Khutbah

Khutbah Jumat Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Damaskus Tahun 99 Hijriah

Kam, 23 Juli 2020 | 20:01 WIB

Khutbah Jumat Khalifah Umar bin Abdul Aziz di Damaskus Tahun 99 Hijriah

Umar Ibnu Abdul Aziz Ibnu Marwan lahir dari ibu bernama Laila Binti Ashim Ibnu Umar Ibnu Al-Khattab. Ia diangkat menjadi khalifah setelah Sulaiman mangkat pada bulan Muharram 99 Hijriah

Syekh Sa'id Ibnul 'As dari Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa akhir khutbah Jumat yang diutarakan oleh Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz setelah mengucapkan puji syukur dan sanjungan kepada Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, lalu berkatalah ia, 


Ama ba'du. Hai manusia, sesungguhnya kalian diciptakan bukan dengan main-main, dan kalian tidak akan dibiarkan tersia-sia. Sesungguhnya kalian akan dikembalikan ke negeri akhirat, lalu Allah akan memutuskan perkara diantara kalian dan memutuskan hukum-Nya. Maka alangkah kecewa dan celakalah seorang hamba yang dikeluarkan oleh Allah dari rahmat-Nya dan diharamkan memasuki surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi. Tidakkah kalian ketahui, bahwa tiada seorang pun yang aman dari azab Allah dihari esok kecuali orang-orang yang selalu ingat akan hari kembali dan takut kepada-Nya, serta menukar yang fana dengan yang kekal, yang sedikit dengan yang banyak, dan yang takut dengan yang aman.


Umar Ibnu Abdul Aziz melanjutkan khutbahnya, “Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya kalian berasal dari air mani yang dikeluarkan dari tulang sulbi orang-orang yang telah binasa (mati), dan kelak sesudah kalian terdapat orang-orang yang menjadi penerus kalian, sedangkan kalian kembali kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, pewaris yang terbaik. Kemudian setiap pagi dan petang kalian mengantarkan orang-orang yang menghadap kepada Allah SWT. Karena telah menemui ajalnya, lalu kalian menguburkannya ke dalam tanah yang berbeda dengan tempat sebelumnya, sedangkan semua kekasihnya telah dia tinggalkan dan kini tempatnya menyatu dengan tanah. Di hadapannya terbentang hisab perhitungan amal perbuatannya, kini nasibnya tergantung kepada amal perbuatannya, dia tidak memerlukan lagi apa yang ditinggalkannya dan sangat memerlukan amal perbuatan untuk menghadapi masa mendatangnya. Karena itu bertakwalah kepada Allah, hai hamba-hamba Allah, sebelum usia habis dan maut datang merenggut nyawa.”


(Kemudian Umar Ibnu Abdul Aziz mengusap matanya dengan ujung kain sorbannya. Ia menangis, dan orang-orang yang ada di sekitarnya ikut menangis pula).


Kemudian Umar Ibnu Abdul Aziz membaca ayat Al-Qur’an:


قٰلَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِى الْاَرْضِ عَدَدَ سِنِيْنَ. قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَسْئَلِ الْعَآدِّيْنَ. قٰلَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُوْنَ. اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٓكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ. فَتَعٰلَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ. وَمَنْ يَّدْعُ مَعَ اللهِ إِلٰهًا اٰخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهٖ فَاِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَفِرُوْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰاحِمِيْنَ. (المؤمنون : ١١٢-١١٨)


“Allah bertanya, berapa tahun kah lamanya kalian tinggal di bumi? Mereka menjawab, kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman, kalian tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui. Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy Yang Mulia. Dan barang siapa yang menyembah tuhan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, berilah ampun dan berilah rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun 112-118)


Dikutip dari Kitab Tafsir Al-Qur’anil Adhim, Ismail Ibnu Katsir, juz.3 hal.259

...

Khutbah tersebut disampaikan pada Jumat tanggal 30 Jumadil Awwal 99 H (11 Januari 718 M) di masjid Al-Umayyah, Damaskus. Di samping masjidnya terdapat makam Nabi Yahya putra Nabi Zakaria AS dan terdapat pula makam Sultan Shalahuddin Al-Ayubi.


Selintas tentang Umar Ibnu Abdul Aziz
Umar Ibnu Abdul Aziz Ibnu Marwan lahir dari ibu bernama Laila Binti Ashim Ibnu Umar Ibnu Al-Khattab. Ia diangkat menjadi khalifah setelah Sulaiman mangkat pada bulan Muharram 99 Hijriah. Ia seorang yang zuhud, tawadhu, bertaqwa, adil, amat setia dan cinta pada rakyatnya. Ia lebih berusaha menghidupkan Kitab dan Sunnah Nabi SAW, beliaulah yang mengumpulkan hadits-hadits nabi kemudian dibukukan.


Ia mengajak rakyat agar berpegang teguh pada syariat. Didorongnya mereka agar setia mengikuti perintah Allah, dan menghentikan larangannya. Oleh karena itu Umar Ibnu Abdul Aziz selalu disebut Khulafaur Rasyidin yang kelima.


Dalam setiap akhir khutbah jumat selalu dibacakan surat An-Nahl ayat 90 : “Sesungguhnya, Allah menyuruhmu untuk berbuat adil dan berbuat ihsan, serta memberi bantuan pada karib kerabatmu, dan Dia melarang kamu mengerjakan yang mungkar dan berbuat curang. Diberi-Nya pengajaran pada kamu agar kamu mengingatnya”.


Para pejabat tinggi negara yang dipandangnya sewenang-wenang dan tiada setia mengerjakan agama diturunkannya dari jabatannya, seperti Yazid Ibnu Muhallab. Di tulisnya surat kepada Maslainah Ibnu Abdul Malik dan menyuruhnya kembali berdakwah ke kota Konstantinopel.


Ia mengutus Syekh Ishaq Ibnu Sulaiman menjadi dai menuju Kerajaan Criwijaya atas permintaan Baginda Cridravarman – ia masuk Islam tahun 719 M – “Criwijaya” berubah menjadi “Cribuza Islam” (sumber: The Preaching of Islam, DR. T.W. Arnold).


Sayang, Umar Ibnu Abdul Aziz memerintah tidak lama, hanya dua tahun lebih sedikit.


KH Imam Syamsudin, Wakil Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Sukabumi