Khutbah

Khutbah Jumat: Menjadikan Ramadhan sebagai Madrasah Ketakwaan

Kamis, 6 Maret 2025 | 14:00 WIB

Khutbah Jumat: Menjadikan Ramadhan sebagai Madrasah Ketakwaan

Ilustrasi kurma untuk buka puasa. SUmber: Canva/NU Online.

Menjadikan Ramadhan sebagai madrasah ketakwaan merupakan langkah bijak untuk meraih peningkatan spiritual selama bulan suci. Orang yang memanfaatkan Ramadhan sebagai ajang mendidik diri akan lebih disiplin dalam beribadah, lebih terkendali dalam berbicara dan bertindak, serta lebih peka terhadap nilai-nilai kebaikan.


Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Menjadikan Ramadhan sebagai Madrasah Ketakwaan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدِّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillahi rabbil alamin, kalimat syukur yang harus senantiasa kita lafalkan melalui lisan, atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan, terkhusus nikmat agung dipertemukannya kembali dengan bulan yang sangat mulia, yaitu bulan Ramadhan. Semoga di bulan yang sangat singkat ini, kita bisa benar-benar meraih manfaat, keutamaan, dan keberkahan yang ada di dalamnya.


Shalawat dan salam tak henti-hetinya kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa shahbih. Sosok teladan yang sempurna, insan yang jujur, sabar, dan bijaksana. Semoga kita semua yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini termasuk golongan umatnya yang mendapatkan syafaat darinya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal alamin.


Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengajak dan mengingatkan kepada kami sendiri dan keluarga, serta semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yaitu dengan terus istiqamah mengerjakan ketaatan, kebaikan, dan kedisiplinan, terkhusus di bulan Ramadhan yang mulia ini, di mana semua amal kebajikan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang sejatinya berfungsi sebagai madrasah ketakwaan bagi kita Semua sebagai umat Islam. Selama sebulan penuh, kita diajarkan untuk menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, tidak hanya sebatas makan dan minum saja, namun juga dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia.


Dengan berpuasa, kita diajarkan tentang kesabaran dan pengendalian diri. Dengan shalat tarawih, kita diajarkan tentang kesabaran dan kedisiplinan. Dengan sedekah dan zakat fitrah, kita diajarkan untuk menumbuhkan kepekaan sosial kepada sesama. Begitu juga dengan membaca Al-Qur’an, kita diajarkan untuk memperdalam kandungan yang ada dalam firman Allah. Semua ibadah ini, menjadi bukti nyata bagi kita Semua bahwa kehadiran bulan Ramadhan menjadi tempat belajar atau madrasah untuk memperkukuh ketakwaan kita semua.


Oleh sebab itu, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an bahwa tujuan diwajibkannya puasa adalah untuk meningkatkan ketakwaan. Maka sangat tepat jika kita menjadikan Ramadhan sebagai madrasah untuk meningkatkan ketakwaan kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).


Ayat ini dengan jelas mengingatkan kita Semua tentang tujuan utama dari puasa di bulan Ramadhan, yaitu untuk mencapai ketakwaan kepada Allah. Karenanya, puasa tidak hanya sekadar ritual ibadah yang dalam praktiknya hanya dengan menahan lapar dan dahaga saja, namun juga untuk membentuk pribadi yang lebih taat kepada-Nya, membentuk pribadi yang bisa menjaga pandangan, perkataan, dan perbuatan, serta menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah.


Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’anil Adzim, jilid I, halaman 497 menjelaskan alasan kenapa Allah menjadikan takwa sebagai puncak dan tujuan dari ibadah puasa, karena dengannya kita akan berusaha untuk membersihkan diri dari segala kejelekan, dan dengan berpuasa pula kita akan mempersempit jalur-jalur setan. Artinya, hawa nafsu akan melemah sehingga setan akan lebih sulit menggoda manusia,


لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. لِأَنَّ الصَّوْمَ فِيْهِ تَزْكِيَةٌ لِلْبَدَنِ وَتَضْيِيْقٌ لِمَسَالِكِ الشَّيْطَانِ


Artinya, “Agar kamu bertakwa. Karena di dalam puasa terdapat penyucian bagi tubuh dan penyempitan jalan-jalan setan.”


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Menjadikan Ramadhan sebagai madrasah ketakwaan artinya kita tidak hanya sekadar menjalani ibadah di bulan Ramadhan saja tanpa memperhatikan hal-hal yang bisa merusak pahala ibadah tersebut, namun juga harus menjaga sakralitasnya, agar kita bisa beribadah sekaligus mendapatkan pahala dari ibadah yang kita kerjakan, alias diterima oleh Allah.


Caranya adalah dengan meninggalkan segala perbuatan-perbuatan jelek yang biasa kita lakukan sebelum puasa, seperti membicarakan keburukan orang lain, berbohong, mengadu domba, berbohong, memandang hal-hal yang dilarang alam Islam dengan syahwat, dan lainnya. Semua perbuatan ini sejatinya sekalipun tidak membatalkan puasa, namun bisa menghanguskan pahala ibadah tersebut.


Berkaitan dengan penjelasan dia atas, Syekh Hasan al-Massyath dalam kitab Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, halaman 45 mengatakan:


إِذَا لَم يَكُنْ فِي السَّمْعِ مِنِّي تَصَاوُنٌ * وَفِي بَصَرِي غَضٌّ وَفِي مَنْطِقِي صَمْتٌ * فَحَظِّي إِذَنْ مِنْ صَومِيَ الجُوعُ وَ الظَّما ** فَإِنْ قُلْتُ إِنِّي صُمْتُ يَومِي فَمَا صُمْتُ


Artinya, “(Jika saat puasa) pendengaranku tidak dijaga, tidak menundukkan pandanganku, dan tidak mendiamkan ucapanku. Maka tidak ada yang aku peroleh dari puasaku kecuali lapar dan dahaga. Sekalipun aku mengatakan “aku puasa”, padahal kenyataannya tidak.”


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Oleh sebab itu, mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai madrasah, tempat belajar untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, sehingga kita akan terbiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan istiqamah dalam melakukan ketaatan, sekalipun setelah selesainya bulan Ramadhan nanti, sebab kita sudah terdidik dan terbiasa melakukannya selama bulan Ramadhan ini.


Demikian adanya khutbah Jumat, perihal menjadikan bulan Ramadhan sebagai . Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ


أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ  اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ  ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan alumnus Program Kepenulisan Turots Ilmiah Maroko.