Khutbah Jumat: Pentingnya Berempati kepada Orang yang sedang Berduka
NU Online · Kamis, 4 September 2025 | 15:00 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
Salah satu wujud kepedulian yang paling mendalam adalah menjadi pendamping bagi mereka yang sedang berduka karena di saat-saat seperti itulah seseorang merasa paling sendirian dan terisolasi. Dengan berempati, kita tidak hanya membantu meringankan beban, tetapi juga mengingatkan bahwa bahwa ada tangan yang siap menopang dan ada hati yang bersedia memahami.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Pentingnya Berempati kepada yang sedang Berduka”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَظْهَرَ لَنَا ثَمَرَ الرَّوْضِ مِنْ كِمَامِهِ، وَأَسْبَغَ عَلَيْنَا بِفَضْلِهِ مَلَابِسَ إِنْعَامِهِ، وَبَصَّرَنَا مِنْ شَرْعِهِ بِحَلَالِهِ وَحَرَامِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ذُوْ الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُؤَيَّدُ بِمُعْجِزَاتِهِ الْعِظَامِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْغُرِّ الْكِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, Tuhan semata alam yang senantiasa melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua. Dia yang menurunkan ketenangan di hati hamba-Nya, memberikan kekuatan di saat cobaan menimpa, serta menumbuhkan harapan ketika kita hampir putus asa. Maka marilah kita senantiasa bersyukur, dengan hati yang yakin bahwa kita tidak pernah ditinggalkan-Nya.
Shalawat dan salam, mari kita persembahkan untuk teladan kita sepanjang zaman, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih. Beliau adalah sebaik-baiknya contoh bagi kita yang pernah merasakan kesedihan. Dunia boleh memusuhinya, orang-orang terdekat boleh meninggalkannya, tapi keyakinannya bahwa Allah selalu bersama, tak pernah hilang. Semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya dan dikumpulkan bersamanya dalam surga yang abadi.
Selanjutnya, sudah menjadi amanah bagi kami untuk terus mengingatkan pentingnya memperkuat iman dan menjalani kehidupan yang takwa bagi kita semua. Mari kita pahami, bahwa takwa tidak hanya perihal daftar ibadah yang kita kerjakan, tetapi juga perihal bagaimana kita membantu dan menolong saudara-saudara kita yang sedang tertimpa ujian, khususnya dengan berempati dan hadir bagi saudara kita yang sedang berduka.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Mari kita sejenak menengok ke dalam kehidupan kita, di tengah hiruk-pikuk dunia dan kesibukan masing-masing, seringkali kita lupa untuk memperhatikan keadaan orang di sekitar kita. Terkadang tanpa kita sadari, ada saudara, tetangga, atau kerabat kita yang sedang berjuang menghadapi duka, mungkin karena kehilangan orang tercinta, diterpa musibah, atau bahkan dilanda kesepian yang mendalam. Mereka tersenyum di hadapan kita, tetapi hati mereka mungkin menjerit kesakitan.
Islam, sebagai agama yang sempurna, tidak hanya mengajarkan tentang hubungan vertikal kita dengan Allah (hablun minallah), tetapi juga sangat menekankan hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablun minannas). Salah satu bentuk dari hablun minannas ini adalah empati, yaitu berusaha untuk merasakan apa yang orang lain rasakan dan keinginan tulus untuk meringankan bebannya.
Ajaran ini tertera dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya, “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS Al-Ma’idah, [5]: 2).
Makna dari frasa al-birr dalam ayat ini sangat luas, ia mencakup segala bentuk kebaikan yang menghubungkan kita dengan sesama manusia. Salah satunya adalah menunjukkan kebaikan kepada sesama. Hal ini sebagaimana penjelasan Syekh Muhammad Sayyid Thanthawi dalam kitab at-Tafsirul Wasith lil Qur’anil Karim, jilid IV, halaman 32, ia mengatakan:
وَالْبِرُّ مَعْنَاهُ: التَّوَسُّعُ فِي فِعْلِ الْخَيْرِ، وَإِسْدَاءُ الْمَعْرُوْفِ إِلىَ النَّاسِ
Artinya, “Dan al-birr artinya adalah meluaskan (atau memperbanyak) dalam berbuat kebaikan, dan memberikan/menunjukkan kebaikan kepada manusia.”
Berdasarkan penjelasan di atas, maka salah satu wujud nyata dari al-birr adalah kepekaan dan empati kita terhadap mereka yang sedang berduka. Ketika kita mendatangi saudara yang tertimpa musibah, mendengarkan keluh kesahnya, atau sekadar menghibur dengan kata-kata yang menenangkan, itulah praktik nyata dari tolong-menolong dalam kebajikan yang Allah perintahkan kepada kita semua.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan memiliki kepekaan dan empati kepada sesama, ini menjadi bukti bahwa iman kita tidak hanya berdiri di atas ritual ibadah personal saja, tetapi juga terwujud dalam kepedulian dan kelembutan hati terhadap sesama. Dan ini merupakan salah satu alasan kenapa Allah menyandingkan kata tolong-menolong dengan kata takwa, agar kita bisa memadukan keduanya dan tidak hanya mengerjakan salah satunya.
Berkaitan dengan hal ini, Imam Abu Abdillah al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, jilid VI, halaman 47 mengatakan:
نَدَبَ اللهُ إِلىَ التَّعَاوُنِ بِالْبِرِّ وَقَرَنَهُ بِالتَّقْوَى لَهُ؛ لِأَنَّ فِي التَّقْوَى رِضَا اللهِ، وَفِي الْبِرِّ رِضَا النَّاسِ، وَمَنْ جَمَعَ بَيْنَ رِضَا اللهِ وَرِضَا النَّاسِ فَقَدْ تَمَّتْ سَعَادَتُهُ وَعَمَّتْ نِعْمَتُهُ
Artinya, “Allah mendorong untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan menyandingkannya dengan takwa kepada-Nya, karena dalam ketakwaan terdapat ridha Allah swt, dan dalam kebajikan terdapat ridha manusia. Dan barangsiapa yang menggabungkan antara ridha Allah dan ridha manusia, maka sungguh telah sempurna kebahagiaannya dan telah melimpah nikmatnya.”
Dari penjelasan ini kita dapat memahami bahwa berempati kepada mereka yang sedang berduka bukanlah perkara kecil, melainkan jalan untuk meraih dua keridhaan sekaligus, yaitu ridha Allah dan manusia. Saat kita hadir untuk menguatkan yang lemah, menghibur yang bersedih, atau menemani yang kehilangan, sesungguhnya kita sedang menunaikan ibadah sosial yang sangat besar nilainya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Selain ayat dan penjelasan-penjelasan di atas, Rasulullah saw juga menjelaskan kepada kita semua perihal pentingnya kepedulian dan empati kepada mereka yang sedang berduka, bahkan mereka yang berempati juga dijanjikan mendapatkan balasan yang sama kelak di akhirat. Disebutkan dalam salah satu haditsnya, Nabi bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الْآخِرَةِ... وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
Artinya, “Siapa yang menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan akhirat darinya... Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR at-Tirmidzi).
Demikian khutbah Jumat pada siang hari ini, semoga dapat mengingatkan kita semua akan pentingnya mengasah kepekaan hati dan menumbuhkan empati terhadap sesama, khususnya mereka yang sedang dilanda musibah dan kesedihan. Mari kita jadikan materi khutbah ini sebagai motivasi untuk lebih peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar, serta senantiasa menjadi pribadi yang memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi orang lain.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Jadwal Puasa Sunnah Sepanjang Bulan September 2025
2
Koalisi Masyarakat Sipil Nilai Pidato Prabowo Tak Singgung Ketidakadilan Sosial dan Kebrutalan Aparat
3
DPR Jelaskan Alasan RUU Perampasan Aset Masih Perlu Dibahas, Kapan Disahkan?
4
Prabowo Sebut Polisi yang Langgar Hukum dalam Penanganan Demo Akan Ditindak
5
Prof. Moh. Koesnoe, Cendekiawan NU Kaliber Dunia: Ahli Hukum Adat dan Pendidikan
6
Penangkapan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen oleh Polisi Dinilai Keliru dan Salah Sasaran
Terkini
Lihat Semua