Ramadhan

Kultum Ramadhan: Shalat Witir dan Keutamaannya untuk Kehidupan yang Sehat

Sab, 6 April 2024 | 20:00 WIB

Kultum Ramadhan: Shalat Witir dan Keutamaannya untuk Kehidupan yang Sehat

Shalat witir. (Foto: Nu Online/Freepik)

Ibadah tidak lepas dari aktivitas fisik sehingga perlu didukung dengan kesehatan badan. Apalagi rutinitas ibadah Ramadhan sangat memerlukan fisik yang prima. Oleh karena itu, padatnya ibadah Ramadhan perlu diimbangi dengan kesehatan tubuh umat Islam yang menjalaninya.


Pada malam hari di Bulan Ramadhan, tubuh umat Islam dilatih untuk bangun dan menjalankan ibadah sunnah. Mulai dari shalat tarawih, tahajud, dan shalat witir. Shalat-shalat sunnah tersebut dilaksanakan pada malam hari sehingga disebut sebagai qiyamullail.


Karena kesehatan merupakan modal penting untuk ibadah, maka umat Islam perlu memperhatikan kesehatannya. Bila dinilai dengan uang, kesehatan sangatlah mahal. Segala sesuatu yang lain, seolah tidak berarti bila seseorang tidak memiliki kesehatan. 


Waktu malam adalah waktu yang paling tepat untuk istirahat. Namun, umat Islam justru dianjurkan untuk beribadah di malam hari dengan shalat-shalat sunnah, termasuk shalat witir. Adakah relevansi shalat witir dengan kesehatan orang yang melakukannya?


Terdapat sebuah hadits yang menyatakan bahwa shalat witir memiliki keutamaan dari sesuatu yang dianggap sangat berharga di dunia. Istilah yang digunakan pada hadits tersebut untuk menggambarkan shalat witir yang dikerjakan memiliki nilai lebih besar dari nilai seekor unta merah. Berikut hadits yang menyebutkan keutamaan tersebut:


حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَاشِدٍ الزَّوْفِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُرَّةَ الزَّوْفِيِّ عَنْ خَارِجَةَ بْنِ حُذَافَةَ قَالَ أَبُو الْوَلِيدِ الْعَدَوِيُّ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَمَدَّكُمْ بِصَلَاةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الْوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ


Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abul Walid Ath-Thayalisi dan Qutaibah bin Sa’id, dia berkata telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Yazid bin Abi Habib, dari Abdillah bin Rasyid, dari Abdillah bin Abi Murrah, dari Kharijah bin Hudzafah, Abu Al Walid Al Adawi berkata: Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam keluar menemui Kami dan berkata: Sesungguhnya Allah telah mencurahkan rahmat dan barakah-Nya bagi kalian dengan sebuah shalat yang lebih baik daripada unta merah, yaitu salat witir, dan telah menjadikannya berada di antara salat Isya hingga terbit fajar.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)


Berdasarkan hadits tersebut, sangat jelas bahwa shalat witir memiliki keutamaan melebihi unta merah. Unta merah merupakan perlambang terhadap sesuatu yang paling berharga yang dimiliki oleh orang Arab waktu itu. Hadits itu juga menyebutkan suatu makna rahmat dan barakah yang akan diperoleh oleh seseorang yang melaksanakan shalat witir. 


Lebih dari harta apapun, kesehatan juga merupakan hal yang sangat berharga untuk kehidupan manusia. Keberkahan, yang maknanya adalah bertambahnya kebaikan, sangat relevan dengan manfaat kesehatan yang diperoleh oleh seseorang sebagai buah melaksanakan amalan ibadah. Uniknya, di akhir hadits tersebut dirinci waktu pelaksanaan shalat witir antara Isya hingga subuh yang untuk sebagian orang dianggap sebagai waktu istirahat dalam rangka memulihkan kesehatan.


Dalam Kitab At-Thibbun Nabawi, Al-Hafiz Adz-Dzahabi menyebutkan keistimewaan shalat malam untuk kesehatan. Berdasarkan waktu pelaksanaan shalat witir yang disebutkan pada hadits di atas, maka shalat witir merupakan salah satu shalat malam yang masuk dalam kategori ini. Beliau mengutip perkataan Al-Muwaffaq ‘Abdul Lathif yang bekata dalam kitab Al-Arba’in:


Aku pernah melihat sekelompok orang sederhana dan awam tetapi menikmati kesehatan yang baik. Maka akupun bertanya ihwal mengapa demikian dan mengetahui bahwa mereka sering menunaikan shalat, terutama shalat malam.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyail Ulum: 1990], halaman 283)


Malam hari merupakan waktu pembersihan tubuh dari sisa-sisa metabolisme. Efeknya, darah pun mengental karena adanya sisa metabolisme tubuh yang bertumpuk. Kondisi ini dapat diperbaiki bahkan dioptimasi apabila rutin menjalankan shalat sunnah di malam hari.


Oleh karena itu, jika pada sepertiga malam terakhir seseorang berwudhu lalu shalat malam dan menutupnya dengan witir, sebagian muatan “negatif” akan terlepas dan bergabung dengan energi bumi (grounding). Rasa enggan dan malas shalat di malam hari yang semula ada, lambat laun akan berkurang setelah melalui proses latihan yang rutin. Seseorang yang istiqamah menjalankan shalat sunnah qiyamullail akan mengawali hari-harinya dengan kondisi dan keadaan hati yang jauh lebih tenang dan terbebas dari kecemasan.


Namun, untuk bisa menjalankan ibadah shalat malam secara rutin di sepertiga malam terakhir sangatlah berat. Oleh karena itu, rangkaian ibadah di Bulan Ramadhan melatih umat Islam untuk mengawalkan shalat witir yaitu setelah shalat tarawih pada waktu yang tidak terlalu larut malam. Dengan model latihan seperti ini, diharapkan manfaat shalat tarawih dan witir tetap diperoleh dengan optimal.


Shalat malam juga termasuk salah satu mekanisme pengendalian emosi, khususnya emosi negatif. Secara fisiologis, gerakan-gerakan shalat yang digabungkan dengan afirmasi kalimat-kalimat positif dalam bentuk bacaan shalat, terbukti membantu mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan psikis. Efek nyaman, tenang, dan tenteram yang merupakan efek psikologis pada akhirnya menjadi efek menyehatkan dari aktivitas shalat malam.


Dengan manfaat rangkaian ibadah shalat malam untuk kesehatan, selayaknya umat Islam tidak melewatkannya pada Bulan Ramadhan. Menutup rangkaian shalat tarawih dengan shalat witir atau melaksanakannya sebelum fajar akan menjadi kebiasaan positif yang menyehatkan. Dengan modal kesehatan itulah, ibadah lain di siang hari Bulan Ramadhan juga akan berjalan dengan lancar. Wallahu a’lam bis shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi