Hikmah

Sya'ban Bulan Shalawat Perspektif Sayyid Muhammad

Jum, 24 Februari 2023 | 19:00 WIB

Sya'ban Bulan Shalawat Perspektif Sayyid Muhammad

Ilustrasi: Bulan Sya'ban (NU Online)

Sya'ban merupakan satu dari sekian bulan yang dimuliakan dalam Islam. Kemuliaan bulan Sya'ban karena peristiwa-peristiwa mulia terjadi di dalamnya, sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Muhammad dalam kitabnya Madza fi Sya'ban:
 

أنَّ الزمانَ يَشرُف بما يقع فيه من الحوادث التي هي الأصل في إعطاء القيمة الاعتبارية للزمان وبمقدارها يكون مقداره، وبفضلها يكون فضله
 

Artinya, "Masa atau waktu menjadi mulia sebab peristiwa-peristiwa yang terjadi di waktu itu. Ini menjadi dasar utama untuk memberikan nilai atau harga pada sebuah waktu. Jadi, seberapa mulia kadar peristiwa itu menjadi kadar mulianya sebuah waktu dan seberapa kadar keutamaan peristiwa itu menjadi dasar kadar keutamaan waktunya. " (Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Al-Maliki Al-Hasani, Madza fi Sya'ban, halaman 6).
 

Berdasarkan hal tersebut, Sayyid Muhammad mengatakan bahwa bulan Sya'ban adalah bulan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Alasanya karena ayat yang memerintahkan untuk shalawat kepada Nabi Muhmmad saw diturunkan di bulan Sya'ban, yakni ayat:
 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤئكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
 

Artinya, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab: 56). 
 

Sayyid Muhammad menyebutkan juga beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa bulan Sya'aban merupakan bulan shalawat kepada Nabi Muhammad dengan alasan yang sama. Yakni bahwa ayat di atas dirurunkan pada bulan Sya'ban. Ulama yang dimaksud adalah Ibnu Abi Ashaif Al-Yamani, pendapat beberapa ulama yang dinukil oleh Imam Shibabbudin Al-Qashtalani dalam kitabnya Al-Mawahibul Laduniyah dan Al-Hafizh Ibnu Hajar. (Al-Hasani, Madza fi Sya'ban, halaman 25-26). 
 

 

Hakikat Shalawat kepada Nabi

Sayyid Muhammad menjelaskan hakikat shalawat kepada Nabi saw, bahwa dalam ayat 56 surat Al-Ahzab di atas Allah memerintahkan kepada seluruh orang mukmin dengan mengikuti Allah dan para MalaikatNya yang membaca shalawat kepada Nabi Muhammad. Maksudnya Allah memerintahkan semua orang mukmin untuk bershalawat kepada Nabi bukan karena kebutuhan Allah atas hal tersebut, melainkan untuk tujuan memuliakan man​​​​​​​usia dengan apa yang diimaninya.
 

Sayyid Muhammad menukil ungkapan Syekh Izzuddin ibn Abdussalam:
 

قال الشيخ عز الدين ابن عبد السلام رحمه الله: «ليست الصلاة على رسول الله ﷺ شفاعة منا له، فإنَّ مثلنا لا يشفع لمثله، ولكن الله سبحانه وتعالى أمرنا بمكافأة من أنعم علينا وأحسن إلينا، فإن عجزنا عن مكافأته؛ دعونا له أن يكافئه عنا . ولما عجزنا عن مكافأة سيد الأولين والآخرين، أمر رب العالمين أن نرغب إليه، وأن نُصلّي عليه، لتكون صلاتنا عليه مكافأة بإحسانه إلينا وإفضاله علينا ولا إحسان أفضل من إحسانه ﷺ : من صلى علي صلاة صلى الله عليـه بهـا عشراً»... رواه مسلم
 

Artinya, "Syekh Izzuddin ibn Abdussalam berkata: "Bershalawat kepada Rasulullah bukanlah syafa'at dari kita untuk Rasulullah, karena manusia seperti kita tidak dapat memberi syafa'at kepada yang lainnya. Melainkan Allah memerintahkan kita untuk mukafa'ah atau memberi balasan dan berbuat baik kepada orang yang telah memberi nikmat kepada kita. Jika tidak mampu untuk membalasnya, kita diperintahkan untuk mendoakannya agar Allah yang memberi balasannya atas kebaiknya pada kita. Karena ketidakmampuan kita untuk membalas Nabi Muhammad saw, maka kemudian Allah memerintahkan kita untuk mencintainya dan bershalawat kepadanya supaya shalawat kita kepadanya menjadi balasan atas kebaikannya kepada kita. Namun, tetap saja tidak ada kebaikan yang lebih utama dibanding kebaikan Nabi Muhammad saw. Disebutkan dalam hadist riwayat Imam Muslim: “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan membalasnya dengan 10 shalawat." (Al-Hasani, Madza fi Sya'ban, halaman 26-27).​​​​​​​
 

Sederhananya, shalawat kita kepada Nabi bukan berarti kita mendoakan atau memberi syafa'at kepadanya, melainkan karena ketidakmampuan kita untuk membalas segala kebaikannya. Shalawat menjadi ungkapan terima kasih kita kepada Nabi Muhammad saw yang tak mungkin dapat terbalaskan atas segala kebaikanya pada kita. Sebabnya manusia mendapat hidayah. Sebabnya manusia mendapatkan petunjuk lewat perantara lisannya yang mulia. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.