liwa' Adnan, Peserta Kelas Menulis Keislaman NU Online Batch 2, Alumni Ma'had Aly Raudhatul Muhibbin Bogor, dan Pengajar di PP. Bumi Shalawat Sidoarjo, PP. Al-Hidayah Ketegan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
6
Khutbah Jumat: Merajut Kebersamaan dengan Semangat Gotong Royong
Terkini
Lihat Semua