Khutbah Jumat: Merawat Anak sebagai Nikmat dan Amanat
NU Online · Kamis, 25 Juli 2024 | 16:00 WIB
Muhammad Faizin
Penulis
Anak merupakan nikmat dan amanat yang harus dirawat oleh setiap orang tua. Di era modern saat ini, merawat anak bukan hanya sekedar merawat secara fisik, namun juga penting merawat anak secara mental agar terbentuk karakter yang berakhlakul karimah. Pasalnya, saat ini sudah ada dua kehidupan yang dihadapi manusia modern yakni dunia nyata dan dunia maya yang menjadi tempat anak-anak melewati waktu kehidupannya.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul: “Khutbah Jumat: Merawat Anak sebagai Nikmat dan Amanat”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Ungkapan syukur Alhamdulillahirabbil alamin menjadi keharusan bagi kita atas karunia nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita semua dalam kehidupan ini. Selain diungkapkan, syukur juga harus dikuatkan dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan. Tindakan yang mencerminkan syukur adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah yang disebut dengan takwa.
Takwa menjadi bagian yang sangat penting dalam menjalani arah kehidupan. Dengan takwa perjalanan kehidupan kita akan memiliki rambu-rambu yang mampu mengarahkan kepada jalan Allah sehingga kita bisa hidup dengan selamat di dunia. Oleh karenanya, mari kita terus kuatkan takwa kita kepada Allah swt di manapun dan kapan pun kita berada.
Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi tentang anak yang merupakan nikmat sekaligus amanat yang harus dirawat oleh setiap orang tua. Dalam merawat anak di era saat ini, kita sebagai orang tua harus sangat jeli dan tidak hanya fokus pada merawat fisik anak saja. Merawat anak saat ini juga harus dilakukan secara psikis yang meliputi aspek mental, karakter dan sejenisnya karena saat ini kita telah hidup di dua dunia yakni dunia nyata dan dunia maya.
Dunia maya di satu sisi merupakan kemajuan dengan dampak-dampak positif yang mengikutinya. Namun di sisi lain, dunia maya memiliki dampak negatif bagi tumbuh kembang anak-anak generasi penerus peradaban kita. Bisa saja kita lihat fisik anak kita berada di kamar tidak beraktivitas di luar rumah. Namun saat mereka memegang Handphone, Smartphone, dan peralatan canggih lainnya dan berselancar di internet serta media sosial, sejatinya mereka sedang pergi jauh mengembara ke berbagai penjuru belantara dunia.
Di titik inilah kita sebagai orang tua harus waspada dan berhati-hati agar mereka tidak tersesat. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengawasi, dan mengarahkan agar mereka tidak terdampak hal-hal negatif di dunia maya. Orang tua harus memberi tahu mana yang baik dan buruk kepada anak karena orang tualah yang akan menjadi bagian penting dalam menentukan nasib mereka di masa yang akan datang. Di bawah asuhan orangtualah, Rasulullah telah mengingatkan nasib anak-anak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, nabi mengingatkan:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari hadits ini, kita, para orang tua disadarkan untuk benar-benar menjaga anak bukan secara fisik saja. Namun dari sisi mental, akidah, dan karakter anak juga harus diperhatikan. Karakter di sini juga bisa dalam bentuk pendidikan etika, sopan santun dan akhlak. Dalam kitab Washâyâ al-Abâ’ li al-Abnâ’i (Nasihat Orangtua kepada Anaknya) karya Syeikh Muhammad Syakir dijelaskan:
يَابُنَيَّ: إِذَا خَرَجْتَ لِلــِرّيَاضَةِ اَوْ لِغَيْرِهَا مَعَ إِخْوَانِكَ فَإِيَّاكُمْ أَنْ تَعْتَرِضُوْا أَحَدًا مِنَ الْمَارَّةِ فِى الطُّرُقَاتِ، وَإِيَّاكُمْ أَنْ تَصْطَفُوْا فِى طَرِيْقِ الْعَامَّةِ، فَإِنْ كَانَ الطَّرِيْقُ وَاسِعًا فَامْشُوْا مَثْنَى مَثْنَى وَاِلَّا فَامْشُوْا فُرَادَى، وَاحِدًا فَوَاحِدًا
Artinya: “Wahai anakku, ketika kau keluar untuk berolah-raga atau berjalan-jalan bersama teman-temanmu, jangan kalian memenuhi jalanan umum hingga mengganggu orang yang hendak melintas, jangan kalian berjejer di jalan umum, jika jalan yang kalian lewati lebar, berjalanlah dua-dua, jika sempit berjalanlah satu-satu.”
Nasihat dan pendidikan ini perlu kita ajarkan kepada anak dalam dunia nyata sebagai wujud pendidikan akhlakul karimah dalam interaksi dengan orang-orang lain. Jika kita tidak mengajarkan dan menanamkan akhlak baik sejak dini, kemudian anak kita sudah didahului belajar dari internet, maka kemungkinan besar anak kita akan tidak memiliki akhlak sesuai dengan yang diajarkan dalam Islam. Na'udzubillah min dzalik.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Perlu kita sadari, selain sebagai nikmat dan amanat yang mampu mendatangkan hal-hal positif, anak juga bisa mendatangkan hal-hal negatif jika tidak benar dalam mengasuh dan membimbingnya. Hal ini sudah diingatkan dalam Al-Qur’an bahwa anak bisa menjadi dan memiliki 5 sifat. Pertama, sebagai Qurrata a’yun yakni mampu menjadi penenang hati, penyejuk jiwa, sekaligus ke depannya mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa.
Kedua, anak bisa menjadi perhiasan, artinya menjadi kebanggaan orang tua di dunia. Penting bagi kita untuk menjaga agar perhiasan berupa anak yang kita miliki bisa senantiasa membahagiakan dan memberikan kemaslahatan dalam kehidupan di dunia dan akhirat kita.
Ketiga, anak bisa menjadi musuh, yang memusuhi orang tua, memusuhi kerabatnya, bahkan saling gugat dan menyudutkan, akibat hak masing-masing tidak dipenuhi. Ketika orang tua mendidik anak dengan penuh kasih sayang maka hati mereka akan menyatu dan selalu bersemai kasih sayang yang jauh dari permusuhan.
Keempat, anak bisa menjadi fitnah atau ujian. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat 15:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar."
Imam Abu Ja’far at-Thabari menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan harta dan anak sebagai fitnah adalah Allah benar-benar menjadikan keduanya sebagai ujian dan cobaan bagi orang tua untuk melihat bagaimana orang tuanya menggunakan harta dan memperlakukan anaknya dengan baik dan benar.
Kelima, anak bisa menjadi penghalang dan menjadikan orang tua lalai beribadah. Allah mengingatkan bahwa kesibukan mengurus harta benda dan memperhatikan persoalan anak-anak jangan membuat manusia lalai dari kewajibannya kepada Allah atau bahkan tidak menunaikannya. Terlebih harus dihindari memiliki anak yang menghalangi orang tua untuk beribadah. Justru kita harus mencetak generasi yang cinta dengan ibadah sebagai misi utama diciptakannya manusia di dunia.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Itulah beberapa hal penting terkait anak yang harus kita perhatikan sebagai upaya kita merawat dan menjaga mereka dan keluarga dari siksa api neraka. Menjaga mereka merupakan kewajiban karena ini adalah perintah Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Semoga kita mampu merawat para generasi penerus peradaban dan mudah-mudahan kita memiliki anak-anak yang saleh dan salehah yang bisa kita rawat dengan baik. Amin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ. إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ...ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
3
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
4
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
5
Kabar Duka: Ibrahim Sjarief, Suami Jurnalis Senior Najwa Shihab Meninggal Dunia
6
Ribuan Ojol Gelar Aksi, Ini Tuntutan Mereka ke Pemerintah dan Aplikator
Terkini
Lihat Semua