Hikmah

Kisah Ashhabul Ukhdud: Keteguhan Iman di Zaman Edan

NU Online  ยท  Rabu, 14 Mei 2025 | 17:00 WIB

Kisah Ashhabul Ukhdud: Keteguhan Iman di Zaman Edan

Ilustrasi gila. Sumber: Canva/NU Online

Zaman edan. Begitulah sebagian orang menyebut masa yang penuh dengan tipu daya dan cobaan keimanan. Kita sering menyaksikan orang yang sebelumnya beriman, namun kemudian menanggalkan keimanannya karena berbagai faktor. Ada yang melepas keyakinannya karena mencintai seseorang yang berbeda agama, ada pula yang meninggalkan agamanya karena desakan ekonomi.


Salah satu kisah yang patut direnungkan dalam menghadapi cobaan keimanan adalah kisah Ashhab al-Ukhdud, yang disebutkan secara singkat dalam Al-Qurโ€™an, Surah Al-Buruj ayat 4โ€“9:


ู‚ูุชูู„ูŽ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู’ุฃูุฎู’ุฏููˆุฏู (ูค) ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู ุฐูŽุงุชู ุงู„ู’ูˆูŽู‚ููˆุฏู (ูฅ) ุฅูุฐู’ ู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู‚ูุนููˆุฏูŒ (ูฆ) ูˆูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุดูู‡ููˆุฏูŒ (ูง) ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูŽู‚ูŽู…ููˆุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆุง ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุญูŽู…ููŠุฏู (ูจ) ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ู„ูŽู‡ู ู…ูู„ู’ูƒู ุงู„ุณู‘ูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽูŠู’ุกู ุดูŽู‡ููŠุฏูŒ (ูฉ)

 

Artinya: โ€œBinasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman). Yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin. Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.โ€ (Q.S. Al-Buruj [85]: 4โ€“9)


Secara umum, ayat ini mengisahkan kaum yang dilaknat karena menyiksa orang-orang beriman demi memaksa mereka meninggalkan iman. Mereka dibakar dalam kobaran api yang dibuat dalam parit. Alur kisah ini tidak dijabarkan secara lengkap dalam Al-Qurโ€™an. Oleh karena itu, para ulama tafsir menyampaikan beberapa versi lengkapnya, seperti yang dijelaskan Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib (Beirut: Dar Ihyaut Turats โ€˜Arabi, 1420 H, jilid XXXI, hal. 109].jilid XXXI, hlm. 109).


Kisah Ashhabul Ukhdud

Menurut Imam al-Qurthubi, ukhdud berarti lubang panjang seperti parit. Secara historis, kisah ini terjadi di Najran (Yaman), pada masa transisi antara Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. (Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, [Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, 1384 H], jilid XIX, halaman 287).


Dalam Shahih Muslim, disebutkan bahwa ada seorang raja zalim yang mengaku sebagai Tuhan dan memiliki tukang sihir. Saat si penyihir menua, ia meminta sang raja mencari pemuda cerdas untuk dijadikan murid. Pemuda ini setiap hari pergi belajar sihir, namun di tengah perjalanan ia kerap mampir ke rumah seorang pendeta untuk belajar agama dan mengadukan keresahan hatinya.


Suatu hari, di jalan, seekor binatang buas menghalangi jalan. Pemuda itu berdoa, โ€œYa Allah, jika Engkau lebih ridha kepada pendeta daripada tukang sihir, maka bunuhlah hewan ini.โ€ Dengan izin Allah, hewan itu mati seketika setelah dilempar batu.


Setelah peristiwa itu, pemuda tersebut dikaruniai kemampuan menyembuhkan penyakit. Popularitasnya menyebar hingga seorang menteri raja yang buta datang memintanya menyembuhkan penyakit, dengan imbalan hadiah besar. Pemuda itu menegaskan bahwa kesembuhan datang dari Allah, dan menteri itu harus beriman terlebih dahulu. Setelah beriman, atas doa pemuda itu, ia sembuh.


Raja yang mengetahui hal ini menjadi murka. Menteri dan pendeta pun dihukum dengan digergaji hingga tubuh mereka terbelah dua. Sementara pemuda tadi dihukum dengan cara berbeda: dilempar dari gunung dan ditenggelamkan di laut, namun Allah menyelamatkannya setiap kali.


Akhirnya pemuda itu menawarkan solusi untuk membunuhnya: ia hanya akan mati jika seluruh rakyat menyaksikan dan melepaskan anak panah dengan mengucap, โ€œBismillah Rabbi al-Ghulam.โ€ Sang raja mengikuti petunjuk itu, dan pemuda tersebut wafat.


Namun, keajaiban itu justru membuat semua rakyat beriman kepada Allah. Raja yang murka kemudian menggali parit besar, menyalakan api di dalamnya, dan menguji keimanan rakyat. Mereka yang tetap beriman dilemparkan ke dalam kobaran api, termasuk seorang ibu yang hampir goyah, hingga bayinya yang masih kecil berkata, โ€œWahai Ibu, bersabarlah, sesungguhnya engkau di jalan yang benar.โ€


Hikmah dari Kisah di Atas

Dari kisah ini, kita belajar arti kesabaran dan keteguhan iman. Syekh Wahbah az-Zuhaili menegaskan bahwa kisah ini mengajarkan kesabaran dalam menanggung derita demi membela agama Allah. (Tafsirul Munir, ย [Damaskus: Darul Fikr, 1419 H.], jilid XXX, halaman 160)


Secara umum, Surah Al-Buruj diturunkan untuk menguatkan keimanan Rasulullah SAW dan umat Islam yang saat itu mengalami siksaan dari kaum Quraisy. Kesabaran dan keteguhan hati mereka kelak akan berbuah kemenangan di dunia, serta keselamatan dan kebahagiaan abadi di akhirat. Wallahu aโ€™lam.


Ustadz Muhammad Zainul Mujahid, Alumnus Maโ€™had Aly Salafiyah Syafiโ€™iyah Situbondo