Ramadhan

Nasib Ibadah Orang yang Tidak Menjumpai Malam Lailatul Qadar

Sen, 17 April 2023 | 18:00 WIB

Nasib Ibadah Orang yang Tidak Menjumpai Malam Lailatul Qadar

Ilustrasi: Lailatul Qadar (NU Online).

Salah satu pesan yang sering Rasulullah sampaikan kepada para sahabatnya di awal Ramadhan adalah nilai-nilai keberkahan yang ada pada bulan ini. Banyak keberkahan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya di bulan ini, seperti terbukanya pintu-pintu surga, tertutupnya pintu-pintu neraka, dan terbelenggunya setan-setan penggoda manusia.
 

Tidak hanya itu. Ada keberkahan Ramadhan yang sangat penting untuk kita jaga bersama, yaitu adanya satu malam yang Allah sebut dengan Lailatul Qadar, malam di mana amal ibadah akan dilipatgandakan hingga lebih baik dari daripada beribadah selama 1000 bulan lamanya. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qadr:
 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

 

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr: 1-5).
 

Berdasarkan ayat di atas, tentu orang-orang yang bisa melihat dan menemukan lailatul qadar sangat beruntung. Nilai pahala ibadah yang dia lakukan akan dilipatgandakan oleh Allah, begitu juga dengan semua kebaikan yang dilakukannya pada malam tersebut, dan semua dosa-dosa yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya, “Barangsiapa beribadah pada lailatul qadar, karena iman dan mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
 

Lantas, bagaimana dengan nasib ibadah orang-orang yang tidak menemukan lailatul qadar? Apakah ia juga memiliki nasib yang sama dengan orang yang menemukannya, atau justru seperti nilai ibadah pada umumnya?

 


Imam Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi pernah membahas tuntas tentang persoalan ini. Ia mengatakan bahwa ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba yang bertepatan dengan Lailatul Qadar, maka ibadah tersebut akan tetap memiliki keistimewaan melebihi ibadah-ibadah yang dilakukan di selain malam tersebut. Dalam kitabnya dinyatakan:
 

قِيَامُ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ مُوَافَقَةِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَعْرِفَتِهَا سَبَبٌ لِغُفْرَانِ الذُّنُوْبِ وَقِيَامُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لِمَنْ وَافَقَهَا وَعَرَفَهَا سَبَبٌ لِلْغُفْرَانِ

 

Artinya, “Beribadah di malam hari Ramadhan tanpa bertepatan dengan Lailatul Qadar atau tidak tahu (waktu)nya, bisa menjadi sebab diampuninya dosa-dosa. Ibadah seseorang di malam Lailatul Qadar dan bertepatan dengannya, atau tahu (waktu)nya, bisa menjadi sebab mendapatkan ampunan (dosa).” (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi ‘ala Shahihi Muslim, [Daru Ihya At-Turats: 1392], juz VI, halaman 41).
 

Berdasarkan pendapat Imam An-Nawawi di atas, dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang beribadah di malam hari bulan Ramadhan akan mendapatkan ampunan dari Allah swt atas dosa-dosanya, baik bertepatan dengan Lailatul Qadar atau tidak sekalipun.
 

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Syekh Zainuddin Abul Fadl Al-Iraqi (wafat 806 H). Ia mengatakan bahwa tahu terhadap waktu dan keberadaan Lailatul Qadar tidak menjadi syarat untuk bisa mendapatkan ampunan dari Allah swt. Bahkan orang yang tidak tahu Lailatul Qadar pun juga akan tetap mendapatkan ampunan dari-Nya.
 

Hanya saja, untuk mendapatkan ampunan itu tidak hanya dengan sekadar ibadah saja, namun juga harus memiliki upaya dan tujuan yang kuat untuk menjumpai Lailatul Qadar dan ibadah yang dilakukan pun juga dalam rangka untuk menunggu datangnya Lailatul Qadar. Syekh Al-Iraqi dalam kitabnya mengatakan:
 

وَلَا يَتَوَقَّفُ حُصُولُ الْمَغْفِرَةِ بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَى مَعْرِفَتِهَا بَلْ لَوْ قَامَهَا غَيْرَ عَارِفٍ بِهَا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ لَكِنْ بِشَرْطِ أَنْ يَكُونَ إنَّمَا قَامَ بِقَصْدِ ابْتِغَائِهَا
 

Artinya, “Dan untuk mendapatkan ampun tidak harus beribadah di malam lailatul qadar karena tahu padanya, bahkan jika ada orang beribadah yang tidak tahu pada (lailatul qadar pada malam tersebut) juga akan diampuni dosa-dosanya yang berlalu, hanya saja dengan syarat ibadah yang dilakukan harus dengan tujuan untuk mencarinya.” (Al-Iraqi, Tharhut Tatsrib fi Syarhit Taqrib, [Daru Ihya At-Turats], juz IV, halaman 163).
 

Berpijakan pada pendapat Syekh Al-Iraqi di atas, orang-orang yang hendak mendapatkan ampunan dari Allah harus selalu berupaya untuk menjumpai Lailatul Qadar di setiap malam akhir bulan Ramadhan. Ibadah-ibadah yang dilakukan pada malam tersebut juga disertai dengan niat untuk menunggu datangnya Lailatul Qadar.
 

Dengan cara tersebut, maka orang yang beribadah dan bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar akan mendapatkan ampunan dari Allah swt atas semua dosa-dosanya yang berlalu, sekalipun dia tidak menemukan atau tidak merasakan keberadaan Lailatul Qadar. Wallahu a’lam.

 

 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur