Ramadhan

Kultum Ramadhan: Menjaga Kesehatan di Bulan Suci

Rab, 13 Maret 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Menjaga Kesehatan di Bulan Suci

Ilustrasi puasa. (Foto: NU Online)

Saat ini kita sudah masuk di bulan suci Ramadan. Semua umat Islam tentu menginginkan agar di bulan yang penuh dengan rahmat dan keberkahan ini diisi dengan berbagai amal ibadah dan kegiatan positif. Namun demikian, terkadang ada hal yang dilupakan, yaitu kesehatan. Nikmat sehat ini merupakan anugerah yang sering dilalaikan oleh Bani Adam. 

 

Padahal, justru dengan sehatlah seseorang dapat terus produktif dalam beribadah. Ketika seseorang sakit, terbaring di atas kasur, di rumah sakit. Puasanya, shalat tarawih, qiyamullail, dan tadarus Al-Qur’annya juga akan terhambat. Oleh karenanya, kesehatan memiliki urgensi besar dalam ibadah. Dalam kaidah ushul fiqih dinyatakan.

 

مَا لَا يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلَّا بِهِ فَهُوَ الْوَاجِبُ

 

Artinya: “Suatu perkara yang tidak akan sempurna kewajiban kecuali dengannya maka dihukumi wajib

 

Jika ibadah tidak bisa terlaksana karena seseorang sakit, maka memproteksi diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskannya ke dalam kondisi sakit juga menjadi wajib. Artinya, kewajiban menjaga kesehatan setara levelnya dengan menjalankan ibadah.

 

Nah, di awal bulan suci Ramadan ini, sudah seharusnya kita berusaha menjaga kestabilan tubuh dan kesehatan jasmani . Kesehatan yang prima akan menjadi kunci keberhasilan dalam menyongsong bulan suci Ramadan. Berikut ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan agar jasmani kita tetap sehat.

 

1. Menjaga pola makan

Mengatur dan menjaga pola makan sangat penting, khusus bagi orang yang berpuasa. Betapa tidak, seharian full dari Subuh hingga Maghrib perut  dalam keadaan kosong dari makanan dan minuman. Makanya, pada waktu sahur hendaknya memilih makanan dan minuman yang dapat menjaga kestabilan tubuh dari dehidrasi, seperti memperbanyak minum air putih, manis, dan sebagainya.

 

Pun demikian halnya di waktu berbuka, hendaknya makan dan minum yang kaya akan nutrisi. Menurut ilmu kedokteran, nutrisi menjadi penting untuk mengembalikan energi tubuh. Buah-buahan, sayur dan biji-bijian yang penuh dengan nutrisi akan membantu kita tetap stabil dan semangat dalam beraktivitas.

 

Fokus pada makanan yang mengandung protein tinggi, karbohidrat dan lemak sehat, baik di saat sahur dan berbuka. Jauhi dari makanan dan minuman yang dapat merusak tubuh. Semuanya ini sejalan dengan perintah Al-Qur’an dalam surah Al-Baqarah ayat 168

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ 

 

Artinya: “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata

 

Bisa diperhatikan dari ayat di atas, perintah memakan makanan yang halal tidak berdiri sendiri tapi digandeng dengan kata tayyib (baik). Artinya, di samping memastikan apa yang dimakan itu halal bersih dari keharaman, baik dari sisi zat ataupun cara mendapatkannya, kita juga harus memastikan bahwa makanan juga baik.

 

Ibnu Asyur dalam tafsirnya, At-Tahrir wa At-Tanwir menyebutkan definisi baik atau tayyib dari ayat di atas.

 

وهي النُّفُوسُ الَّتِي تَشْتَهِي المُلائِمَ الكامِلَ أوِ الرّاجِحَ بِحَيْثُ لا يَعُودُ تَناوُلُهُ بِضُرٍّ جُثْمانِيٍّ أوْ رُوحانِيٍّ

 

Artinya: “Baik dalam ayat itu ialah kondisi jiwa yang menginginkan sesuatu yang dinilai layak dan pantas sekiranya tidak akan menimbulkan kemudaratan ketika mampu memperolehnya baik secara fisik maupun rohani

 

Baik di sini jelas berarti makanan atau minuman yang dapat mendatangkan kemanfaatan bagi jasmani dan rohani bagi diri kita. Tidak mengandung kemudaratan yang membahayakan tubuh.

 

2. Berolahraga

Olahraga tetap penting meskipun kita sedang berpuasa. Faktanya, olahraga dapat membantu meningkatkan mood, mengurangi stres, menjaga kebugaran tubuh dan meningkatkan energi. Tentu, olahraga dalam konteks ini adalah yang sifatnya ringan, seperti senam, yoga, atau melakukan pekerjaan rumah.

 

Waktunya bisa dilakukan pada waktu sore menjelang berbuka, sehingga kita tidak merasa haus dan kelelahan akibat olahraga saat puasa.

 

3. Istirahat yang Cukup
Umat Islam tentu tidak ingin waktu di bulan Ramadan terbuang sia-sia. Semuanya ingin terisi dengan berbagai rangkaian ibadah. Tapi, bukan berarti tidak boleh mengambil waktu istirahat dan rehat sejenak. Ambillah waktu beristirahat. Jangan menekan diri kita di luar kemampuan yang bisa lakukan.

 

Sudah maklum, ketika Ramadan ketika berusaha menghidupkan malamnya dengan bacaan Al-Qur’an, tahajud, dan dzikir. Bahkan kita rela untuk mengurangi porsi tidur bahkan tidak tidur sama sekali di malamnya hanya untuk meraih ganjaran besar dan pahala berlipat yang Allah sediakan.

 

Hal tersebut tentu saja bernilai positif. Tapi jangan sampai lupa, tubuh kita perlu istirahat. Ketika kita sudah beribadah semalaman, ambillah waktu di paginya untuk beristirahat dan tidur. Lalu, niatkanlah tidur kita sebagai sarana agar tubuh dapat kembali prima sehingga dapat terus beribadah. Dengan demikian, tidur pun dicatat sebagai pahala.

 

Di situlah urgensi innama al-a’mal bi an-niyyat, segala perbuatan tergantung niatnya. Ketika niatnya baik, yaitu menjaga kontinuitas ibadah, maka perbuatan yang mubah bisa bernilai pahala. Tidak hanya istirahat atau tidur, sama juga dengan berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat. Niatilah semuanya karena Allah dan sebagai sarana bertaqarrub kepada-Nya.

 

Tiga kiat di atas penting untuk kita lakukan guna terus menjaga kesehatan kita masing-masing. Menjaga pola makan, berolahraga, dan mengambil porsi istirahat yang cukup menjadi kunci agar Ramadan kita di tahun ini berjalan optimal. Tidak hanya di awal, tapi juga di tengah hingga akhir Ramadan. Wallahu a’lam.

 

Muhammad Izharuddin, Mahasantri STKQ Al-Hikam Depok.