Hikmah

Ini Rahasia Larisnya Kamus Al-Munawwir

Sel, 9 Februari 2016 | 00:00 WIB

Kamus al-Munawwir. Siapa yang tak mengenalnya? Kamus legendaris Arab-Indonesia setebal 1591 halaman tersebut menjadi rujukan hampir seluruh santri di Indonesia. Kamus ini bisa dianggap sebagai kamus Arab-Indonesia terlengkap. Sejak diterbitkan tahun 1997, kamus tersebut sudah dicetak sebanyak 22 kali dengan tingkat penjualan dalam setahun mencapai 20.000 eksemplar. Dengan tingkat penjualan sebanyak itu, bisa dikatakan bahwa kamus yang ditulis oleh KH. A. Warson Munawwir, adik dari KH. Zainal Abidin Munawwir tersebut laris manis di pasaran.

Larisnya kamus al-Munawwir di pasaran tidak serta merta terjadi. Sebab, itu semuanya ada rahasianya. Lalu apa rahasianya?

Kisah ini diceritakan oleh sahabat karib sekaligus rekan organisasi Kiai Warson Munawwir, H. Iskandar beberapa waktu lalu ketika ditemui penulis di Auditorium Gedung Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).

Ketika Kiai Warson masih hidup, sebagai sahabat karib, H. Iskandar sering berkunjung ke kediamannya untuk tetap menjaga tali silaturahim. Suatu ketika, saat H. Iskandar bertamu, ia diberitahu oleh istri Kiai Warson, Nyai Khusnul, terkait keanehan penjualan kamus yang ditulis suaminya tersebut.

Tak rasan-rasan, nek niat neng ati arep tuku ngene, tuku ngono nganggo duwit dodolan kamus, kamuse ndadak ora laku. Tapi nek diniati duwite digawe bangun pondok, kok kamuse laris banget (Rasa-rasanya, kalau di hati ada niat mau beli ini beli itu dengan menggunakan uang hasil penjualan kamus, penjualan kamusnya tiba-tiba menurun alias tidak laku. Tetapi kalau niatnya uang hasil penjualan kamus dibuat bangun pondok, itu kamusnya laris sekali),” ujar H. Iskandar menirukan ucapan Nyai Khusnul.

Pada akhirnya, sejarah memang membuktikan bahwa Pondok Pesantren al-Munawwir Kompleks Q, yang didirikan oleh Kiai Warson, dibangun hanya dengan menggunakan uang hasil penjualan kamus al-Munawwir, bukan dari lain-lainnya.

Kisah menakjubkan tersebut sesungguhnya sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi, "Amal itu tergantung pada niat. Innamal a‘mâlu bin niyyât."  Jadi, ketika akan melakukan sesuatu, utamakanlah niatnya. Semoga bermanfaat. (Nur Rokhim)


=====
NU Online mengajak kepada pembaca semua untuk berbagi kisah inspiratif penuh hikmah baik tentang cerita nyata diri sendiri atau pengalaman orang lain. Silakan kirim ke email: [email protected]