Khutbah

Khutbah Jumat: Muamalah dengan Non-Muslim

Sab, 20 November 2021 | 11:00 WIB

Khutbah Jumat: Muamalah dengan Non-Muslim

Kita hidup dengan orang yang memiliki latar belakang suku, bangsa, bahasa, hingga agama berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menjadi dasar untuk membenci mereka yang tidak sama.

Naskah khutbah Jumat kali ini mengajak kepada khalayak untuk mengingat kembali perihal pentingnya menjaga interaksi dengan masyarakat non-Muslim. Dengan ini diharapkan, dalam diri kita, tertanam sikap untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan mazhab yang diyakini.


Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ .


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Marilah kita awali khutbah Jumat pada siang hari ini dengan memanjatkan puji kepada Allah swt dengan bacaan hamdalah, alhamdu lillahi rabbil ‘alaamin. Sebab, segala puji pada hakikatnya adalah milik-Nya.


Shalawat dan salam, kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan juga semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Dan kelak, kita akan mendapatkan syafaatnya di akhir zaman.


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Siapa yang hari ini masih sama kadar keimanan dan ketakwannya dengan hari sebelumnya adalah orang yang merugi. Sementara yang beruntung adalah dia yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya.


Selain senantiasa untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah swt, di antara bentuk ketakwaan yang perlu kita tingkatkan adalah menghindari segala yang dilarang-Nya. Salah satu hal yang dilarang adalah mengolok-olok orang lain dan segala hal yang berkaitan dengannyaز


Kita adalah manusia yang sejatinya diciptakan sama sebagaimana manusia lainnya. Tidak ada perbedaan di antara kita di hadapan-Nya kecuali ketakawaan kita. Namun, siapa yang mampu menilai ketakwaan? Tidak ada lain, kecuali hanya Allah swt. Manusia tidak berhak menilai seseorang baik atau buruk. Apalagi sampai mengecap orang tersebut dengan stempel negatif dengan segala macam tuduhan atau ejekan yang justru menimbulkan kegaduhan, kontraproduktif.


Allah swt tidak melarang kita untuk dapat berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa saja yang tidak memerangi kita. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah: Ayat 8 berikut.


لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ 


Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: Ayat 8)


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Suatu keniscayaan, kita hidup dengan orang yang memiliki latar belakang suku, bangsa, bahasa, hingga agama berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menjadi dasar untuk membenci mereka yang tidak sama. Perbedaan itu juga tidak bisa kita jadikan pijakan untuk berbuat semaunya sendiri, berpihak tanpa keadilan.


Agama Islam yang diajarkan Rasulullah saw adalah agama yang toleran dengan semua perbedaan. Bahkan, Rasulullah saw mendirikan negara yang disebut Madinah, sebuah wilayah yang terdiri dari beragam suku dan agama. Rasul tidak membedakan umat Islam dengan umat Nasrani maupun Yahudi. Semua di mata negara adalah sama.


Pun di Indonesia saat ini. Selagi orang tersebut berstatus sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), mereka memiliki hak yang sama di hadapan negara, baik itu beragama Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, Hindu, atau agama lainnya. Mereka yang bersuku Dani, Asmat, Batak, Minang, Jawa, Sunda, ataupun Betawi juga tidak memiliki perbedaan di mata negara.


Bahkan, Nahdlatul Ulama mengeluarkan sebuah keputusan yang sangat penting dalam kontek hubungan masyarakat Muslim dan Non-Muslim di hadapan negara, yakni sama-sama warga negara (muwathin). Dengan begitu, konsekuensi hukum yang didapat di antara semua warga sama, tanpa pandang bulu agama ataupun suku.


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai seorang Muslim untuk menjaga hubungan baik kita dengan sesama warga negara, terlebih terhadap tetangga kita, meskipun berbeda agama. Sebab, mereka adalah orang terdekat kita. Jika terjadi sesuatu di rumah, tetangga inilah orang pertama yang perlu mengambil tindakan.


Sebagai ibrah, kita perlu belajar dari Imam Hasan al-Bashri. Selama 20 tahun, beliau menampung tetesan air seni tetangganya yang bocor di rumahnya. Tetangganya yang non-Mengetahui hal tersebut sudah terjadi 20 tahun tanpa pernah ada pembicaraan dari Sang Imam membuat hati non-Muslim tersebut terenyuh. Sikapnya tersebut membuat tetangganya memeluk agama Islam.


Perilaku Imam Hasan al-Bashri ini mengikuti sebuah hadis Nabi Muhammad saw.


مَنْ أَذَى ذِمِّيًّا فَقَدْ أَذَىنِيْ وَ مَنْ أَذَىنِيْ كُنْتُ خَصْمَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ


Artinya: “Siapa yang menyakiti orang kafir dzimmi (kafir yang tidak memerangi umat Islam), maka sungguh ia telah menyakitiku. Dan siapa yang menyakitiku, aku akan menjadi musuhnya di hari kiamat.”


Semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah swt untuk senantiasa berlaku adil kepada siapapun tanpa pandang bulu. Kita juga berharap agar Allah swt memberikan kita sifat tidak tega untuk membenci apalagi menyakiti orang lain.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ


Ustadz Syakir NF, alumnus Pondok Buntet Pesantren Cirebon

Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI.