Sirah Nabawiyah

Ketika Badui Berkata Kasar kepada Nabi Muhammad

Sel, 25 Januari 2022 | 17:00 WIB

Ketika Badui Berkata Kasar kepada Nabi Muhammad

Ilustrasi Nabi Muhammad saw. (Foto: NU Online)

Nabi Muhammad saw dikenal luas sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan luhur. Akhlak tersebut tidak berubah meskipun dirinya mendapat perlakuan buruk dari orang lain. Bahkan ketika Rasulullah terus-menerus mendapat ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy.


Ada banyak riwayat masyhur terkait keluhuran akhlak Nabi Muhammad ketika mendapat perlakuan kasar. Di antaranya ketika beliau hijrah ke Thaif.


Dalam Sirah Nabawiyah, Rasulullah hijrah dengan ditemani oleh mantan budak beliau, Zaid bin Haritsah. Di sana, beliau menemui para pemuka Bani Tsaqif yaitu Abd Yalil, Mas’ud dan Hubaib, mereka adalah anak-anak ‘Amr bin Umair Ats-Tsaqafy. Nabi meminta pertolongan kepada mereka, tetapi mereka menjawab dengan jawaban kasar.


Setelah permintaan Rasulullah terhadap ketiga pemuka Bani Tsaqif tidak dikabulkan, Rasulullah SAW meminta agar tidak menyiarkan berita kedatangan Nabi ke Thaif kepada orang-orang Makkah. Tetapi permintaan tersebut pun tidak mereka kabulkan. Mereka pun menyiarkan berita kedatangan Nabi kepada kaum kafir Quraisy di Mekah.


Selain itu, mereka juga menghasut anak-anak kecil untuk melempari Nabi dengan batu hingga mata kaki Nabi berdarah. Zaid bin Haritsah menjadi benteng Nabi ketika beliau dilempari batu oleh anak-anak kecil. Nabi Muhammad tetap berdoa dengan lembut penuh dengan kebaikan.


Dalam riwayat lain, KH Zakky Mubarak (2022) mengungkapkan bahwa ketika Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan perang, ada seorang Badui yang mengucapkan kalimat kasar yang tidak layak diucapkan terhadap Rasulullah s.a.w.


Badui itu mengatakan: “Bagikan harta rampasan itu secara adil! Inilah bagian yang kuinginkan dari perang itu”. Para sahabat Nabi merasa tersinggung dengan ucapan Baduwi itu, mereka ingin memberikan pelajaran dengan kasar, sesuai dengan ucapannya yang sangat menyakitkan itu. 


Nabi Muhammad melarang sahabatnya bersikap kasar terhadap Badui itu, Nabi tidak merasa kaget atau heran terhadap ucapan tersebut, karena beliau mengetahui bahwa watak dan tabiat manusia itu berbeda-beda. Sebagian mereka ada yang bersikap kasar dan cepat tersinggung, ada pula yang bersikap sabar dan bijaksana, tergantung bagaimana orang itu mendapat pendidikan dan bagaimana mereka dibentuk oleh masyarakatnya.


Ada seorang sahabat menemui Rasulullah yang sangat dicintainya. Ia datang untuk memperoleh nasihat agar memperoleh kebaikan dan kesuksesan dalam segala kehidupannya. Rasulullah memberikan nasihat kepadanya dengan kalimat yang sangat singkat: قاَلَ لاَ تَغْضَبْ “Kamu jangan marah." (HR. Bukhari)


Sahabat itu merasa tidak puas, ia datang dari jauh untuk meminta nasihat dari Nabi, kok hanya mendapat kalimat yang singkat saja. Ia pun meminta kepada Nabi Muhammad agar menambah kembali nasihat-nasihat yang sangat dibutuhkannya. Kemudian Nabi menjawab seperti jawaban yang pertama dan seterusnya sampai tiga kali.


Setelah tiga kali meminta nasihat dan diberi nasihat yang singkat itu, baru sahabat itu memahami dan menyadari, betapa luhurnya nasihat itu. Kalimat itu meskipun singkat tetapi mengisyaratkan suatu nasihat yang luas dan sangat bermanfaat. Memang apabila seorang manusia dapat mengendalikan nafsunya (emosinya) dalam segala kehidupan pasti akan memperoleh sukses yang ia cita-citakan.


Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad saw juga berusaha menenangkan para sahabatnya yang dibuat marah ketika mendapati seorang Badui kencing di Masjid Nabawi. Kisah ini diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari.


Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk membiarkan orang Badui tersebut menyelesaikan hajatnya. Setelah orang itu selesai, Rasulullah pun tidak memarahinya. Rasulullah meminta diambilkan satu ember air, lalu menuangkannya di tempat si Badui itu buang air kecil. Masjid Nabawi yang masih berlantaikan tanah pasir membuat air kencing si Badui bisa cepat diserap bumi.


Kisah tersebut juga menggambarkan betapa Rasulullah sangat toleran, sabar, dan mau membimbing umatnya yang belum tahu dengan penuh kasih sayang. Beliau tidak malah menghakimi orang Badui tersebut dengan marah-marah. Bahkan beliau juga melarang sahabatnya untuk tidak bertindak anarkis dan melarang orang Badui tersebut.


Penulis: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon


Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP