Perjanjian Hudaibiyah dan Perdamaian yang Dijunjung Tinggi Nabi
NU Online ยท Sabtu, 14 Oktober 2017 | 13:16 WIB
Sepotong sejarah penting dari banyak kisah perjalanan Islam periode awal adalah perjanjian hudaibiyah. Peristiwa ini tidak hanya menggambarkan ketegangan militer antara umat Islam dan musyrikin Quraisy tapi juga jejak diplomasi Rasulullah SAW.
Kesepakatan yang juga dikenal dengan sebutan โshulhul hudaibiyahโย tersebutย bermula dari rencana sekitar 1400 pengikut Rasulullah untuk menunaikan ibadah haji. Kaum musyirikin tidak rela. Mereka berupaya menghalangi pintu masuk kota Makkah dengan kekuatan militer yang cukup besar.ย
Rasulullah yang tidak menginginkan peperangan pun lantas mengambil jalur perundingan. ย Hasilnya, pada bulan Maret 628 M atau Dzulqaidah 6 H, perjanjian hudaibiyah diputuskan, di antaranya menyepakati adanya gencatan senjata dan kesempatan beribadah umat Islam di Makkah.
Hanya saja, perundingan ini sempat berlangsung alot dan cenderung merugikan umat Islam. Contohnya, muncul penolakan-penolakan terkait dengan sebagian redaksi pembuka perjanjian yang diusulkan Rasulullah, sebagaimana diterangkan dalam kitabย Hayatus Shahabat.ย
โTulislahย bismillahirrahmanirrahimย (atas nama Allah yang maha rahman lagi maha rahim),โ perintah Nabi kepada juru tulisnya, Ali bin Abi Thalib.ย
โAr-Rahman? Aku tak mengenal dia,โ sahut perwakilan musyrikin Quraisy, Suhail bin Amr, memberontak. โTulis sajaย bismika allahummaย seperti biasanya!โย
Umat Islam yang mengikuti proses perundingan tidak terima dengan protes ini. Mereka mengotot akan tetap mencantumkan lima kata yang sangat dihormati itu (bi, ism,ย allah,ย ar-rahman,ย ar-rahim).
โTulis sajaย bismika allahumma,โ Nabi menenangkan.ย
Nabi kemudian menyambung, โTulis lagi,ย hadza ma qadla โalaih muhammad rasulullahย (Inilah ketetapan Muhammadย rasulullah).โย
โSumpah, seandainya kami mengakui Engkau adalahย rasulullahย (utusan Allah), kami tak akan menghalangimu mengunjungi Kaโbah. Jadi tulis saja Muhammad bin Abdullah,โ Suhail kembali memprotes.
โSungguh aku adalahย rasulullahย meskipun Kalian mengingkarinya.โ Akhirnya Nabi mengabulkan tuntutan musyrikin Quraisy untuk mencoret dua kata lagi,ย rasulย danย allah. โTulislah Muhammad bin Abdullah saja,โ pintanya kemudian.ย
Menghindari pertikaian dan pertumpahan darah adalah sikap yang dijunjung tinggi Rasulullah. Perdamaian menjadi prioritas tujuan, meski isi kesapakatan "mengurangi" kebesaran nama agama pada tataran simbolis.
Penggalan sejarah ini megingatkan kita pada sejarah penyusunan asas Pancasila. Demi persatuan dan kerukunan bangsa Indonesia, Piagam Jakarta yang memuat butir sila pertama โKetuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknyaโ akhirnya diubah. Mayoritas ulama dan umat Islam Tanah Air menyepakati pencoretan tujuh kata dalam butir itu sehingga menjadi โKetuhanan Yang Maha Esaโ. (Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Terus Mengalir Pahalanya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
4
Khutbah Jumat: Menyambut Idul Adha dengan Iman dan Syukur
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua