Khutbah

Khutbah Jumat: Merawat 2 Predikat Mulia di Bulan Syawal 

Rab, 3 Mei 2023 | 17:00 WIB

Khutbah Jumat: Merawat 2 Predikat Mulia di Bulan Syawal 

Khutbah Jumat merawat dua predikat mulia di bulan Syawal. (Foto: ilustrasi NU Online)

Khutbah Jumat ini mengingatkan kepada jamaah untuk merawat dan mempertahankan 2 predikat mulia yang merupakan anugerah yang berhasil diraih setelah melaksanakan kewajiban berpuasa dan menjalankan berbagai ibadah lainnya di bulan Ramadhan. Bulan Syawal menjadi titik tolak apakah kita mampu mempertahankan dua predikat tersebut yakni berupa ketakwaan dan kesucian.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Merawat 2 Predikat Mulia di Bulan Syawal". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).



Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ


أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan kehidupan di muka bumi ini sekaligus memberikan nikmat rezeki kepada makhluk-Nya. Kita sebagai makhluk sekaligus hamba-Nya yang diamanahi menjadi pemimpin di muka bumi ini harus terus memanjatkan syukur atas kesempurnaan kita diciptakan dan menyampaikan rasa syukur agar segala kebaikan yang telah dianugerahkan kepada kita akan senantiasa ditambah oleh Allah swt. 


Alhamdulillahi rabbil alamin, menjadi ucapan yang patut membasahi lisan kita setiap saat atas nikmat-nikmat yang terus mengalir sampai kita tidak mampu untuk menghitungnya. Allah telah menegaskan hal ini dalam firman-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an surat An-Nahl Ayat 18:


وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak kufur dan mendustakan nikmat nyata dan melimpah yang telah dianugerahkan-Nya. Hal ini juga diingatkan Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rahman melalui sebuah ayat yang diulang-ulang sebanyak 31 kali agar kita tidak ingkar kepada nikmatnya yang agung. 


فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ   


Artinya: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Di antara sekian banyak nikmat yang perlu kita syukuri saat ini adalah telah dianugerahkannya nikmat kepada kita bisa bertemu bulan Ramadhan, menjalankan kewajiban ibadah di dalamnya, dan bisa bertemu dengan bulan Syawal di mana kita bisa menikmati kebahagiaan bersama orang-orang yang kita cintai dalam suasana Idul Fitri. Tidak semua orang mampu menikmati hal ini. Dan untuk bisa mempertahankan agar nikmat ini tidak pergi, maka syukur harus kita tanamkan dalam hati, ucapkan oleh lisan, dan diwujudkan dalam tindakan.


Dalam suasana Syawal ini, kita juga perlu bersyukur dan berharap bisa meraih 2 predikat anugerah yang menjadi buah dari ibadah puasa Ramadhan. 2 anugerah yang telah Allah janjikan akan diberikan kepada yang menjalankan ibadah puasa dengan keimanan dan mengharap ridha Allah swt. 2 predikat mulia yang harus kita rawat dan pertahankan itu adalah ketakwaan dan kesucian.


Pertama adalah merawat anugerah ketakwaan. Allah swt berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 183:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ   


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”


Pada ujung ayat ini, jelas disebutkan bahwa muara atau tujuan disyariatkan dan diwajibkannya ibadah puasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa. Ini kita alami dan rasakan bersama, bagaimana di bulan Ramadhan kita dilatih untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Sikap dan prilaku inilah yang memang menjadi esensi dari takwa yakni:


امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا   


“Mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam suasana sunyi maupun ramai, dalam dhahir maupun dalam batin.”


Saat Ramadhan kita bisa menjalankan perintah Allah yakni puasa dan tidak melanggar perintah-Nya dengan tidak tergoda pada makanan dan minuman apapun yang ada di sekitar kita. Begitu juga kita mampu menjauhi segala hal yang dapat membatalkan puasa dan menghilangkan pahala puasa. Sikap ini berhasil kita lakukan, baik ada orang di sekitar kita maupun saat tidak ada siapapun yang melihat kita. Tentu sikap ini harus terus kita rawat dan pertahankan dimulai dari bulan Syawal ini.


Bagaimana caranya? Kita harus terus menanamkan kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan tidak akan terlepas dari pantauan Allah swt. Rasulullah bersabda:


أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ , فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ


Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim)


Jika nilai-nilai ketakwaan sudah tertancap dalam diri kita maka secara otomatis kita akan menyadari Allah selalu mengawasi hati dan prilaku kita. Allah berfirman:


وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ


Artinya: “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Kedua adalah merawat kesucian. Predikat ini secara tersirat dan tersurat telah diungkapkan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim yang sangat masyhur:


مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ   


Artinya: “Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”


Dalam hadits ini, yang akan dihapus dosa-dosa sebelumnya adalah mereka yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah swt. Dalam kitab Maqâshid al-Shaum halaman 15 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan iman di sini adalah meyakini bahwa puasa adalah kewajiban dan kita yakin dalam melaksanakannya. Sementara ihtisaban (mengharapkan pahala) adalah merendahkan diri memohon balasan dari dari Allah sebagai bentuk penyerahan diri, pernyataan keimanan dan menyatakan kelemahan di hadapan-Nya. 


Jika kita bisa benar-benar lakukan hal ini saat berpuasa, maka insyaallah kita akan diampuni dosa-dosa kita terdahulu dan kita akan kembali kepada kesucian seperti bayi yang terlahir kembali. Kesucian ini pun semakin lengkap dengan gugurnya dosa kita kepada sesama manusia yang kita lakukan melalui saling maaf-memaafkan pada momentum Idul Fitri di bulan Syawal. Sehingga predikat kesucian ini pun harus kita rawat dan pertahankan dengan berjuang agar noda-noda dosa tidak menempel lagi di lembaran putih kehidupan baru kita mulai bulan Syawal ini.


Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Demikianlah dua predikat yang mudah-mudahan kita bisa raih setelah puasa kali ini dan harus kita rawat dan pertahankan mulai bulan Syawal ini. Semoga kita diberikan kekuatan, perlindungan, anugerah, taufik dari Allah swt untuk dapat meraih dua predikat tersebut dan bisa kita pertahankan sampai ajal menjemput kita. Amin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.


أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung