Khutbah

Khutbah Jumat: Ramadhan, Beragama, dan Media Sosial

Rab, 29 Maret 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Ramadhan, Beragama, dan Media Sosial

Khutbah Jumat dan bijak bermedia sosial terutama di bulan Ramadhan. (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Materi khutbah Jumat ini mengajak kepada umat Islam untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum menguatkan kembali prinsip-prinsip beragama yang baik dan benar di era digital. Di era modern ini, setiap individu harus berhati-hati dan mampu menahan diri dari setiap informasi yang diterima, terlebih terkait dengan masalah agama. Ramadhan yang mengajarkan diri untuk menahan dari hal membatalkan puasa, harus dimaksimalkan juga untuk menahan diri dari bermuamalah negatif di media sosial.


Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Ramadhan, Beragama, dan Media Sosial” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن


أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ۝٦


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Takwa merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam Islam. Takwa mengajarkan kita untuk selalu berada di jalan yang benar dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah swt. Terlebih di bulan Ramadhan ini, takwa harus menjadi fokus utama kita, sehingga kita dapat memperoleh rahmat dan ampunan dari Allah swt.


Di dalam menjalankan puasa Ramadhan, terdapat banyak tantangan yang harus kita hadapi, salah satunya adalah menahan diri dari segala bentuk godaan dan hawa nafsu. Namun, itulah yang menjadi ujian bagi kita untuk membuktikan ketakwaan dan kesungguhan kita dalam menjalankan ibadah puasa.


Melalui puasa, kita diajarkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas-aktivitas yang dapat membatalkan puasa. Selain itu, kita juga diajarkan untuk menahan diri dari perilaku-perilaku negatif untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari dosa-dosa yang dapat merusak kehidupan kita di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, marilah kita berupaya untuk menjaga ketakwaan dan menahan diri dalam menjalankan ibadah puasa sehingga pada muaranya kita akan mendapat predikat takwa.


Namun, Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Di era digital seperti sekarang ini, tantangan menjaga takwa semakin besar. Media sosial, dengan segala kelebihannya, dapat menjadi salah satu faktor yang memperberat tugas kita untuk selalu berada di jalan yang benar. Momentum Ramadhan ini harus kita maksimalkan untuk meningkatkan kesadaran kita tentang pentingnya menahan diri dalam bermuamalah baik di dunia nyata maupun di dunia maya yakni di media sosial. Kita harus berusaha untuk tidak terjebak dalam godaan informasi yang salah serta informasi yang tidak relevan dengan kegiatan ibadah kita.


Kita harus mengingatkan diri kita bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah swt. Oleh karena itu, kita juga harus memperkuat kesadaran tentang pentingnya menahan diri dalam penggunaan media sosial di bulan suci Ramadhan ini. Dengan menahan diri, kita akan lebih mudah untuk fokus pada ibadah dan mendapatkan keberkahan di bulan suci Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dalam puasa kita. Rasulullah saw mengingatkan:


كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش


Artinya, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).


Momentum Ramadhan kali ini harus menguatkan kehati-hatian kita dalam beragama di era digital seiring perkembangan teknologi dan media sosial yang semakin pesat. Kehati-hatian dalam beragama perlu diperhatikan agar tidak tersesat dalam memilih pandangan atau ajaran yang tidak sesuai dengan esensi dari beragama itu sendiri. 


Kita perlu memastikan bahwa sumber informasi yang kita peroleh benar-benar dapat dipercaya dan valid. Penting untuk melakukan verifikasi dan pengecekan terhadap sumber informasi yang kita peroleh sebelum menggunakannya sebagai referensi dalam memahami ajaran agama.


Kita harus kritis dalam menilai setiap pandangan dan opini yang kita temukan di media sosial atau internet. Jangan langsung mempercayai informasi yang kita peroleh tanpa melakukan pengecekan dan pemahaman yang mendalam mengenai pandangan atau opini tersebut.


Allah swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ۝٦


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu. (QS Al-Hujurat: 6).


Ayat ini menekankan pentingnya melakukan klarifikasi atau tabayun terhadap informasi yang diterima sebelum menyebarluaskannya kepada orang lain. Kita harus memastikan kebenaran informasi tersebut agar tidak menimbulkan kesalahan yang tidak diinginkan.


Kita perlu sadari bahwa siapapun di media sosial bisa menyampaikan berbagai hal sesuai keinginannya sendiri walaupun orang tersebut tidak menguasai ilmunya. Sehingga jangan sampai kita mengonsumsi dan mengikuti informasi atau ilmu di media sosial dari orang yang tidak berkompeten di bidangnya. Hal ini sudah diingatkan pula dalam Al-Qur’an:


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ۝٣٦


Artinya: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”


Ayat ini juga menegaskan pentingnya memiliki pengetahuan yang cukup sebelum mengambil keputusan atau tindakan khususnya dalam beragama. Pengetahuan dalam beragama yang benar harus berimbang dengan semangat kita dalam beragama. Tanpa ilmu yang mendalam, semangat beragama bisa menjadi salah aturan dan sasaran sehingga berdampak negatif bagi diri kita.


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,

Perlu kita sadari, semangat beragama seharusnya tidak hanya dilakukan dengan amalan-amalan yang bersifat fisik semata seperti shalat, puasa, dan lain-lain, tetapi juga harus diimbangi dengan memperdalam ilmu agama.


Mempelajari ilmu agama adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim karena dengan memperdalam ilmu agama, kita dapat memahami ajaran-ajaran Islam dengan lebih baik dan bisa mengamalkannya dengan lebih benar. Selain itu, memperdalam ilmu agama juga membantu kita dalam memahami konsep-konsep Islam secara lebih mendalam, sehingga kita bisa menjawab berbagai macam pertanyaan yang mungkin akan muncul dalam kehidupan sehari-hari.


Dalam Islam, memperdalam ilmu agama merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sendiri selalu mendorong umatnya untuk mempelajari ilmu agama. Dalam sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan Ibnu Majah dari sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda:


طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ


Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”


Dalam konteks era digital saat ini, memperdalam ilmu agama tidaklah sulit karena ada banyak sumber belajar yang dapat diakses melalui internet seperti kitab-kitab online, video tutorial, maupun kajian-kajian online yang diselenggarakan oleh para ulama. Namun, kita juga harus bijak dalam memilih sumber belajar yang benar dan dapat dipercaya agar tidak terjebak dalam informasi yang salah.


Sebagai umat Islam, kita seharusnya tidak mudah terprovokasi dengan konten-konten media sosial tentang agama yang belum tentu kebenarannya. Sebagai gantinya, kita sebaiknya mempelajari agama kepada ulama yang kompeten dan memiliki jelas silsilah keilmuan.


Mengapa harus belajar kepada ulama yang kompeten dan jelas silsilah keilmuannya? Karena mereka adalah orang-orang yang telah mempelajari agama secara mendalam dan menguasai ilmu agama dengan baik. Selain itu, mereka juga memiliki silsilah keilmuan yang jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


Belajar kepada ulama yang kompeten dan memiliki jelas silsilah keilmuan dapat membantu kita memperoleh pemahaman yang benar tentang agama. Selain itu, mereka juga dapat membimbing kita dalam menghadapi berbagai masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pandangan-pandangan yang sesuai dengan ajaran agama.


Beragama seharusnya dilakukan dengan cara yang moderat dan memprioritaskan esensi dari ajaran agama. Beragama tidak semata-mata tentang tampilan fisik atau pemahaman agama yang bersifat tekstual semata, melainkan lebih kepada praktek-praktek keagamaan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.


Islam mengajarkan kepada kita untuk beragama dengan cara yang seimbang dan moderat, sebagaimana terdapat dalam ayat Al-Quran berikut:


وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ


Artinya: “Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan (moderat) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. “ (QS. Al-Baqarah:143)


Beragama dengan cara yang moderat dan memprioritaskan esensi dari ajaran agama, terutama kemanusiaan, dapat membantu kita menjadi umat yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Kita dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dengan beragama secara seimbang dan mempraktekkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.


Semoga Ramadhan ini menjadikan kita sadar untuk menahan diri dari mengonsumsi informasi tentang agama dari sumber yang tidak jelas di media sosial. Semoga kita selalu diberi petunjuk yang benar dalam belajar agama di era media sosial. Amin


اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ َ. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ  وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.