Khutbah

Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Antikorupsi kepada Anak Sejak Dini

NU Online  ·  Jumat, 23 Mei 2025 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Antikorupsi kepada Anak Sejak Dini

Ilustrasi antikorupsi. (Foto: NU Onlinr/Freepik)

Korupsi adalah tindakan tercela yang masih marak terjadi di negara kita tercinta, Indonesia. Perbuatan tercela ini seakan menjadi kebiasaan yang sulit diberantas, apalagi di kalangan pejabat. Oleh sebab itu, kita harus melakukan upaya pencegahan dengan cara menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak sejak usia dini, karena mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kehidupan ini.

 

Naskah Khutbah Jumat ini berjudul, “Khutbah Jumat: Menanamkan Nilai Antikorupsi Kepada Anak Sejak Dini”. Untuk mencetak, silakan klik fitur download berwarna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat! 

 

Khutbah I

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ أَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

 

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Segala puji dan syukur hanya milik Allah Swt, Dzat yang telah memerintahkan supaya kita senantiasa memelihara setiap anggota keluarga dari api neraka, yakni dengan berupaya menjaga dan mendidik mereka untuk selalu melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi setiap larang-Nya.

 

Shalawat serta salam mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, insan kamil yang telah berjuang dalam dakwah dan senantiasa menyebarkan nilai-nilai keislaman yang sejuk. Begitu juga kepada para sahabat, kerabat, tabiin dan ulama yang meneruskan perjuangan beliau, semoga Allah membalas jasa mereka dengan ganjaran terbaik di sisi-Nya.

 

Khatib berpesan bagi diri sendiri dan jamaah, mari tingkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya ketakwaan. Jangan sampai kita meninggal dunia, kecuali dalam keadaan muslim. Sebagaimana nasihat Allah dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 102:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

 

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Bangsa kita, Indonesia, tengah menghadapi masalah yang sangat serius. Perilaku korup seakan terjadi di mana-mana dan dilakukan di hampir setiap lini kehidupan, tanpa terbatas sekat sosial dan kelas ekonomi, mulai dari kalangan masyarakat biasa sampai pejabat negara. 

 

Salah satu bentuk korupsi yang sering terjadi ialah mengambil dan mengonsumsi harta yang bukan miliknya. Padahal perilaku ini dilarang keras dalam Islam, sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:

 

وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

 

Artinya: “Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” 

 

Syekh Jalaluddin As-Suyuthi dan Syekh Jalaluddin Al-Mahalli dalam kitab Tafsir Jalalain, halaman 39, menjelaskan bahwa QS. Al-Baqarah ayat 188 ini menerangkan tentang ketidakbolehan mengonsumsi harta sesama manusia dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Islam, baik dengan mencuri atau ghasab.

 

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالكُمْ بَيْنكُمْ) أَيْ يَأْكُلُ بَعْضُكُمْ مَالَ بَعْضٍ (بِالْبَاطِلِ) الْحَرَامِ شَرْعًا كَالسَّرِقَةِ وَالْغَصْبِ

 

Artinya: “(Janganlah kamu memakan harta di antara kamu) maksudnya adalah janganlah sebagian dari kalian memakan harta orang lain, (dengan cara yang batil) yakni melalui jalan yang diharamkan oleh syariat, seperti mencuri atau ghasab.” 

 

Tidak hanya mengonsumsi harta orang lain dengan cara yang batil, Islam juga mengecam perilaku curang yang dilakukan oleh oknum pedagang. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Muthafifin ayat 1-3. Begitu pun, Islam melarang penyalahgunaan kekuasaan. Seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 27.

 

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah

Memakan harta sesama manusia dengan cara batil, berlaku curang dan menyalahgunakan kekuasaan adalah bentuk tindak pidana korupsi, sebagaimana hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 

 

Tindakan korupsi ini harus kita cegah dan lawan, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat, terutama dengan dimulai dari keluarga kita masing-masing. Dalam hal ini, kita harus berusaha menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak sejak usia dini. Kita harus berupaya mengajarkan kepada mereka bahwa segala bentuk tindakan yang merugikan orang lain sangat dilarang dalam Islam dan hal ini bisa disebut korupsi.

 

Mengapa ajaran ini harus kita tanamkan kepada anak sejak kecil? Karena di waktu kecil, anak-anak masih dalam keadaan fitrah (suci). Sebagaimana Rasulullah Saw menjelaskan dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah:

 

‌مَا ‌مِنْ ‌مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ،

 

Artinya: “Tidak ada satu anak pun yang lahir, kecuali dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya-lah yang membuat ia menjadi Yahudi, Nashrani dan Majusi.” 

 

Hadits ini secara tersirat memberikan pengajaran kepada kita bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua. Setiap anak terlahir dalam keadaan suci, belum mengerti apapun dan masih polos. Peran orang tua-lah yang bisa memengaruhi kemampuan pemahaman setiap anak. Dengan demikian, orang tua mempunyai andil dalam membentuk keyakinan seorang anak. 

 

Maka yang semulanya suci atau bersih, bisa berkeyakinan seperti Yahudi, Nasrani, Majusi atau pun menjadi Islam seperti kita. Oleh karena itu, mari kita sama-sama menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak sejak dini agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berbudi baik dan tidak korupsi hingga dewasa kelak.

 

Untuk mencapai tujuan tersebut, orang tua perlu mengambil langkah nyata, dengan cara: Pertama, mendidik anak agar senantiasa taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam hal mengambil hak orang lain secara batil, berbuat curang, dan menyalahgunakan kekuasaan. Kedua, penting untuk mengajarkan kepada anak bahwa setiap tindakan yang merugikan orang lain sangat dilarang dalam Islam, dan dalam konteks modern, hal ini dapat disebut sebagai korupsi. 

 

Ketiga, orang tua harus menjadi teladan nyata bagi anak-anak dalam berperilaku jujur dan menghindari perbuatan curang, mengingat bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua. Terakhir, dengan kesadaran bahwa anak terlahir dalam keadaan suci dan polos, maka kita memiliki peran penting dalam membentuk karakter mereka, sehingga kelak mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang berbudi luhur dan bebas dari korupsi.

 

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam mendidik anak-anak dan keluarga dengan nilai-nilai kejujuran dan menjauhkan mereka dari segala bentuk korupsi. Amiin ya rabbal alamin.

 

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى 

 

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

 

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ 

 

Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman.