Khutbah

Khutbah Jumat: Fiqih Jihad

Kam, 11 November 2021 | 08:00 WIB

Khutbah Jumat: Fiqih Jihad

Jihad dengan makna berperang secara fisik hanya merupakan sebagian kecil jihad dan itupun harus memenuhi berbagai persyaratan-persyaratan tertentu, seperti atas izin kepala pemerintahan, tidak ada perjanjian damai, tidak menimbulkan kehancuran yang sia-sia, dan selainnya. (Ilustrasi: via n-num.com)

Naskah khutbah Jumat ini menjelaskan tentang konsep dan ketentuan jihad dalam Islam. Belakangan kita sering mendengar kata jihad tanpa memahami substansi dan ketentuan jihad itu sendiri. Kemajuan teknologi dan banjirnya informasi di era digital sering membuat kita terpesona oleh kampanye-kampanye jihad tanpa kita pahami prinsip dan ketentuan jihad itu sendiri.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Fiqih Jihad." Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Di awal khutbah ini, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, dengan berupaya secara optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Di antara wujud nyata peningkatan ketaqwaan terhadap Allah adalah dengan menyiapkan jiwa dan raga kita untuk berjihad di jalan Allah dengan jihad sebenarnya.  


Jihad secara umum populer dimaknai dengan perang secara fisik menghadapi musuh. Namun secara syariat, sebenarnya jihad tidak hanya sebatas itu. Jihad dengan makna berperang secara fisik hanya merupakan sebagian kecil jihad dan itupun harus memenuhi berbagai persyaratan-persyaratan tertentu, seperti atas izin kepala pemerintahan, tidak ada perjanjian damai, tidak menimbulkan kehancuran yang sia-sia, dan selainnya. Tidak sesederhana meneriakkan takbir “Allahu akbar” kemudian menghancurkan apa saja yang di depannya.

 


Dalam fiqih Islam dijelaskan bahwa jihad tidak terbatas pada peperangan saja, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Mula Khasru dalam kitab Badâ-i’us Shanâ-i’ juz I halaman 281:


كِتَابُ الْجِهَادِ هُوَ أَعَمُّ وَغَلَبَ فِيْ عُرْفِ الْفُقَهَاءِ عَلَى جِهَادِ الْكُفَّارِ


Artinya, “Kitab Jihad. Jihad memiliki makna yang lebih umum dan (meskipun) makna populernya di kalangan fuqaha adalah jihad fisik memerangi orang-orang kafir dengan (persyaratan-persyaratan tertentu).”


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Bahkan oleh Nabi Muhamamd saw sendiri, jihad secara fisik (dengan persyaratan-persyaratan tertentu) itu dianggap jihad yang lebih kecil bila dibandingkan dengan jihad melawan hawa nafsu. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:


قَدَّمْتُمْ مِنْ جِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ، قَالُوْا: وَمَا جِهَادُ الْأَكْبَرِ؟ قَالَ: مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ لِهَوَاهُ. رواه البيهقي


Artinya, “Kalian datang dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar. Para sahabat bertanya: ‘Apa jihad yang lebih besar itu?’ Nabi menjawab: ‘Jihadnya seseorang melawan hawa nafsunya’.” (HR. al-Baihaqi)


Jihad melawan hawa nafsu pada hakitatnya merupakan pondasi utama bagi jihad-jihad lainnya, seperti jihad dalam bidang pendidikan, jihad dalam bidang dakwah, jihad dalam bidang ekonomi untuk menyejahterakan masyarakat, dan jihad di bidang-bidang lainnya. Sebab orang yang tidak dapat melawan hawa nafsunya sendiri tidak mungkin berjihad secara sempurna dalam jihad bidang lain yang dilakukannya.

 


Lebih dari itu, jihad melawan hawa nafsu bahkan menjadi penentu suatu perjuangan dapat disebut sebagai jihad atau tidak. Sebab perjuangan apapun yang tidak dilandasi tujuan memuliakan agama Allah, maka tidak dapat disebut sebagai jihad, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Khaldun dalam kitabnya al-Muqaddimah halaman 435.


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Jihad melawan hawa nafsu juga merupakan jihad yang paling berat, karena dalam jihad ini manusia melawan dirinya sendiri. Imam al-Ghazali mengatakan:


وَأَشَدُّ أَنْوَاعِ الْجِهَادِ الصَّبْرُ عَلَى مُفَارَقَةِ مَا هَوَاهُ اْلإِنْسَانُ


Artinya “Macam jihad yang paling berat dilaksanakan adalah bersabar tidak melakukan keinginan hawa nafsu.” 

 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Walhasil menurut fiqih Islam, cakupan makna jihad sebenarnya luas, mulai dari jihad fisik, ekonomi, pendidikan, hingga jihad ruhani yaitu jihad masing-masing orang melawan hawa nafsunya sendiri. 


Jihad melawan hawa nafsu inilah jihad yang paling utama dan menjadi pondasi bagi jihad di bidang-bidang lainnya. Adapun jihad dengan makna peperangan secara fisik hanya merupakan sebagian dari jihad yang dimaksud dalam fiqih Islam, dan itupun boleh dilakukan bila persyaratan-persyaratannya terpenuhi. Terlebih dalam konteks negara bangsa yang damai seperti di Indonesia sekarang, jihad perang fisik tidak boleh serampangan dilakukan tanpa komando dari pemerintahan yang sah. Wallahu a’lam. 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah.

Semoga khutbah Jumat ini dapat menjadi bekal itu untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya. Amin. 


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3). بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَالْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ


اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.


فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرْ


Ustadz Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online.

 

Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI