Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic

Fenomena pertemanan toxic semakin terasa di era digital dengan berkurangnya keharmonisan dan kedekatan emosional yang tulus. Di dunia digital, manusia terjebak pada interaksi semua. Manusia terlihat melakukan interaksi dalam kondisi baik-baik, tetapi sebenarnya merasakan tekanan dan ketidak-nyamanan dalam menjalani pertemanan. Manusia memanipulasi keadaan dirinya dalam menjalani pertemanan hanya untuk terlihat bahagia dan normal. 

Naskah khutbah Jumat kali ini bertema “Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan Toxic”. Untuk mencetak, silakan klik fitur download warna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!

Khutbah I

الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنسَانِ خَذُولاً. (الفرقان: ٢٧-٢٩). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Manusia adalah makhluk kelompok sosial yang diciptakan dengan beragam karakter untuk tujuan saling mengenal dan berteman dalam ruang lingkup tempat tinggal, tempat belajar, tempat kerja, dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang tertulis pada Al-Hujurat, ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”

Perilaku saling mengenal dalam hal ini bertujuan untuk membentuk kelompok yang positif yang dapat mengarahkan setiap individu di dalam kelompok tersebut menuju arah yang baik dalam setiap kegiatan. 

Oleh karena itu, manusia dituntut untuk mencari lingkungan dan pertemanan yang baik untuk mendukung kebaikan, mengingatkan kekurangan, berbagi kebahagiaan, dan memahami setiap kondisi serta permasalahan hidupnya.

Pertemanan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Baik dan buruknya pertemanan menjadikan seseorang menjadi baik atau buruk. Hal ini senada dengan sabda Nabi yang terekam dalam hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 3, halaman 63:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيرِ الحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ، أَوْ ثَوْبَكَ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Artinya, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya.” 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Hadits ini mengandung larangan berteman dengan individu-individu yang tidak baik dan dapat mempengaruhi pada perilaku negatif yang lebih dikenal saat ini dengan pertemanan toxic. Pertemanan toxic adalah hubungan pertemanan yang lebih banyak membawa dampak negatif dari pada positif, baik secara emosional, mental, maupun sosial. Ini adalah jenis pertemanan yang membuat lelah, tertekan, tidak berkembang, bahkan bisa membuat seseorang meragukan diri sendiri. 

Beberapa contoh pertemanan toxic adalah teman yang sering menjatuhkan mental, teman yang ada saat butuh, teman yang membicarakan di belakang, teman yang punya sifat iri, dan teman yang banyak menuntut. Imam Badruddin al-‘Aini mengatakan dalam kitab ‘Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz 11, halaman 221:

النَّهْيُ عَنْ مُجَالَسَةِ مَنْ يَتَأَذَّى بِمُجَالَسَتِهِ، كَالمُغْتَابِ وَالخَائِضِ فِي الْبَاطِلِ

Artinya, “Hadits ini mengandung larangan berteman dengan orang yang dapat membawa dampak negatif atau buruk seperti orang yang sering menggunjing dan orang yang sering melakukan kebatilan.”

Larangan bergaul dengan pihak-pihak yang dapat menyesatkan manusia juga tertuang dalam Al-Qur’an, surat Al-Furqan, ayat 27-29:

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنسَانِ خَذُولاً

Artinya, “(Ingatlah) hari (ketika) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, “Oh, seandainya (dahulu) aku mengambil jalan bersama rasul. Oh, celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman setia. Sungguh, dia benar-benar telah menyesatkanku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika telah datang kepadaku. Setan itu adalah (makhluk) yang sangat enggan menolong manusia.”

Dalam menafsirkan ayat ini, imam Ibnu ‘Ajibah dalam kitab al-Bahrul Madid fi Tafsir al-Qur’anil Majid, juz 4, halaman 94 mengutip ucapan Imam at-Tustari untuk menghindari pertemanan dengan orang-orang buruk yang punya sifat:

وَقَالَ سَهْلٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: اِحْذَرْ صُحْبَةَ ثَلَاثَةٍ مِنْ أَصْنَافِ النَّاسِ: الجَبَابِرَةِ الغَافِلِيْنَ، وَالقُرَّاءِ المُدَاهِنِيْنَ، وَالمُتَصَوِّفَةِ الجَاهِلِيْنَ

Artinya, “Sahal (semoga Allah meridhainya) pernah berkata, Berhati-hatilah berteman dengan tiga kelompok manusia. Pertama, para penguasa yang lupa hatinya. Kedua, para ahli Al-Qur’an yang penjilat. Ketiga, para ahli sufi yang bodoh.”

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita dalam memilih lingkungan pertemanan, sehingga dapat memilih lingkungan yang dapat membawa kita kepada ridha Allah. Semoga Allah menjaga kita dari pergaulan yang negatif yang dapat membuat kita jauh dari Allah dan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri kita dan orang lain. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Ustadz Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.