Syariah

10 Bahaya Makan Berlebihan menurut Imam Ghazali

Jum, 11 Agustus 2023 | 18:00 WIB

10 Bahaya Makan Berlebihan menurut Imam Ghazali

10 Bahaya Makan Berlebihan menurut Imam Al-Ghazali. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Makanan merupakan sumber utama penghasil energi pada tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Bagi umat Islam, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sewajarnya saja, sebab makan berlebihan bisa membawa bahaya. Makanan yang dimaksud tentu masih dalam kategori halal, karena makanan haram jelas akan membawa bahaya lebih banyak lagi.


Bahaya makan berlebihan ini disinggung oleh Imam Al-Ghazali. Menurutnya, ada 10 bahaya yang akan didapat seseorang ketika terlalu banyak mengonsumsi makanan, hal ini ia ungkap dalam kitab Minhajul Abidin (Beirut: Darul Basyair al-Islamiyah, 2001), halaman 201-209, sebagaimana berikut:


1. Hati jadi keras dan redup

Banyak makan bisa menyebabkan hati menjadi keras dan cahayanya jadi redup bahkan hilang. Rasulullah Saw bersabda:


 لاَ تُمِيتُوا اَلْقُلُوبَ بِكَثْرَةِ اَلطَّعَامِ وَ اَلشَّرَابِ وَ إِنَّ اَلْقُلُوبَ تَمُوتُ كَالزَّرْعِ إِذَا كَثُرَ عَلَيْهِ اَلْمَاءُ


Artinya: "Janganlah kalian mematikan hati dengan banyak makan dan minum, sesungguhnya hati itu seperti tanaman yang akan mati apabila terlalu banyak air."


Orang-orang saleh telah memberikan perumpamaan bahwa perut itu seperti periuk yang mendidih di bawah hati. Asapnya naik ke hati, semakin lama akan semakin banyak hingga membuat hati menjadi buram dan panas.


2. Mendorong berbuat dosa

Terlalu banyak makan bisa mendorong atau merangsang anggota tubuh untuk berbuat berlebihan dan tidak baik. Seseorang yang perutnya kenyang akan merangsang mata untuk melihat sesuatu yang tidak baik. Begitu pun pada telinga, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya akan terdorong untuk melakukan perbuatan dosa.


Menurut Abu Ja'far, perut itu akan memengaruhi pada anggota tubuh lain, jika perut lapar semua anggota tubuh jadi kenyang (tenang). Jika perut kenyang, semua anggota tubuh jadi lapar dan mendorong berbuat dosa.


Secara umum, perbuatan seseorang itu tergantung dari apa yang dia makan dan minum. Jika perutnya diisi barang haram, maka akan cenderung berbuat haram. Jika perut diisi sesuatu yang tidak berguna, maka akan cenderung berbuat sesuatu yang tidak berguna. Hal ini seolah menegaskan bahwa makanan itu seperti benih yang kemudian tumbuh menjadi perilaku anggota tubuh.


3. Kecerdasan berkurang

Makan berlebihan apalagi sampai membuat perut jadi buncit bisa menyebabkan berkurangnya kecerdasan dan ilmu. Ad Darani mengatakan bahwa jika seseorang menginginkan hajat dunia atau akhiratnya terpenuhi, maka ia harus mampu mengondisikan makannya.


Menurut Ad Darani, makan itu bisa memengaruhi akal. Hal ini adalah kenyataan yang sudah diketahui oleh orang yang sudah berpengalaman di bidangnya.


4. Semangat beribadah menurun

Terlalu banyak makan bisa menurunkan semangat beribadah. Dengan banyak makan bisa menaikkan berat badan, mata jadi mengantuk, dan anggota tubuh lain jadi lemah sehingga enggan untuk melaksanakan ibadah.


Sebuah istilah mengatakan: jika kamu termasuk orang yang perutnya buncit, anggap saja kamu sedang lumpuh.


Dikisahkan, Iblis hampir saja menjerat Nabi Yahya, karena saat itu Nabi Yahya dalam keadaan kenyang. Sejak mengetahui bahaya itu, Nabi Yahya tidak pernah kenyang seumur hidupnya.


Sufyan Ats Tsauri berkata: "Ibadah itu ibarat pekerjaan, tempat bekerjanya itu khalwat dan perkakas untuk bekerjanya adalah lapar."

 
5. Sulit merasakan manisnya ibadah

Banyaknya asupan makanan yang masuk ke dalam perut bisa mengakibatkan sulit merasakan manisnya ibadah. Abu Bakar As Shidiq berkata: "Sejak masuk Islam, aku tidak pernah merasakan kenyang agar aku bisa merasakan manisnya ibadah kepada Tuhanku. Dan aku tidak pernah menghilangkan dahaga agar aku rindu bertemu dengan Tuhanku."


Inilah sifat orang-orang mukasyafah, Abu Bakar termasuk orang di dalamnya. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw memberikan sebuah isyarat melalui sabdanya:


مَا فَضَلَكُمْ أَبُو بَكْرٍ  بِفَضْلِ صِيَامٍ وِلاَ صَلاَةٍ، وَاِنَّمَا هُوَ بِشَيْءٍ وَقَرَ فِي صَدْرِهِ


Artinya: “Tidaklah Abu Bakar berhasil mengungguli kalian karena ia lebih banyak berpuasa dan shalat, akan tetapi dengan sesuatu yang tertanam di dalam dadanya."


Ad Darani berkata: "Ibadah paling manis yang aku rasakan adalah ketika perutku melekat dengan punggungku".


6. Menjerumuskan syubhat dan haram

Banyak makan bisa membuat seseorang terjerumus dalam perkara syubhat dan haram. Sebab, sesuatu yang halal tidak akan sampai kecuali untuk memenuhi kebutuhan dasar.


Rasulullah bersabda: 


اَلْحَلَالُ لَا يَأتِيْكَ إلّاَ قُوْتاً وَالْحَرامُ لاَ يَأتِيكَ إلاّ جُزَافاً


Artinya: “Barang halal itu tidak datang kepadamu melainkan sebagai kekuatan, sedangkan barang haram tidak datang kepadamu kecuali serampangan.”


7. Menyibukkan hati dan badan

Perut kenyang bisa membuat hati dan badan menjadi sibuk. Awalnya sibuk untuk mendapatkan makanan, kemudian menyajikan dan memakannya sampai habis. Ketika sudah mulai terasa akan efek samping dan bahaya dari makanan, barulah sadar dan mulai mencari cara agar bisa selamat dari ancaman yang sudah mengintai. Rasulullah Saw bersabda:


أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ الْبَرَدَةُ، يَعْنِيْ التُّخْمَةُ، وَ أَصْلُ كُلِّ دَوَاءٍ الأَزْمَةُ، يَعْنِيْ الْحِمْيَة


Artinya: “Pangkal segala penyakit adalah kekenyangan dan pangkal segala obat adalah diet (sedikit makan).”


Malik bin Dinar berkata: "Wahai saudara-saudaraku, aku telah bolak-balik masuk toilet, hingga aku malu kepada Tuhanku, sebab banyak makan. Andai saja Allah memberiku rezeki berupa krikil yang dapat kuisap hingga aku mati."


Mengingat hal itu, terlalu banyak makan bisa mengakibatkan seseorang sibuk mencari dunia, thama’ pada manusia dan menyia-nyiakan waktu.


8. Kesulitan saat sakaratul maut

Terlalu banyak makan bisa menimbulkan kesulitan di akhir hayat dan sakaratul maut. Dalam sebuah keterangan disebutkan bahwa kesulitan saat sakaratul maut itu tergantung pada kadar kelezatan dunia yang dinikmatinya. Siapa saja yang banyak menikmati dunia, maka akan mendapatkan kesulitan lebih banyak. 


9. Mengurangi pahala

Makan terlalu banyak bisa mengurangi timbangan pahala di akhirat kelak, Allah berfirman dalam Surat Al-Ahqaf [21] ayat 20: 


اَذْهَبْتُمْ طَيِّبٰتِكُمْ فِيْ حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَاۚ فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَࣖ


Artinya: “(dikatakan kepada mereka,) ‘Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik dalam kehidupan duniamu dan bersenang-senang dengannya’. Pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu takabur di bumi, padahal tidak berhak (untuk sombong), dan (juga) karena kamu selalu durhaka.”


Terlalu banyak makan bisa diartikan dengan terlalu banyak menikmati kelezatan dunia, hal ini bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan ‘jatah’ kenikmatan di akhirat kelak.


10. Kesulitan di akhirat

Seseorang yang terlalu banyak makan saat di dunia bisa mengakibatkan kerugian dan kesulitan di akhirat kelak. Dia akan dihukum, dihisab, dicela, dan dicemooh karena lebih memilih menikmati kesenangan dunia. 


Makanan halal yang dimakan akan dihisab oleh Allah, makanan haram yang dimakan akan dibalas dengan siksaan, dan segala keindahan dunia pada akhirnya akan binasa.


Itulah 10 bahaya makan berlebihan yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali. Menurutnya, salah satu dari 10 bahaya ini mestinya sudah cukup untuk jadi bahan pertimbangan agar kita tidak terlalu berlebihan dalam menikmati makan dan minum. Wallahua’lam.


Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah, Subang, Jawa Barat.