Karakter Pemimpin yang Inspiratif: Momen Mengharukan Nabi Bersama Jabir
NU Online ยท Selasa, 15 Juli 2025 | 19:00 WIB
Muhamad Hanif Rahman
Kolomnis
Salah satu peperangan yang nabi terlibat (Ghazwah) adalah perang Dzatur Riqa'. Menurut pendapat mayoritas ahli sirah dan maghazi, perang Dzatur Riqa' terjadi pada tahun keempat Hijriah. Atau, sekitar satu setengah bulan setelah peristiwa pengusiran Yahudi Bani Nadhir dari kota Madinah.ย
Perang Dzatur Riqa' terjadi karena serangkaian pengkhianatan kabilah-kabilah di kawasan Najd terhadap kaum muslimin. Salah satu pengkhianatan yang paling busuk adalah pembantaian tujuh puluh sahabat yang dikirim Rasulullah Saw sebagai juru dakwah di sana.
Pada saat itu, Rasulullah Saw. bergerak bersama pasukan Muslim untuk menyerang kabilah-kabilah Muharib dan Bani Tsa'lab, sementara urusan pemerintahan di Madinah beliau serahkan mandatnya kepada Abu Dzar Al-Ghifari ra.
Menurut riwayat Ibnu Hisyam, dalam perjalanan Rasulullah SAW menempatkan pasukan Islam di sebuah daerah bernama Nakhl, terletak di Najd dekat wilayah Ghathafan. Tetapi, Allah SWTย rupanya telah menumbuhkan rasa ketakutan yang luar biasa kepada kabilah-kabilah yang akan mereka serang sehingga kendati berjumlah besar, mereka memilih lari menjauhi pasukan Islam. Perang pun urung terjadi.
Meskipun peperangan ini urung terjadi, kita tetap dapat memetik beberapa pelajaran berharga dari peristiwa ini. Diantaranya adalah kisah percakapan Jฤbir bin 'Abdillฤh dan Rasulullah dalam perjalanan pulang ke Madinah yang penuh hikmah.ย
Berikut kisah selengkapnya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Sa'ad dalam kitab Thabaqatnya dan Ibnu Hisyam dalam kitab Sirahnya dari Jabir bin Abdillah. Jabir berkata:ย
โAku pergi bersama Rasulullah Saw. dalam Perang Dzatur Riqa' dengan mengendarai untaku yang lemah. Ketika Rasulullah Saw. kembali, aku sengaja membiarkan rombongan berlalu lebih dulu. Aku berada di bagian belakang sampai Rasulullah Saw. mendapatiku. Rasulullah Saw. bersabda, โAda apa denganmu, wahai Jabir?โ
Aku menjawab, โWahai Rasulullah, untaku ini yang membuatku lamban.โ
Rasulullah Saw. bersabda, โSimpuhkan untamu!โ Maka, aku pun menyimpuhkan untaku di hadapan Rasulullah Saw.
Beliau bersabda, โBerikan padaku tongkat yang engkau pegang itu.โ Aku menyerahkan tongkatku. Setelah menerima tongkat itu, Rasulullah Saw. menghela untaku seraya bersabda kepadaku, โNaiklah engkau!โ Aku pun segera mengendarai untaku yang lemah itu. Namun, demi Dzat yang telah mengutus Rasulullah Saw. dengan kebenaran, untaku itu tiba-tiba mampu berjalan kencang seperti unta Rasulullah.โ
Kemudian aku berbincang-bincang dengan Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Apakah engkau bersedia menjual untamu ini padaku, wahai Jabir?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, aku lebih memilih untuk memberikannya padamu." "Tidak, juallah untamu ini kepadaku," tukas Rasulullah Saw. Aku menyahut, "Kalau begitu, berapa harga yang engkau inginkan, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Aku akan membelinya dengan harga satu dirham." "Tidak," jawabku, "karena jika begitu berarti engkau menipuku, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda lagi, "Bagaimana kalau dua dirham?" Aku menyahut, "Tidak." Rasulullah Saw. terus menaikkan tawarannya hingga mencapai satu uqiyah. Aku pun berkata, "Apakah sekarang engkau sudah rela, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya." Aku berkata, "Kalau begitu, unta ini jadi milikmu." Rasulullah Saw. bersabda, "Baiklah kuterima untamu ini."
Selanjutnya, beliau bertanya, "Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?" Aku menjawab, "Sudah, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Dengan seorang janda atau perawan?" Aku menjawab, "Bukan dengan perawan, melainkan dengan seorang janda."ย
Rasulullah Saw bertanya lagi, "Mengapa engkau tidak menikah dengan seorang perawan agar ia dapat memainkan mu dan engkau pun dapat memainkannya?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku gugur dalam perang Uhud dengan meninggalkan tujuh orang anak perempuan. Sebab itu, aku menikah dengan perempuan yang dapat mengurus mereka semua, agar saudari-saudariku dapat terurus dengan baik. "Rasulullah bersabda lagi, "Insya Allah engkau telah berbuat benar.ย
Nanti, ketika kita sampai di daerah Shirar, aku akan memerintahkan agar beberapa hewan sembelihan disembelih dan kita akan menetap di daerah itu pada hari itu. Ketika itu, di saat saudari-saudarimu itu mengetahui kedatanganmu, mereka pasti akan menepuk-nepuk bantal dudukmu."
Mendengar ucapan Rasulullah itu, aku pun menukas, "Tapi, demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak memiliki bantal duduk." Rasulullah Saw. menyahut, "Bantal itu nanti akan benar-benar ada. Jadi, ketika nanti engkau sudah sampai, berlakulah dengan lemah lembut."
Jabir lalu melanjutkan keterangannya. Ketika kami tiba di daerah Shirar, Rasulullah Saw memerintahkan untuk menyembelih beberapa hewan sembelihan. Dan pada hari itu, kami menetap di tempat itu. Menjelang petang, Rasulullah pun memasuki kota Madinah dengan diikuti oleh kami semua.
Jabir berkata, "Ketika pagi tiba, aku menarik untaku dan menuntunnya ke kediaman Rasulullah Saw. Di sana aku menyimpuhkan untaku tepat di depan pintu kediaman beliau. Aku lalu duduk di dalam masjid. Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw keluar dan melihat untaku. Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat yang ada di situ, "Apa ini?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, unta ini dibawa Jabir." Rasulullah bertanya lagi, "Lantas, di manakah Jabir sekarang?" Aku pun dipanggil. Setelah menghadap, Rasulullah Saw bersabda, "Wahai keponakanku, tuntunlah untamu ini, karena ia sudah menjadi milikmu."ย
Selanjutnya, Rasulullah Saw. memanggil Bilal seraya bersabda, "Pergilah engkau bersama Jabir, dan serahkan satu uqiyah kepadanya." Maka, aku pun pergi bersama Bilal. la memberiku satu uqiyah, dan menambahkan lagi sedikit dari itu. Demi Allah, unta itu terus tumbuh besar bersamaku sampai-sampai tempatnya di kediamanku dapat dilihat."
Hikmah dan Pelajaran
Kisah percakapan Jabir dan Rasulullah di atas memang tidak berkaitan langsung dengan urusan perang, sebab percakapan tersebut terjadi dalam perjalanan pulang ke Madinah. Namun, jika kita memperhatikan kisah ini dengan seksama maka akan kita temukan gambaran utuh dan mendalam tentang akhlak Rasulullah dengan para sahabatnya yang menggambarkan betapa lembutnya Rasulullah dalam bergaul, kehalusannya dalam berbicara, keakrabannya dalam bercanda, dan cinta yang besar terhadap para sahabatnya di antaranya sebagai berikut:ย
- Nabi sangat tersentuh atas cobaan yang menimpa keluarga Jabir. Di mana ayahnya telah syahid dalam Perang Uhud, dan Jabir yang merupakan anak tertua harus memikul tanggung jawab keluarga serta mengurus adik-adiknya yang ditinggalkan ayahnya. Ia pun hidup dalam keadaan serba kekurangan dan tidak memiliki banyak harta dunia.
- Kebiasaan Rasulullah jika sedang dalam perjalanan bersama para sahabat, beliau selalu menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan mereka satu per satu dan memastikan keadaan mereka baik-baik saja. Hal ini terbukti dalam kisah ini bahwa nabi menemukan Jabir yang tertinggal pasukan karena untanya yang sangat lemah.
- Memberi dengan terhormat. Hal ini dapat disaksikan ketika Rasulullah menawar unta Jabir dan membelinya padahal sejatinya beliau hanya ingin menjadikan itu sebagai alasan untuk memuliakan Jabir dan membantunya di tengah kondisi hidup yang sulit itu.
- Kelembutan dalam bergaul, hangatnya dalam berbicara, dan candaannya yang halus dan menyenangkan kepada para sahabatnya. Hal ini dapat dilihat ketika beliau bertanya tentang istri dan rumah tangganya Jabir, dengan gaya bertanya yang hangat dan bersahabat.ย
Demikianlah kisah dan teladan mulia dari manusia paling mulia sejagat raya untuk kita ambil hikmah dan meneladaninya. Untuk diketahui tulisan ini bersumber dari kitab Fiqhus Sirah karya Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthi [Damaskus, Darul Fikr, cetakan ke 25: 1426 H] halaman 194 - 201 dengan beberapa penyesuaian. Wallahu a'lam.ย
Ustadz Muhamad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.
Terpopuler
1
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
2
15 Ribu Pengemudi Truk Mogok Nasional Imbas Pemerintah Tak Respons Tuntutan Pengemudi Soal ODOL
3
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
4
Sound Horeg: Pemujaan Ledakan Audio dan Krisis Estetika
5
Perbedaan Zhihar dan Talak dalam Pernikahan Islam
6
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
Terkini
Lihat Semua