Kita sering membayangkan alam kubur atau alam barzakh sebagai ruang tunggu atau ruang dokter memeriksa pasien dalam arti fisik. Hal ini cukup wajar karena kita terbiasa memakamkan jenazah anggota masyarakat kita. Dari sini kemudian kita sulit membayangkan mereka wafat secara tidak lazim dan karenanya tidak dikuburkan secara adat.
Kita lalu bertanya bagaimana alam barzakh penumpang pesawat yang jatuh tanpa ditemukan jasadnya, penumpang kapal laut yang karam tanpa penemuan fisik korban penumpang, korban hanyut di sungai, atau mereka yang mengalami kecelakaan dimangsa hewan buas seperti ular, buaya, dan lain sebagainya?
Apakah mereka semua tidak mengalami alam kubur atau alam barzakh? Apakah mereka tidak mendapat pertanyaan kubur oleh malaikat Munkar dan Nakir?
Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, menjelaskan alam kubur atau alam barzakh bagi mereka yang jasadnya tidak dikebumikan.
ويجمع من تفرقت أجزاؤه وأكلته السباع فيقعد فيسألان بعنف وينهرانه بجفاء وقيل يرفقان بالمؤمن وينهران الكافر والمنافق ويسألان كل إنسان بلغته
Artinya, “Organ tubuh orang mati yang sudah terpisah dan dimakan binatang buas akan dikumpulkan. Orang itu kemudian dibangunkan dalam posisi duduk. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya dengan kasar dan membentaknya dengan bengis. Ada ulama yang mengatakan bahwa kedua malaikat itu bersikat ramah kepada orang beriman dan membentak orang kafir dan orang munafik. Keduanya (malaikat Munkar dan Nakir) bertanya kepada setiap ahli kubur dengan bahasa yang bersangkutan,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 17).
Dari sini kita mendapatkan keterangan jelas bahwa mereka yang jasadnya musnah, tidak dikebumikan, juga mengalami alam kubur atau alam barzakh. Mereka juga menghadapi malaikat Munkar dan Nakir. Mereka akan mendapat pertanyaan alam kubur yang sama seperti ahli kubur yang dimakamkan.
ويقولان له من ربك وما دينك ومن نبيك وما قبلتك ومن إخوتك وما إمامك وما منهاجك وما عملك
Artinya, “Keduanya (malaikat Munkar dan Nakir) bertanya kepada setiap ahli kubur dengan bahasa yang bersangkutan. Keduanya bertanya, ‘Siapa tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu? Apa kiblatmu? Siapa saudaramu? Apa imammu? Apa jalan hidupmu? Apa amalmu?’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 17).
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa kedua malaikat itu akan meminta pandangan ahli kubur dan mereka yang jasadnya musnah entah ke mana perihal status Nabi Muhammad SAW.
Orang yang beriman akan menjawab dengan percaya diri bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah. Sementara orang kafir dan munafik akan panik diliputi ketakutan ketika ditanya perihal Nabi Muhammad SAW. Keduanya menjawab “Aku tidak tahu.”
وفي رواية البخاري ومسلم إنهما يقولان له ما كنت تقول في هذا النبي محمد صلى الله عليه وسلم فيقول المؤمن اشهد أنه عبد الله ورسوله انتهى وأما الكافر والمنافق فيحصل لهما رعب فيقولان لهما هاه هاه لا أدري
Artinya, “Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim, kedua malaikat itu bertanya kepada ahli kubur, ‘Apa pendapatmu perihal nabi ini, Nabi Muhammad SAW?’ Ahli kubur yang beriman itu menjawab keduanya, ‘Saksikanlah bahwa dia (Nabi Muhammad SAW) itu hamba dan utusan Allah. Selesai. Adapun orang kafir dan munafik diliputi rasa takut. Keduanya (orang kafir dan munafik) menjawab, ‘Oh, oh, aku tidak tahu,’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 17).
Kepercayaan terhadap yang ghaib, alam kubur, dan malaikat merupakan bagian dari tiang-tiang keimanan dalam agama Islam. Kita wajib percaya dengan semua yang ghaib sebagaimana ciri-ciri orang beriman yang tersebut dalam awal Surat Al-Baqarah. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)