Khutbah

Khutbah Jumat: Jihad Ekologi Santri untuk Ibu Pertiwi

Jum, 27 Oktober 2023 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Jihad Ekologi Santri untuk Ibu Pertiwi

Ilustrasi: alam (freepik).

Khutbah I

 

   اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَه مَنۡ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَالطَّيۡرُ صٰٓفّٰتٍ‌ؕ،  كُلٌّ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَه وَتَسۡبِيۡحَهٗ، وَاللّٰهُ عَلِيۡمٌۢ بِمَا يَفۡعَلُوۡنَ 
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضَعٌ وَسِتُونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ
 وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Di awal khutbah, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya secara optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.   


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah,
Kita tahu bahwa penetapan tanggal 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional karena berkaitan dengan peristiwa bersejarah adanya seruan resolusi jihad dari K.H. Hasyim Asy'ari untuk berjuang melawan penjajah yang ingin kembali mengambil kedaulatan Indonesia. Padahal saat itu Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya. Resolusi jihad itu berhasil menyatukan kalangan santri dan ulama, dan menggelorakan berbagai kalangan untuk berjihad mempertahankan kesucian tanah air Indonesia.


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Dari 22 Oktober 1945 saat resolusi jihad dikumandangan sampai dengan hari ini 22 Oktober 2023, telah berjalan 78 tahun. Tentu tantangan yang dihadapi Indonesia dan Dunia Santri telah berbeda. Kita tidak lagi menghadapi ancaman penjajahan dari negara lain. Indonesia terus berusaha membangun diplomasi perdamaian dengan negara-negara lain. Bahkan, pada tanggal 12 Oktober yang lalu, Indonesia berhasil terpilih kembali menjadi anggota Dewan HAM PBB untuk periode 2024-2026. Indonesia berkomitmen menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta berkomitmen menjadi solusi masalah HAM dunia.
 

Demikian pula dunia santri di Indonesia, telah demikian berkembang luas dan tidak lagi menghadapi tantangan seperti dahulu. Pesantren telah banyak berdiri dimana-mana. Berdasarkan data Kementerian Agama, setidaknya ada 39.043 pesantren pada tahun 2022. Jumlah santri sebanyak 4,08 juta. Ini jumlah santri yang ada di pondok, belum termasuk yang sudah lulus dan berkiprah di masyarakat. Tentu jumlahnya jauh lebih besar. Jika dihitung dari jumlah nahdliyin, maka ada sekitar 98 juta warga nahdliyin. Dan kita paham bahwa yang disebut santri, bukan hanya dari kalangan nahdliyin saja. Saat ini jumlah umat Islam di Indonesia adalah 240,62 juta jiwa atau setara 86,7% total penduduk Indonesia. Jumlah besar ini adalah 10,15% dari total umat muslim dunia yang berjumlah 2,37 miliar jiwa. 
 

Sekali lagi, secara kuantitas, dunia santri dan umat Islam telah demikian berkembang luas. 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah 
Tahun 2023 ini, Hari Santri Nasional mengambil tema, “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Pertanyaannya adalah, jihad terhadap apa? Apa tantangan dan PR terbesar dunia santri dan umat Islam saat ini?
 

Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak kita semua untuk memperhatikan masalah besar namun jarang sekali dianggap penting kalangan santri dan umat Islam, yakni masalah lingkungan dan kelestarian alam. 
 

Padahal kita tahu bahwa alam dan lingkungan adalah sakral, sebagaimana difirmankan Allah:


اَلَمۡ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يُسَبِّحُ لَه مَنۡ فِى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَالطَّيۡرُ صٰٓفّٰتٍ‌ؕ كُلٌّ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَه وَتَسۡبِيۡحَهٗ وَاللّٰهُ عَلِيۡمٌۢ بِمَا يَفۡعَلُوۡنَ 


Artinya,“Tidakkah kamu menyadari bahwasanya Allah, kepada-Nya lah bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi. Dan burung pun mengembangkan sayapnya (untuk bertasbih). Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan bertasbihnya. Dan Allah tentu maha mengetahui apa yang mereka kerjakan” (QS An-Nûr: 41). 


Perintah menjaga kebersihan lingkungan tidak kurang-kurang diajarkan, dan sejak kecil kita menghafal haditsnya. Namun, ternyata kita ini kurang amaliyahnya. Belum tercipta praktik baik dalam mengelola limbah dan sampah dari rumah tangga kita, dari industri rumah tangga, atau bahkan pesantren, madrasah dan masjid di lingkungan kita. 
 

Kita lihat dan rasakan saat ini, sampah-sampah yang dihasilkan setiap orang dibuang begitu saja. Anda bisa bayangkan, jika 4,08 juta santri di pesantren tadi rata-rata menghasilkan sampah 0,4 kilogram perhari menurut suatu penelitian, maka akan ada timbunan seribu enam ratus tiga puluh dua ton sampah setiap hari! Anda bisa membayangkan berapa juta ton sampah dari 240,62 juta umat Islam itu. 
 

Lantas, apa tanggung jawab kita sebagai santri dan umat Islam? Ternyata, sampah-sampah tidak dikelola dengan baik. Menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap, berbagai penyakit terutama akan rawan bagi anak-anak dan balita kita. Sampah telah menimbulkan masalah di mana-mana. 
 

Kita ikuti pemberitaan di media massa atau media sosial, di kota seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta misalnya, telah dinyatakan ‘darurat sampah’. Ternyata di desa-desa juga demikian kondisinya. Sampah dibuang di pinggir-pinggir jalan. Tidak dikelola di pekarangan-pekarangan warga di desa. Apalagi sampah plastik yang tidak dapat diurai dalam tanah. Pemandangan itu juga dikumpai di pondok-pondok. Timbunan sampah kadang bersebelahan dengan makam-makam yang sering diziarahi. 
 

Sungai-sungai yang dulu bisa untuk mandi, kini dipenuhi sampah atau limbah buangan dari kamar mandi atau warung-warung. Kapan terakhir generasi kita masih bisa mandi di sungai? Saya khawatir generasi anak-cucu kita sudah tidak bisa menikmati mandi di sungai, melihat sumber mata air, dan sebagainya. Sebab, semuanya telah tercemar dan tidak layak konsumsi. 
 

Sebagai santri kita harus memikirkan serius masalah ini. 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Panggung shalawat digelar dimana-mana. Bacaan-bacaan shalawat terus kita langitkan. Demikian pula kita perlu membumikan shalawat. Bumi ini perlu dishalawati, dijaga kebersihannya, kemuliaannya dan kesuciannya. Kita ciptakan bumi yang sejuk agar makhluk-makhluk hidup non-manusia seperti hewan (hayawan), tetumbuhan (nabaat), bahkan makhluk material (maaddah), dapat bertasbih sesuai sunnatullah. 


تَحَفَّظُوْا مِنَ الأَرْضِ فَإِنَّهَا أُمُّكُمْ، وَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ عَامِلٍ عَلَيْها خَيْراً أَو شَرّاً إِلَّا وَ هِيَ مُخْبِرَةٌ بِهِ 
 

Artinya: “Jagalah bumi, sebab ia adalah ibumu. Dan tiada seorang pun melakukan tindakan di permukaan bumi ini, baik tindakan baik atau buruk, kecuali akan dikabarkan oleh ibu bumi.” Demikian disampaikan dalam Nahj-al-Fasahah. Permukaan bumi ini seperti piksel CCTV yang maha tajam mengawasi setiap tindakan manusia. Dan kelak ibu bumi akan melaporkan atau mengkabarkan kepada Allah hasil rekaman atas perilaku manusia tersebut, وَ هِيَ مُخْبِرَةٌ بِهِ. 


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Marilah, melalui peringatan Hari Santri Nasional ini, kita menekadkan diri, berjihad untuk negeri, dimulai dengan lingkungan terdekat kita. Mulai dari hal yang sederhana namun menjadi kunci dalam pengelolaan sampah, yakni mengajak setiap angggota keluarga untuk memisahkan sampah berdasarkan tiga jenisnya. (1) sampah organik, (2) sampah daur-ulang, (3) sampah residu seperti popok, pembalut dan gombal. Kita hidupkan lagi jogangan di pekarangan rumah kita untuk menampung khusus sampah organik dari dapur, agar bisa menjadi kompos dan bermanfaat kembali ke tanah. Prinsipnya, “yang dari tanah kembalikan ke tanah, yang dari pabrik kembalikan ke pabrik.” Kita biasakan anak-anak kita mengelola sampah, melalui keteladanan kita para orangtua. Peduli lingkungan dan mengelola sampah rumah tangga itu bukan hanya kewajiban orangtua, ibu-ibu, tapi juga anak-anak dan para bapak. 
 

Kita perlu menciptakan lingkungan pesantren-pesantren, masjid-masjid, madrasah-madrasah, lembaga pendidikan dan forum-forum pengajian untuk mengajarkan dan meneladankan praktik baik dalam pengelolaan sampah di lingkungannya masing-masing.

 

Selain mengelola sampah, perlu kita mengurangi konsumsi yang menimbulkan sampah. Baik itu konsumsi dalam arti pangan, membeli sandang dan pernak-perniknya, membeli papan dan ubo-rampai-nya, dan berbagai hal yang semua itu akan berakhir menjadi sampah. Mulailah selektif memikirkan mana yang kita perlukan dan mana yang hanya memenuhi nafsu konsumsi kita. Kita ajarkan dan teladankan anak kita untuk makan secukupnya namun mengutamakan gizi seimbang; tidak memubazirkan makanan; tidak membeli mainan dan alat tulis yang tidak diperlukan, dan seterusnya.   


Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Di atas itu belum lagi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi dan pembangunan yang buruk, yang tidak peduli pada alam, tidak peduli pada nasib umat manusia, namun hanya peduli pada pundi-pundi uang. Jihad ekologi santri adalah jihad melawan kerusakan alam lingkungan dan jihad memperjuangkan kemuliaan manusia. Santri harus mulai memikirkan keluarga hijau, madrasah hijau, masjid hijau, pesantren hijau, ekonomi hijau (green economy), dan seterusnya. Hijau dalam arti bersifat ekologis.

 

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah
Memperjuangkan itu semua sejatinya adalah jihad menegakkan Islam rahmatan lil Aalamin. Islam menjadi rahmat bagi semesta alam, bagi manusia, hewan, tumbuhan dan alam lingkungan secara umum. 

 

Demikian saya akhiri khutbah, semoga bermanfaat untuk kita semua. Kita tekadkan melalui Hari Santri Nasional ini, jihad ekologi santri untuk negeri. Kita ciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Menuju sehat dan kuatnya generasi para santri dan bumi pertiwi, untuk kini dan kelak di kemudian hari.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم   


Khutbah II


   اَلحمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا  كَمَا أَمَرَ. أَشْهدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِه وكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ  سَيّدَنا مُحمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اللّٰهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ على سيِّدِنَا محمَّدٍ وآلِه وصَحْبِه مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ   أَمَّا بَعْدُ: فيَآ أَيُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَاَلى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ، وحافَظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ، فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمً. اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ   اَللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ و عُثْمانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وَعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً، ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اَللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ، وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ   اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ   فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ   اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.   فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَر   

 

Ahmad Nashih Luthfi, sejarawan agraria dan dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta