Khutbah

Khutbah Jumat: Ukhuwah Jelang Pemilu Perspektif Kajian Al-Qur’an

Sen, 11 Desember 2023 | 19:00 WIB

Khutbah Jumat: Ukhuwah Jelang Pemilu Perspektif Kajian Al-Qur’an

Ilustrasi: sahabat - persaudaraan - pertemanan (NU Online)

Jelang pemilu terkadang relasi persaudaraan menjadi renggang karena perbedaan pilihan politik. Khutbah ini mengingatkan bahwa dalam perspektif Al-Quran meskipun berbeda, kita adalah bersaudara. Hubungan persaudaraan meniscayakan hak dan kewajiban yang harus dijaga.

 

Khutbah Jumat ini berjudul "Khutbah Jumat: Ukhuwah Jelang Pemilu Perspektif Kajian Al-Qur’an". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I
 

 اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَيَّدَ حَبِيْبَهُ الْمُصْطَفَى بِالقُرآنِ كَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا، وَبِالسُّنَّةِ كَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا، فَمَنْ سَارَ عَلَيْهِمَا سَارَ فِي ضَوْءِ النَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا، وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْهُمَا سَارَ فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى وَرَسُوْلِكَ الْمُرْتَضَى وَحَبِيْبِكَ الْمُجْتَبَى وَأَمِيْنِكَ عَلَى وَحْيِ السَّمَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَجَمِيْعِ أُمَّتِهِ وَسَـلّـِمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، فَاتَّقُوا اللهَ وَاسْمَعُوا وَأَطِيْعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

 

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala, karena dengan ketaqwaan kita dan rahmat dari-Nya kita bisa berbahagia hidup di dunia dan di akhirat. 
 

Salah satu ajaran terpenting dalam Islam adalah persaudaraan. Dalam bahasa Arab persaudaraan disebut ukhuwah, sebuah kata yang sering kita dengar walaupun belum menjadi bahasa Indonesia yang baku. Al-Qur’an beberapa kali menyebut kata “akh” yang artinya saudara laki-laki dan “ukht” yang artinya saudara perempuan. Al-Qur’an juga menyebut kata “ikhwah” dan “ikhwan” yang artinya saudara-saudara.
 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam perspektif Al-Qur’an, persaudaraan dibentuk oleh 5 ikatan, yaitu:

  1. Ikatan berdasarkan kesamaan rahim dan “shulbi”. Siapapun orangnya, jika ia terlahir dari ibu yang melahirkan kita, dan memiliki ayah yang sama dengan ayah kita, maka ia adalah saudara kita.
  2. Ikatan berdasarkan kesamaan tempat tinggal dan domisili. Siapapun orang yang tinggal di lingkungan yang sama dengan kita, semisal RT/RW yang sama atau komplek perumahan yang sama, maka dia adalah saudara kita.
  3. Ikatan berdasarkan kesamaan kewarganegaraan. Setiap orang yang berkewarganegaraan Indonesia (WNI), adalah saudara kita tanpa dilihat apa agamanya, jenis kelaminnya, domisilinya, dan orang tuanya.
  4. Ikatan berdasarkan kesamaan iman. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10 dinyatakan bahwa semua orang yang beriman adalah bersaudara (innamal mu’minun ikhwah). 
  5. Ikatan berdasarkan kesamaan nenek moyang, yaitu Nabi Adam dan Hawa’. Dalam Al-Qur’an ada panggilan “ya Bani Adam” yang artinya “wahai anak keturunan Adam”. Ada juga panggilan “ya ayyuhannas” dan “ya ayyuhal insan” yang artinya “wahai seluruh makhluk yang berjenis manusia”. 
 

Kelima ikatan ini bersifat permanen dan termaktubkan dalam Al-Qur’an. Dengan adanya pengakuan terhadap persaudaraan, muncul konsekuensi berupa hak dan kewajiban.
 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Surat Al-Hujurat menyebut beberapa hak dan kewajiban yang muncul dari ikatan persaudaraan, di antaranya adalah:
Pertama, mendamaikan jika ada saudara yang bertikai. Dalam ayat 9 dinyatakan “fa ashlihu baynahuma”, yang artinya kita wajib mendamaikan kedua pihak (orang perorangan atau kelompok) yang bertikai. Kita tidak mendukung salah satu pihak untuk menyerang pihak yang lain. Kedua pihak adalah saudara kita, bahkan kedua pihak adalah bersaudara. Kita tidak menyelamatkan satu saudara dengan cara menyakiti saudara yang lain. Ibarat orang tua yang bertikai akibat berbeda pendapat, kita tidak membela ibu lalu menyerang ayah, dan sebaliknya membela ayah dengan cara menyerang ibu. Jika salah satu di antara ayah dan ibu ada yang terluka dan tersakiti, maka kita juga yang akan merasakan kesedihan dan kerugian. Namun jika kedua orang tua bisa didamaikan, maka kita juga yang akan merasakan kebahagiaan karena perdamaian itu.

 

Kedua, kita tidak menghina saudara kita, karena saudara adalah bagian dari diri kita. Dalam ayat 11 dinyatakan “la yaskhar” yang artinya jangan menghina dan merendahkan orang lain. Al-Qur’an, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, menegaskan bahwa menghina adalah perbuatan yang buruk. Hinaan terhadap seseorang bisa menyakiti orang tersebut dan menyakiti orang-orang yang menyayangi dan mencintainya. Al-Qur’an menyatakan, orang menghina bisa jadi lebih buruk dari pada orang yang dihina.
 

Ketiga, masih dalam ayat 11 kita tidak memberi julukan dan panggilan (labelling) buruk kepada saudara kita (wala tanabazu bil alqab). Kita memanggil orang dengan namanya bukan julukan yang bukan namanya. Memberikan julukan kepada orang, seakan kita mengganti nama pemberian orang tuanya. Jika julukannya jelek dan buruk, kita menyakiti hati orang tersebut dan hati kedua orang tuanya. Ketika nama disebut sebagai doa, maka memberi julukan buruk kepada orang lain bisa disamakan dengan mendoakan buruk kepadanya.
 

Ketiga, dalam ayat 12 kita dilarang berburuk sangka. Ketika kita melihat orang lain melakukan sesuatu, atau mendengar apapun yang terkait dirinya, bisa muncul dugaan-dugaan. Kita sibuk menjalani hidup, dan mengurus urusan-urusan kita sendiri. Demikian juga orang lain sibuk dengan kehidupannya dan urusan-urusannya. Kita hanya mengenal sedikit tentang kehidupan orang lain, karenanya kita jangan menyimpulkan pencapaian dan kondisi orang lain, dengan sedikit informasi yang kita miliki. Dugaan sering kali menjadikan kita berdosa, sebab kita menilai orang lain tanpa bukti yang cukup. Dugaan buruk bisa memunculkan ketidaknyamanan pada orang lain, dan tidak jarang memunculkan kezaliman dari orang-orang yang salah dalam menduga.

 

Keempat, masih di ayat 12, kita dilarang mencari kesalahan orang lain (wala tajassasu). Setiap orang, tentu termasuk kita sendiri, pasti memiliki kekurangan dan kesalahan. Kita tidak ingin orang lain mencari-cari kesalahan dan kekurangan yang ada pada diri kita, dan pasti orang lain juga tidak ingin dicari-cari kesalahannya. Agama justru memerintahkan kita berbaik sangka dan menutupi kekurangan orang lain. Kecuali dalam kondisi tertentu, semisal penyelidikan dalam kriminalitas, polisi dan jaksa berhak mencari kesalahan orang sesuai dengan dugaan kriminalitas yang dilakukannya.
 

Kelima, kita dilarang membicarakan aib orang lain. Kita tidak ingin aib kita dibicarakan oleh orang lain, maka orang lain juga demikian. Jika kekurangan dan aib diibaratkan sebagai daging yang busuk (lahm akhih maytan), kita tentu tidak ingin memakan daging itu (fakarihtumuh). Sebagai saudara, kita diharuskan menutupi aib orang lain, dan mendoakan semoga aib itu bisa diperbaiki.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada ayat 13 surat Al-Hujurat, Allah memanggil semua manusia. Siapapun orangnya, tanpa dilihat agama, jenis kelamin, orang tuanya, kewarganegaraan, dan domisilinya, perlu mendengar panggilan ini. Ayat ini menegaskan bahwa semua manusia adalah setara, walaupun memiliki banyak perbedaan. Kemuliaan orang dinilai dari ketakwaannya, dan siapapun bisa meningkatkan ketakwaannya. Perbedaan disikapi dengan saling memahami dan memaklumi (li ta’arafu).
 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam konteks Indonesia, setiap lima tahun kita menyelenggarakan pemilu. Kita memilih presiden beserta wakil presiden (capres-cawapres), anggota DPR dan DPD, dan kepala daerah. Tahun 2024 pemilu akan diadakan lagi, dan KPU (Komisi Pemilihan Umum) sudah menetapkan 3 calon capres-cawapres. Ketiga pasangan ini adalah saudara kita. Seluruh pasangan yang berkontestasi menjadi pemimpin RI 1 dan RI 2 negara kita adalah mukmin, WNI, dan anak keturunan Nabi Adam.
 

Atas dasar persaudaraan ini, kita menghormati ketiga pasangan capres-cawapres. Kita memilih mana yang menurut kita terbaik, sambil menghormati pilihan orang lain yang berbeda dengan pilihan kita. Kita tidak ingin dipaksa untuk memilih calon yang tidak kita sukai, maka kita jangan memaksa orang lain untuk memilih calon yang tidak mereka sukai. Kita tidak ingin calon pilihan kita diumbar aibnya, dijelek-jelekkan, dicari kesalahannya, dan diberi julukan buruk, karenanya kita tidak mengumbar keburukan pasangan lain, mencari kesalahan mereka, dan melabel mereka dengan panggilan yang buruk.
 

Kita memilih calon pasangan caprs-cawapres yang menurut kita terbaik, sambil mendoakan siapapun yang menang semoga membawa kebaikan untuk Agama dan bangsa Indonesia. Calon capres-cawapres yang terpilih walaupun bukan pasangan yang kita dukung, bisa menjadi pasangan terbaik dengan doa-doa baik kita. 

 

Jika dalam proses pemilu ada ghibah yang mengumbar keburukan orang, tugas kita adalah melarang ghibah seraya mengingatkan bahwa semua capres-cawapres adalah saudara kita. Jika ada pertikaian, maka tugas kita mendamaikan. Al-Qur’an itu membawa kebaikan dan perdamaian, karenanya orang yang beriman kepada Al-Qur’an akan selalu mengupayakan kebaikan dan perdamaian.
 

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita orang yang mampu menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang berbahagia di dunia dan Akhirat. Amin Ya Rabbal 'alamin.
 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَصْرِ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا، وَأَمَرَ عِبَادَهُ بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَبِالسَّلَامِ تَسْلِيمًا، فَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وعلى آلِ إبْراهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما بَاركْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آل إبراهيم في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 


اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم. ‏اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِأُمَّةِ سيدنا مُحَمَّد، اللَّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّة سيدنا مُحَمَّد، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّة سيدنا مُحَمَّدٍ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ سيدنا مُحَمّد اَللّٰهُمَّ اسْتُرْ أُمَّةَ سيدنا مُحَمَّد، اَللّٰهُمَّ أجْبُرْ أُمَّةَ سيدنا مُحَمَد صلى الله عليه و سلم. اَللَّهُمَّ اَعِزِّ الإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَانْصُرْ جُيُوْشَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ،إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ،اَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، اُذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ، وَاشْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ
 

Dr Andi Rahman, M.A.,Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas PTIQ