Ilmu Tauhid

Status Keimanan Abu Thalib dan Syafaat Nabi Muhammad

Kam, 6 September 2018 | 01:15 WIB

Abu Thalib adalah paman yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Abu Thalib mengawal pertumbuhan fisik sejak kecil dan pada waktunya melindungi dakwah Islam yang dikembangkan oleh Rasulullah SAW. Meski demikian, Abu Thalib enggan mengucapkan dua kalimat syahadat di akhir hayatnya.

Keengganan Abu Thalib mengucapkan dua kalimat syahadat itu bukan karena keingkarannya. Ayah Sayyidina Ali bin Abi Thalib ini mengakui kenabian Rasulullah SAW melalui syairnya berikut ini:

ولقد علمت بأنَّ دين محمد ... من خير أديان البرية ديناً

Artinya, “Aku yakin bahwa agama Muhammad adalah agama terbaik umat manusia yang pernah ada.”

Dari sini ulama kemudian menetapkan kekufuran Abu Thalib. Para ulama mendasarkan pandangannya pada hadits riwayat Muslim perihal siksa atau azab neraka paling ringan yang diterima Abu Thalib kelak berikut ini:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Artinya, "Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Penduduk neraka yang paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, ia memakai dua sandal neraka yang cukup mendidihkan otaknya,’" (HR Muslim).

Tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa Abu Thalib termasuk orang yang beriman karena Allah SWT memuliakan Abu Thalib karena jasa pemeliharaan dan cintanya kepada Rasulullah SAW dengan menghidupkan kembali setelah wafatnya untuk menyatakan dua kalimat syahadat sebagaimana keterangan Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani dari As-Subki berikut ini:

والثالث أبو طالب) وأمه فاطمة بنت عمرو بن عابد وهي أم عبد الله أبي رسول الله والصحيح أنه مات كافرا واسمه عبد مناف وأما أبو طالب فهو كنيته وقيل اسمه كنيته قال اليراوي والذي نقله سيدي عبد الوهاب الشعراني عن السبكي أن عمه صلى الله عليه وسلم أبا طالب بعد أن توفي على الكفر أحياه الله تعالى وآمن به صلى الله عليه وسلم قال شيخنا العلامة السجيني وهذا هو اللائق بحبه صلى الله عليه وسلم وهو الذي اعتقده وألقى الله به وأما إحياء الله تعالى لأبويه صلى الله عليه وسلم فللدخول في أمته فقط وإن كانا من الناجين لأنهما من أهل الإسلام

Artinya, “(Ketiga Abu Thalib). Ibunya Abu Thalib bernama Fathimah binti Amr bin Abid. Abu Thalib dan Abdullah, ayah Rasulullah SAW, memiliki ibu yang sama. Pendapat yang shahih mengatakan bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan kufur. Nama Abu Thalib adalah Abdu Manaf. Sedangkan Abu Thalib adalah nama julukannya. Ada ulama yang mengatakan bahwa nama Abu Thalib tidak lain julukannya itu sendiri. Al-Yarawi mengatakan, pendapat yang dinukil oleh Syekh Abdul Wahhab As-Syarani dari As-Subki menyebutkan bahwa paman Rasulullah SAW, Abu Thalib, setelah wafat dalam keadaan kufur dihidupkan kembali oleh Allah SWT lalu beriman kepada Rasulullah SAW. Guru kami As-Sujaini mengatakan, ini cukup layak berkat cintanya kepada Rasulullah SAW. Pendapat ini diyakini olehnya dan menyerahkannya kepada Allah. Adapun kedua orang tua Rasulullah SAW dihidupkan kembali oleh Allah SWT hanya karena untuk memasukkan keduanya ke dalam barisan umat Rasulullah SAW. Kedua orang tua Rasulullah SAW termasuk orang yang selamat dari neraka karena keduanya termasuk umat Islam,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 36-37).

Pandangan As-Subki ini didasarkan pada hukum aqli (jaiz aqli) yang memberikan tempat bagi kuasa Allah atau qudrah pada kemungkinan (mumkinat) yang bukan mustahil. Pandangan As-Subki ini bisa menjadi dasar agar umat Islam tetap menjaga adab terhadap mereka yang mencurahkan hidupnya untuk Rasulullah dan tidak mengecilkan kuasa Allah SWT.

Terlepas dari perbedaan pandangan ulama perihal keimanan Abu Thalib, yang jelas disepakati ulama adalah bahwa Abu Thalib termasuk orang yang menerima syafaat Rasulullah SAW sebagaimana dipahami secara harfiah dari hadits riwayat Muslim di atas.

Syekh Al-Baijuri mengatakan, syafaat Rasulullah SAW ini dimaksudkan antara lain untuk pamannya, Abu Thalib:

ومنها شفاعته في تخفيف العذاب عن بعض الكافرين كعمه أبي طالب على القول بأن الله لم يحيه فآمن به صلى الله عليه وسلم وهو المشهور والذي يحب أهل البيت يقول بأن الله أحياه وآمن به صلى الله عليه وسلم والله قادر على كل شيء

Artinya, “Di antaranya adalah syafaat Rasulullah SAW dalam meringankan siksa dari sejumlah orang kafir seperti pamannya, Abu Thalib, yang menurut satu pendapat ulama, Allah tidak menghidupkannya kembali agar ia beriman. Ini pendapat masyhur. Sementara para pecinta ahlul bait berpendapat Allah menghidupkan kembali Abu Thalib, lalu ia beriman kepada Rasulullah. Allah kuasa atas segala sesuatu,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 23).

Lalu bagaimana dengan Surat Ali Imran ayat 88 yang menyatakan bahwa siksa orang kafir tidak akan diringankan? Syekh Ibrahim Al-Baijuri menjelaskan bahwa ayat ini tidak menafikan syafaat Rasulullah SAW sebagai berikut ini:

ولا ينافي شفاعته صلى الله عليه وسلم في تخفيف العذاب عن بعض الكافرين قوله تعالى ولا يُخَفَّفُ لأن المنفي انما هو تخفيف عذاب الكفر فلا ينافي أنه يخفف عنهم عذاب غير الكفر على أحد الأجوبة في ذلك

Artinya, “Firman Allah pada Surat Ali Imran ayat 88, ‘Tidak diringankan siksa mereka’ tidak menafikan syafaat Rasulullah SAW dalam meringankan siksa sejumlah orang kafir karena yang dinafikan ayat itu adalah siksa kekufuran sehingga ayat ini tidak menafikan peringanan siksa atas dosa selain kekufuran, dalam salah satu jawaban perihal ini,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah: tanpa catatan tahun], halaman 23).

Semoga Allah memelihara kita, keluarga, dan masyarakat lingkungan kita dari segala kekufuran dan kemusyrikan baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Kita juga berharap agar Allah memasukkan nama kita dan nama keluarga kita sebagai penerima syafaat Rasulullah SAW.

Kita juga berharap Allah memasukkan kita termasuk orang yang mencintai Rasulullah SAW, keturunan, sahabat, umat, dan mereka yang mencintainya. Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)