Khutbah

Khutbah Jumat: Perjalanan Ruh Seorang Mu’min Menuju Alam Kubur 

Kam, 8 Juni 2023 | 11:00 WIB

Khutbah Jumat: Perjalanan Ruh Seorang Mu’min Menuju Alam Kubur 

Ilustrasi kematian. (Foto: NU Online)

Perjalanan hidup kita menuju alam akhirat ternyata masih panjang. Sekarang ini kita baru berada di alam dunia setelah melewati alam ruh dan alam rahim.

 

Melalui khutbah yang berjudul, “Perjalanan Ruh Seorang Mu’min Menuju Alam Kubur”, akan diuraikan gambaran perjalanan seorang hamba mukmin sejak sakaratul maut kemudian detik-detik kematian, lalu memasuki alam barzakh, hingga mendapat balasan taman surga.

 

Untuk mencetak, silahkan klik fitur download di bagian atas atau bagian bawah naskah khutbah ini.

 

Khutbah I:

 

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم، يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ: يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ  ارْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ، أَمَّا بَعْدُ

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah        
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah swt., Dzat yang tak henti-hentinya melimpahkan nikmat kepada kita semua. Tak terkecuali nikmat taufik dan hidayah sehingga kita bisa duduk bersimpuh di tempat yang mulia ini. Setiap geliat ibadah yang kita tunaikan hingga saat ini senantiasa mendapat ridha-Nya.

 

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Baginda Alam, Habibana, Muhammad saw. Penghulu para nabi dan rasul. Pelita kegelapan akhir zaman. Panutan yang senantiasa kita harapkan syafaatnya kelak di yaumil qiyamah.

 

Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabatnya, para tabiin dan tabiatnya, hingga kita yang senantiasa berharap diberi kekuatan untuk mengikuti  sunah dan ajarannya.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah 
Melalui minbar yang mulia ini, untuk pribadi dan jamaah Jumah sekalian, khatib berpesan, marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, jelas dan nyata bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah hamba yang bertakwa dan berserah kepada-Nya. Untuk itu, selagi masih ada kesempatan marilah kita memperbaiki dan mengabdikan diri pada Allah. Semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah dan pertolongan Allah untuk melakukannya.

 

Hadirin yang berbahagia   
Selaku orang mukmin, kita tentunya yakin bahwa kematian pasti datang dan dialami semua makhluk yang bernyawa. Adapun kapan, di mana dan bagaimana caranya hanya Allah yang tahu. Selain itu, kita juga yakin bahwa kematian bukan akhir dari perjalanan hidup manusia, tetapi masih ada  banyak peristiwa yang harus dilaluinya.

 

Mulai alam barzakh, kehancuran semesta, kebangkitan, perkumpulan di padang Mahsyar, ada penantian syafaat, ada hisab atau pemeriksaan amal, ada penyerahan buku amal manusia, ada mizan atau penimbangan amal, ada telaga Kautsar, ada perlintasan di jembatan ash-shirath, ada surga dan neraka di mana keduanya merupakan muara perjalanan panjang manusia. Hamba mukmin yang diridhai akan mendiami surga, sedangkan orang kafir yang dimurka akan mendiami neraka.

 

Meski kematian dan alam akhirat merupakan perkara yang pasti, kita ingin mendapat bocoran seperti apa gambaran perjalanan manusia yang beriman dan kufur kepada Allah di akhirat?

 

Bagaimana sesungguhnya perjalanan ruh orang mukmin mulai sejak menghadapi kematian sampai ditempatkan di liang lahat sehingga mendapatkan beragam nikmat kubur. Dalam kaitan ini, kita tidak bisa mengira-ngira dan meraba-raba kecuali melalui informasi yang didapat dari ayat Al-Quran dan penjelasan hadis shahih. Antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Abu Majah, an-Nasa’i, Imam Ahmad, dan yang lainnya.

 

Dalam riwayat itu diceritakan bahwa pada suatu hari, Baginda Nabi saw bersama para sahabat mengantar satu jenazah sahabat Anshar. Setibanya di pemakaman, karena proses penggalian liang lahat belum selesai, Rasulullah saw. akhirnya duduk di atas satu gundukan tanah sambil menghadap kiblat. Sementara para sahabat duduk di sekitarnya. Mereka tak berani bicara sepatah kata pun karena takut akan ada hal penting yang disampaikan Nabi saw kepada mereka.

 

Kemudian, Nabi saw mengorek-ngorek satu gundukan tanah. Lantas beliau menengadah ke langit dan kembali menunduk. Begitu beliau melakukannya hingga tiga kali. Tak lama berselang, beliau bersabda di hadapan para sahabat, “Kalian harus memohon perlindungan dari siksa kubur”. Kemudian beliau berdoa:

 

اَللَهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ 

 

Artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari  siksa kubur,” (Hingga tiga kali).

 

Hadirin sidang Jumah yang dirahmati Allah
Nah doa itu pula yang menjadi pembuka hadis panjang yang menggambarkan bagaimana keadaan seorang hamba mukmin sejak awal kematian hingga dimasukkan ke liang lahat, ditinggalkan oleh keluarga yang mengantarnya, serta menghadapi fitnah dan nikmat kubur.

 

Lantas apa saja yang terjadi kepada hamba mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, kematian? Serta apa saja yang menimpanya setelah kematian?

 

Diungkap dalam hadis di atas bahwa keadaan manusia yang dijemput kematian ada dua keadaan: keadaan orang mukmin dan orang kafir. Mengapa dibedakan, sebab di antara keduanya terpaut keadaan yang jauh berbeda.

 

Diceritakan, hamba yang beriman, ketika akan meninggalkan alam dunia, ditemui rombongan malaikat langit. Lagi pula, malaikat yang menemuinya juga tampak dalam rupa yang terbaik dan berpakaian yang terbaik. Wajah mereka juga tampan dan menyenangkan. Ceria, bercahaya, dan berseri-seri.

 

Di tangan mereka tampak kain kafan dan minyak wangi dari surga yang akan dipergunakan untuk membungkus dan membalur ruh si hamba mukmin tadi.

 

Karenanya, tak heran jika ada seorang hamba yang jasadnya semerbak wangi setelah meninggalnya. Itu menunjukkan bahwa hamba tersebut termasuk hamba mukmin yang ruhnya dimasukkan kain kafan yang sudah dibalur minyak wangi para malaikat tadi.

 

Kejadian wanginya jasad seorang hamba mukmin juga dialami langsung oleh Baginda Nabi saw ketika menjalani perjalanan Isra Mi’raj. Olehnya tercium satu aroma yang sangat wangi. Karena penasaran, beliau bertanya kepada malaikat Jibril. Dijawab oleh malaikat Jibril, itu adalah aroma wangi yang keluar dari kuburan Siti Masyithah, seorang perempuan yang merawat anak-anak Firaun. Dan demi mempertahankan akidah dan keimanannya kepada Allah, Masyithah rela dihukum oleh Firaun dengan cara dimasukkan ke dalam minyak panas bersama anak-anaknya hingga ajal menjemputnya.

 

Sidang Jumah yang berbahagia 
Tak lama setelah para malaikat langit turun ke hadapan hamba mukmin yang hendak dicabut nyawa, malaikat maut pun menyusul dan duduk di dekat kepalanya. Ia berkata kepada si hamba:

 

يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ اِرْجِعِي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً

 

Artinya, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai,” (Q.S. al-Fajr [89]: 27-28).

 

Begitu disampaikan seperti itu, ruh si hamba pun tak bisa menolak. Ia perlahan keluar dari jasad. Mengalir bagaikan air dari ceret. Kondisinya jernih dan bersih. Setelah itu, semua malaikat langit dan malaikat bumi pun mengiring kepergiannya. Pintu-pintu langit pun segera dibuka. Semua pintu berharap agar Allah menjadikan dirinya sebagai jalan lewat ruh si hamba.

 

Ketika ruh si hamba berhasil dikeluarkan malaikat maut, para malaikat yang hadir menyaksikan kematian tak membiarkan sekejap pun ruh tersebut. Mereka segera mengambil si ruh lalu menyimpannya di atas kain kafan yang sudah dilumuri minyak minyak wangi dari surga.

 

Demikian sebagaimana yang telah digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

 

إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

 

Artinya, ”Apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya,”  (Q.S. al-An‘am [6]: 61).      

 

Setelah ruh berpisah dari jasad, terciumlah aroma wangi hampir memenuhi seantero dunia. Namun hanya hamba yang dikehendaki yang dapat menciumnya. Rasulullah sendiri telah menggambarkan melalui salah satu sabdanya, “Aroma wangi yang keluar dari ruh hamba mukmin bagaikan aroma minyak kesturi yang paling wangi yang pernah ada di mika bumi”.

 

Setelah berhasil menggenggam ruh si hamba, para malaikat lantas bertolak ke langit paling atas. Di perjalanan, setiap kali bertemu dengan kumpulan malaikat, mereka ditanya tentang ruh yang tercium wangi yang mereka bawa tadi. Salah satu dari mereka menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan. Tak lupa mereka memanggil nama hamba tersebut dengan panggilan yang terbaik yang pernah terdengar di muka bumi.

 

Setiba di langit dunia, para malaikat pembawa ruh memohon izin kepada para malaikat penjaga langit dunia. Setelah diizinkan, mereka diiring oleh para malaikat langit dunia hingga ke langit berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai di langit ke tujuh. Setiba di langit ketujuh, Rabbul Izzati berfirman, “Tuliskan nama hamba-Ku ini pada illiyyin”, sebagaimana yang diungkap dalam Al-Quran:

 

وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ، كِتَابٌ مَرْقُومٌ، يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ 

 

Artinya, “Tahukah engkau apakah ‘Illiyyīn itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal)  yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).,” (Q.S. al-Muthaffifîn [83]:  19-21).

 

Sidang Jumah yang dirahmati Allah
Setelah dituliskan nama sang hamba dalam illiyyin, kemudian disampaikan kepada para malaikat, “Kembalikan lagi ruh hamba itu ke bumi. Sebab, Kami berjanji kepada manusia akan menciptakan, mengembalikan, dan membangkitkan mereka di bumi”.  Hal itu seperti yang tersurat dalam Al-Quran:

 

مِنْها خَلَقْناكُمْ وَفِيها نُعِيدُكُمْ وَمِنْها نُخْرِجُكُمْ تارَةً أُخْرى

 

Artinya, “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami akan mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada waktu yang lain,” (Q.S. Thoha [20]: 55).

 

Ruh pun dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke dalam jasad. Sehingga ia bisa mendengar suara sandal saudara-saudara, kerabat, serta kolega yang mengantarkan dirinya yang bergegas pulang menuju rumah masing-masing.

 

Tak lama berselang, sang hamba didatangi dua malaikat yakni Munkar-Nakir yang suaranya keras, lantang, dan mengagetkan. Si hamba didudukkan lantas ditanya empat hal. Pertanyaan pertama tentang Tuhan yang disembahnya sewaktu di dunia. Pertanyaan kedua tentang agama yang dianutnya. Pertanyaan ketiga tentang nabi yang diikutinya. Pertanyaan keempat tentang qiblat yang jadi arah shalatnya. Dan pertanyaan kelima tentang pemimpin atau kitab yang diikutinya.

 

Semua pertanyaan menunjukkan fitnah kubur sekaligus fitnah terakhir yang dilalui seorang hamba mukmin. Pada saat itu, tiada artinya kecerdasan, tipu daya, dan kebohongan mulutnya. Seandainya, ada seorang kafir yang sejak di dunia menghapal jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, maka tetap tidak ada gunanya. Sebab, yang akan menjawab adalah amal baiknya dan pertolongan Allah. Berkat keduanya, insya Allah ia akan bisa menjawab dengan teguh, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran:

 

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَياةِ الدُّنْيا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ َما يَشاءُ

 

Artinya, “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki,” (Q.S. Ibrahim [14]: 27).

 

Setelah itu, terdengar ada suara panggilan dari langit, “Hamba-Ku benar!  Maka dihamparkanlah satu taman dari surga untuknya. Beri pakaian dari surga. Buka satu pintu surga.” Maka datanglah kepadanya aroma wangio dari surga. Dan dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang.

 

Hilang suara tadi, datang kepadanya satu sosok yang menyerupai laki-laki. Laki-laki itu sangat tampan dan menyenangkan. Pakaiannya sangat bagus dan menyampaikan kabar gembira kepada si hamba.

 

Ketika ditanyakan siapa laki-laki itu sebenarnya, maka diketahui bahwa ia adalah jelmaan dari amal saleh yang diperbuatnya semasa di dunia. Sementara keluarga dan anak-anaknya tak satu pun yang menemani. Yang tetap bersamanya adalah amal kebaikan dan kesalehannya.

 

Saking nikmat-nikmatnya si hamba di alam kubur, sampai-sampai ia memohon kepada Allah agar segera didirikan kiamat. Tujuannya agar dirinya segera menerima nikmat yang lebih besar di negeri yang sangat indah yakni surga Allah swt. sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya. Disampaikan kepadanya, “Tenanglah, segala sesuatu juga ada waktunya. Ketika waktu itu datang, maka apa yang ditetapkan Allah akan terjadi, maka akan terjadi”.

 

Sidang Jumah yang dimulyakan Allah
Itulah gambaran yang terjadi pada seorang hamba mukmin mulai sakaratul maut, sampai dibangkitkan dari alam kubur, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi saw.

 

Mudah-mudahan kita semua termasuk hamba mukmin yang dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut, mendapat pangkat kematian yang husnul khotimah, nama kita kelak tercatat dalam illiyyin, serta saat masuk alam barzakh diteguhkan dalam menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, juga selama di alam barzakh kita ditempatkan dalam salah satu taman surganya Allah.  Amin ya mujibas sa’ilin.


     
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

 

Khutbah II:

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.