Imam Al-Maraghi dalam tafsirnya menunjukkan alasannya. Puasa merupakan sarana riyadlah atau menguji ketahanan fisik dan mental kita. Dalam hal spiritual Islam, puasa adalah sarana untuk semakin memperkuat keimanan, ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selain secara medis, fungsi puasa untuk menyehatkan tubuh juga diterapkan dalam hal tindakan non-medis oleh para ulama termasuk diantaranya adalah Kiai Hasan Maolani. Beliau adalah seorang ulama terkemuka yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat. KIai Hasan Maolani hidup pada abad ke-19, sebuah masa dimana terjadi persinggungan yang sangat sengit antara ulama dan kolonial.
Karena dianggap berbahaya, Kiai Hasan Maolani diasingkan ke Kampung Jawa Tondano di Sulawesi Utara satu kamp pengasingan dengan Kiai Modjo dan pasukannya. Kiai Hasan Maolani pun tetap menjaga komunikasi dengan keluarganya melalui surat-menyurat.
Mengobati dengan Puasa
Pada suatu waktu, Kiai Hasan Maolani menerima surat dari putranya yaitu Kiai Abshori atau Nurhamid. Ia menceritakan kondisi salah seorang keluarganya di Kuningan yang sedang dalam keadaan sakit. Kiai Abshori mengeluhkan keadaan ini kepada ayahnya padahal ia sudah menyembelihkan satu ekor hingga dua ekor kambing akikah, namun penyakitnya tidak kunjung sembuh.
Kiai Hasan Maolani kemudian merespon keluhan putranya itu dengan minta saran dari guru spiritualnya yaitu Panembahan Daqa. Sang Guru kemudian menyarankan agar menyembelih dua ekor kambing akikah lagi untuk si sakit sehingga menjadi empat ekor kambing yang disembelih. Saran ini diberikan mengingat adanya keistimewaan batin yang terdapat dalam diri si sakit.
Berikut kutipan pernyataan Kiai Hasan Maolani saat menyampaikan pesan gurunya:
Artinya:
Selain menambah sedekah melalui akikah, Kiai Hasan Maolani juga menyarankan agar memperbanyak puasa rutin untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Puasa itu dilakukan setiap hari Kamis dan Senin atau seminimal mungkin dilakukan setiap satu bulan sekali.
Artinya:
Sebelum melaksanakan puasa, si sakit harus meniatkan diri untuk mensucikan diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ia harus menyatakan bahwa puasanya adalah sebagai bentuk permohonan ampun dan taubat kepada Allah Swt atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya. Selain itu, ia harus menyatakan diri bahwa puasa ini adalah sebagai langkah awal untuk kembali ke jalan yang benar mengikuti langkah orang-orang yang saleh, bertakwa (muttaqin), dan para wali Allah.
Berikut adalah lafadz niat yang diajarkan oleh Kiai Hasan Maolani:
نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِّ مِنْ يَوْمِ الْخَمْسِ (الإِثْنَيْنِ) لِلتَّوْبَةِ وَالْمَغْفِرَةِ وَالْكَفَارَةِ مِنَ الذُّنُوْبِ الْكَبَائِرِ وَالصَّغَائِرِ كُلِّهَا وَلِلدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ الصَّالِحِيْنَ وَمَعَ الدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ الْمُتَّقِيْنَ وَمَعَ الدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ الْمُجَاهِدِيْنَ وَمَعَ الدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ الصَّابِرِيْنَ وَمَعَ الدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ أَوْلِيَاءِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا وَمَعَ الدُّخُوْلِ فِيْ طَرِيْقِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ مَعَ قَضَاءِ الْحَوَائِجِ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ سُنَّةً للهِ تَعَالَى.
Nawaitu shaumal ghaddi min yaumil khamsi (itsnain) lit taubati wal maghfirati wa kafarati minadz dzunubil kaba’iri wash shagha’iri kulliha wa lid dukhuli fi thariqish shalihin wa ma’ad dukhuli fi thariqil muttaqin wa ma’ad dukhuli fi thariqil mujahidin wa ma’ad dukhuli fi thariqish shabirin wa ma’ad dukhuli fi thariqi auliya’illahish shalihin min masyariqil ardi ila magharibiha wa ma’ad dukhuli fi thariqi ahlis sunnati wal jama’ah ma’a qadla’il hawa’iji fid dini wad dunya wal akhirah sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya:
Selanjutnya, berpuasalah seperti biasanya yaitu menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya baik secara lahiriah maupun batin. Waktu berpuasa dimulai sejak waktu Subuh dan berbuka puasa pada waktu Maghrib.
Pada waktu berbuka puasa, Kiai Hasan Maolani menganjurkan untuk melakukan hal berikut:
Lan sadurungé buka iku maka dèn aturaken puasa iku maring guru dumugi ing Rasululullah kaya ujaré:
اَللهُمَّ رَبِّ اجْعَلْ صِيَامَنَا هَدِيَّةً مِنَّا لِسَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اّللهُمَّ تَقَبَّلْ شّفَاعَةَ مُحَمَّدٍ الْكُبْرَى وَارْفَعْ دّرَجَةَ الْعُلَى وَأعْطِهِ سُؤْلَهُ فِي الْأَخِرَةِ وَالْأُوْلَى كَمَا أَتَيْتَ إِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أّنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. أَمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَميْنَ.
Allahumma rabbij’al shiyamana hadiyyatan minna li sayyidina wa nabiyyina Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allahumma taqabbal syafa’ata muhammadin al-kubra warfa’ darajatal ‘ula wa’thihi su’lahu fil akhirati wal ula kama ataita Ibrahima wa Musa. Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim wa tub ‘alaina innaka antat tawwabur rahim. Amiin ya rabbal alamiin.
Artinya:
Ya Allah, jadikan puasa kami sebagai hadiah dari kami untuk junjungan dan nabi kami Muhammad SAW. Ya Allah kabulkanlah syafa’at (pertolongan) dari Nabi Muhammad, angkatlah kepada derajat yang tinggi, dan kabulkanlah segala permohonannya baik di dunia maupun di akhirat sebagaimana Engkau memberikannya kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Ya Allah, terimalah permohonan kami karena sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami karena sesungguhnya Engkaulah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang. Amiin ya rabbal alamiin.
Muhammad Nida’ Fadlan, Peneliti PPIM UIN Jakarta, Wakil Ketua Pengurus NU Ranting Kelurahan Pondok Petir, Depok
Gambar adalah salinan manuskrip surat-surat Kiai Hasan Maolani yang dikumpulkan oleh Panitia Haol Eyang Hasan Maolani tahun 1990.
Seluruh transkripsi dan penerjemahan atas manuskrip dikutip dari Muhammad Nida’ Fadlan. 2019. “Kiai Hasan Maolani, Lengkong: Sejarah dan Surat-suratnya dari Tanah Pengasingan”. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara.
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
4
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
GP Ansor Jatim Ingin Berangkatkan Umrah Bapak Penjual Es Teh yang Viral dalam Pengajian Gus Miftah
Terkini
Lihat Semua