Khutbah Jumat: Jangan Bawa Tujuan Duniawi ke Tanah Suci
NU Online · Kamis, 22 Mei 2025 | 11:00 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
Membawa ambisi duniawi ke Tanah Suci merupakan salah satu hal yang dapat merusak makna ibadah haji. Ketika niat berhaji dibumbui keinginan pamer, ingin dipanggil haji, atau citra sosial semata, maka keikhlasan pun akan sirna. Haji adalah momen sakral untuk memenuhi rukun Islam kelima bagi kaum muslimin, maka menjadikannya sebagai tujuan yang sebatas duniawi merupakan kesalahan yang perlu untuk diperbaiki dan ditata kembali.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Jangan Bawa tujuan Duniawi ke Tanah Suci”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Segala puji dan syukur hanya milik Allah swt, Tuhan yang menghidupkan hati dengan iman dan menenangkan jiwa dengan zikir. Dia yang memberikan kita waktu, kesehatan, dan kesempatan untuk terus memperbaiki diri dan mendekat kepada-Nya. Hanya dengan rahmat-Nya kita bisa tetap berada di jalan yang lurus, dan dengan karunia-Nya kita bisa tetap teguh di atas kebaikan dan kebenaran.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, Allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbihi, pembawa cahaya kebenaran dan penuntun umat menuju keselamatan. Melalui keteladanannya, kita bisa belajar arti sabar, ikhlas, dan hidup yang berpijak pada nilai-nilai yang benar dalam Islam. Semoga Allah mempertemukan kita semua dengannya di dalam surga yang abadi. Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian agar terus berusaha memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Salah satu bentuknya adalah dengan menjaga hati dari ambisi dunia yang menyesatkan, serta meluruskan niat dalam setiap amal ibadah. Di tengah zaman yang penuh riya dan pencitraan ini, takwa peran penting dalam menjaga hati agar tetap pada niat yang benar dan diridhai.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Siapa saja di antara kita yang diberi karunia oleh Allah untuk dapat menunaikan ibadah haji sejatinya telah dipilih untuk menjadi tamu-Nya di Tanah Suci. Namun sebesar apa pun karunia itu, nilainya akan sangat bergantung pada niat yang tertanam dalam hati. Maka penting bagi setiap calon jamaah haji untuk terlebih dahulu meluruskan niat, bahwa perjalanan ini murni karena Allah semata bukan karena yang lainnya. Berkaitan dengan hal ini, dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ
Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS Al-Baqarah, [2]: 196).
Para ulama telah menjelaskan kepada kita semua, salah satunya adalah Syekh Sulaiman al-Bujairami dalam kitab Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib, jilid III, halaman 181 perihal sebab adanya kata “lillahi” (karena Allah) pada ayat di atas, merupakan isyarat kuat bahwa ibadah haji dan umrah harus dilakukan dengan niat yang ikhlas. Sebab, tidak sedikit orang yang berhaji hanya dengan tujuan untuk dipuji,
وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ: إِنَّمَا أُتِيَ بِلَفْظِ لِلّهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ يُطْلَبُ فِيْهِمَا إِخْلَاصُ النِّيَةِ، وَذَلِكَ لِأَنَّ الْغَالِبَ فِيْهِمَا الرِّيَاءُ وَالسُّمْعَةُ
Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” Disebutkannya lafal ‘karena Allah’ (lillahi pada ayat di atas) adalah isyarat bahwa dalam kedua ibadah tersebut dituntut adanya keikhlasan niat. Hal itu karena yang paling dominan dalam keduanya adalah pamer dan ingin didengar atau dipuji.”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Di zaman sekarang ini banyak di antara kita yang ketika menunaikan ibadah haji justru sibuk berlomba-lomba untuk menunjukkan dirinya di media sosial, memamerkan foto dan video seolah-olah itulah tujuan utama ibadah. Tidak sedikit pula yang lebih mengutamakan sorotan manusia daripada ridha Allah, sehingga menjadikan perjalanan suci itu sekadar ajang pencitraan dan gengsi duniawi.
Inilah gambaran nyata bagaimana niat yang suci bisa tercemar oleh keinginan yang rendah, padahal yang sebenarnya harus kita kejar adalah ridha Allah, bukan like dan komentar dari sesama manusia. Foto dan video memang tidak masalah, hanya saja melupakan tujuan utama berupa ibadah demi yang lainnya sangatlah merugi.
Dan perlu kita sadari, bahwa tujuan-tujuan duniawi seperti yang disebutkan di atas sebenarnya bisa menjadi penghalang untuk meraih hakikat dan kemuliaan ibadah haji yang sesungguhnya. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, jilid I, halaman 262, menegaskan bahwa segala niat yang didasari oleh keinginan duniawi dalam melaksanakan ibadah haji justru menghalangi pahala dan keutamaan haji itu sendiri. Ia mengatakan:
فَكُلُّ ذَلِكَ مِمَّا يَمْنَعُ فَضِيْلَةَ الْحَجِّ وَيُخْرِجُهُ عَنْ حَيْزِ حَجِّ الْخُصُوْصِ
Artinya, “Semua (tujuan-tujuan) itu termasuk sesuatu yang menghalangi kemuliaan haji dan menjauhkan ibadah tersebut dari hakikat haji yang istimewa.”
Lantas, bagaimana solusinya agar ibadah haji yang kita kerjakan terjaga dari niat-niat duniawi di atas? Kuncinya adalah memurnikan niat sejak dari rumah sebelum kaki melangkah ke Tanah Suci. Kita perlu melatih hati bahwa ibadah haji merupakan bentuk patuh pada perintah Allah dan hanya karena-Nya semata. Jika hendak mengabadikan momen, lakukanlah dengan niat untuk mengingat nikmat Allah, tidak sekadar kebanggaan pribadi hingga melupakan tujuannya yang inti.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Oleh karena itu, apabila Allah menakdirkan kita untuk menunaikan ibadah haji, marilah kita jaga niat dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita membawa tujuan duniawi seperti pamer, mencari pujian, atau kepentingan lain ke tanah suci yang suci dan mulia. Ibadah haji merupakan panggilan langsung dari Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Maka, mari luruskan niat hanya karena Allah semata, agar setiap langkah dan doa kita di sana diterima dan menjadi ibadah yang membawa berkah serta penghapus dosa.
Semoga di antara kita dan semua umat Islam yang ditakdirkan menunaikan ibadah haji tahun ini diberikan haji yang mabrur, ibadahnya diterima oleh Allah tanpa cacat sedikit pun. Dan semoga yang belum mendapatkan kesempatan berhaji segera dipermudah langkah kita untuk segera sampai ke tanah suci.
Demikian adanya khutbah Jumat, perihal pentingnya meluruskan niat ketika haji dan membuang jauh-jauh tujuan duniawi ketika hendak menuju tanah suci. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
5
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
6
Inses dalam Islam: Dosa Terbesar Melebihi Zina, Dikecam Sejak Zaman Nabi Adam!
Terkini
Lihat Semua