Sirah Nabawiyah

Kisah Rasulullah, Seorang Budak, dan Uang Delapan Dirham

Ahad, 10 Februari 2019 | 08:30 WIB

Rasulullah adalah seorang yang mandiri. Semuanya pekerjaan dilakukan sendiri. Menjahit baju yang robek, memperbaiki sandal yang rusak, dan mengerjakan segala pekerjaan yang layaknya seorang suami lakukan di dalam rumah. Bahkan, Rasulullah tidak segan-segan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar. Terkait hal ini, ada kisah menarik.

Alkisah, suatu ketika Rasulullah pergi ke pasar dengan membawa uang delapan dirham. Ia bermaksud untuk membeli beberapa bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Ketika berada di tengah pasar, Rasulullah melihat ada seorang budak perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu. Rasulullah langsung menghampiri orang tersebut dan bertanya apa yang terjadi hingga menyebabkannya menangis seperti itu.

Setelah bercakap-cakap dengan budak perempuan tersebut, Rasulullah baru tahu kalau dia menangis karena uang majikannya hilang. Sehingga ia tidak bisa membeli belanjaan. Jumlah uang miliki budak perempuan yang hilang tersebut delapan dirham. Mendengar keluh kesah budak perempuan tersebut, tanpa pikir panjang Rasulullah langsung memberikan uangnya yang delapan dirham itu untuk budak tersebut. Tidak mengapa dirinya tidak jadi membeli barang belanjaan, asal budak perempuan itu berhenti menangis, bisa berbelanja, dan tidak dimarahi majikannya. Demikian pikir Rasulullah kira-kira.

Namun dugaan Rasulullah ‘meleset.’ Ternyata budak perempuan tersebut tetap menangis meski uangnya yang hilang sudah kembali, diganti Rasulullah tepatnya. Rasulullah lantas bertanya kembali kepada budak tersebut perihal apa yang sebetulnya terjadi kepadanya.

“Apa gerangan yang terjadi kepadamu? Bukan kah uang majikanmu yang hilang telah kembali?” tanya Rasulullah, merujuk buku Samudra Keteladanan Rasulullah (Nurul H Maarif, 2017).

Budak perempuan menjawab bahwa kehilangan uang membuat dirinya jadi terlambat berbelanja, pulang ke rumah, dan memasaknya. Dia takut kalau majikannya marah karena keterlambatannya itu. Rupanya, hal itulah yang membuatnya terus menangis.

Rasulullah tidak pernah setengah-setengah ketika membantu seseorang. Rasulullah akhirnya mengantarkan budak perempuan tersebut ke rumah majikannya setelah membeli beberapa kebutuhannya. Jika majikannya marah, maka Rasulullah yang akan pasang badan untuk budak perempuan tersebut. Begitu pun jika majikannya hendak mencambuknya, maka Rasulullah akan bersedia menjadi orang yang menggantikannya. Begitu lah tawaran Rasulullah yang akhirnya membuat budak tersebut tidak menangis lagi.

Apa yang dilakukan Rasulullah kepada budak perempuan tersebut ternyata membuat sang majikan luluh hatinya. Sang majikan tidak jadi marah atau pun mencambuk budaknya yang terlambat, malah dia memerdekakan budaknya itu karena kagum dengan sikap Rasulullah. Tidak hanya itu, sang majikan juga akhirnya masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah.  

Kata Rasulullah, itu lah delapan dirham yang sangat berkah karena bisa mengganti uang yang hilang, memerdekakan budak, dan membuat sang majikan memeluk Islam. Demikian lah cara Rasulullah membantu seseorang, tidak setengah-setengah. Di samping itu, Rasulullah juga mengorbankan kepentingannya demi kepentingan orang lain. Beliau memberikan uang delapan dirhamnya –yang semula untuk membeli kebutuhannya- kepada seorang budak perempuan yang kehilangan uang. (A Muchlishon Rochmat)