14 Kemuliaan Orang Takwa yang Diperoleh di Akhirat
NU Online · Selasa, 11 Februari 2020 | 01:00 WIB

Selain anugerah di dunia, orang bertakwa juga memperoleh sejumlah karunia di akhirat kelak. Kenikmatan yang terakhir ini lebih dibutuhkan dan lebih hakiki.
M. Tatam Wijaya
Kolomnis
Bila pada kesempatan sebelumnya, telah diuraikan sedikitnya 14 belas kemuliaan orang takwa yang diperoleh di dunia, maka pada kesempatan kali ini akan diuraikan kemulian-kemuliaan orang takwa yang akan didapatkan di akhirat. Kaitan dengan ini, Imam al-Ghazali telah menyebutkan, ada 14 kemuliaan yang akan diraih orang takwa di akhirat.
Kedua, diberikan keteguhan dalam mempertahankan makrifat dan keimanan kepada Allah. Tanpa keteguhan dari Allah, setiap hamba akan merasakan ketakutan dan kegelisahan yang, bahkan tak jarang berujung kesedihan dan penyesalan yang tiada tara. Keteguhan itu sebagaimana dijanjikan Allah swt. dalam Al-Qur’an, Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, (Q.S. Ibrahim [14]: 27).
Ketiga, diberikan kabar gembira, keridaan, dan rasa aman aman oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya, Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu, (QS. Fushilat [41]: 30). Artinya, tidak akan ada ketakutan bagi orang yang bertakwa atas apa yang akan dihadapi di akhirat dan apa yang telah diperbuat di dunia.
Keempat, diselamatkan dari pertanyaan dan fitnah kubur. Berbeda dengan orang-orang yang kufur, orang-orang yang takwa seperti diajari dan dituntun dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Sebagaimana dalam sejumlah riwayat, pertanyaan pertama adalah tentang Tuhan yang disembahnya semasa di dunia. Pertanyaan kedua tentang agama yang dipeluk. Pertanyaan ketiga tentang rasul yang diutus di tengah umat manusia. Dan pertanyaan yang keempat tentang kitab dan amal-amal lainnya semasa di dunia.
Kelima, dilapangkan di dalam kuburnya, diberikan cahaya penerang, dan ditempatkan dalam salah satu taman surga Allah hingga hari kebangkitan. Salah satu hadis menyebutkan, usai sang hamba menjawab pertanyaan Munkar-Nakir dengan baik, terdengarlah seruan, “Maka hamparkanlah sebuah taman dari surga untuknya. Berilah pakaian dari surga untuknya. Bukalah sebuah pintu ke surga untuknya. Maka datanglah aroma wangi dari surga kepadanya. Dan dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan yang lain).
Ketujuh, diselamatkan dari huru-hara Kiamat, dibangkitkan dan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan agung nan mulia, wajah yang bersinar dan berseri-seri, seraya mengenakan pakaian mahkota dan pakaian kebesaran dan dipersiapkan untuk menatap tuhan mereka. Hal ini sejalan dengan firman-Nya, Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat, (Q.S. al-Qiyamah [75]: 22-23).
Kedelapan, diberikan kitab catatan amal dari depan atau dari belakang. Sedangkan, diberikan kitab catatan amal dari arah kiri atau belakangnya merupakan pertanda celaka bagi yang penerimanya. Di antara cara meraih catatan amal dari sebelah kanan setelah berusaha beramal salah adalah memperbanyak berdoa:
اَللَّهُمَّ آتِنِي كِتَابِي بِيَمِيْنِي وَحَاسِبْنِي حِسَاباً يَسِيْراً
"Ya Allah, berikanlah kitab catatan amalku dari sebelah kanan, dan hisablah aku dengan hisaban yang ringan."
Kesembilan, diringankan dalam hisab (penghitungan amal), bahkan sebagian di antara mereka diloloskan tanpa hisab. Di antara faktor yang menyebabkan lamanya hisaban adalah harta kekayaan. Diriwayatkan, Nabi Isa ‘alaihissalam sebagai nabi termiskin, masuk surganya lebih dahulu lima ratus tahun dibanding Nabi Sulaiman ‘alaihissalam sebagai nabi terkaya. Keterlambatan Nabi Sulaiman itu diceritakan oleh Allah sebagai pelajaran bagi umatnya dan umat-umat berikutnya.
Kesepuluh, diberatkan timbangan amalnya, bahkan sebagian di antara mereka diloloskan dari timbangan ini. Semoga saja kita termasuk hamba yang diloloskan dari timbangan amal, setidak-tidaknya diberatkan amal saat melewati timbangan ini. Kaitan dengan timbangan amal, Rasulullah saw. pernah mengajarkan dua kalimat yang dapat memberatkan timbangan amal kebaikan kita, yaitu:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Kesebelas, dihadirkan dalam telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan dipersilakan minum airnya, dimana tidak ada seorang pun yang meneguk air itu kecuali tidak akan merasa haus lagi selamanya.
Ketiga belas, diberikan syafaat dari para nabi dan rasul. Sebagaimana diketahui, syafaat terbesar (uzhma) sekaligus syafaat pembuka adalah syafaat Rasulullah saw. Setelah itu, barulah hamba-hamba yang lain diberikan kesempatan untuk memberikan syafaat.
Keempat belas, diberi balasan yang besar, dimasukkan ke dalam surga kenikmatan yang abadi, dan meraih rida Allah, bahkan bisa berjumpa langsung dengan-Nya, dimana kenikmatannya sungguh tak terkira, tak terhingga, dan tak bisa digambarkan kata-kata. (Lihat: al-Ghazali, Minhajul ‘Abidin, [Surabaya: Maktabah Muhammad ibn Ahmad], hal. 104-105). Wallahu a’lam.
Penulis : M. Tatam Wijaya
Editor : Mahbib
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
5
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua