Syariah

Hukum Membaca Surat Yasin setelah Isya di Malam Nisfu Sya'ban

Sab, 24 Februari 2024 | 10:00 WIB

Hukum Membaca Surat Yasin setelah Isya di Malam Nisfu Sya'ban

Ilustrasi bulan Syaban. (Foto: NU Online)

Setiap tahun, umat Islam memperingati malam Nisfu Sya'ban yang pada tahun ini jatuh pada Sabtu (malam Ahad) tanggal 24 Februari 2024. Dalam tradisi Islam, malam Nisfu Sya'ban termasuk sebagai salah satu malam yang penuh dengan keberkahan dan keistimewaan. Umat Islam di berbagai penjuru dunia memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan ibadah, memohon ampunan, dan memperbanyak amal shaleh.

 

Salah satu amalan yang sering dilakukan masyarakat Indonesia adalah membaca surah Yasin selepas shalat Magrib atau Isya. Membaca surah ini dianggap sebagai bentuk ibadah yang sangat dianjurkan karena diyakini memiliki keutamaan dan pahala yang besar. 

 

Pasalnya Surah Yasin sendiri termasuk salah satu surah yang penuh dengan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT, sehingga banyak yang meyakini bahwa membacanya sebanyak 3 kali selepas shalat Maghrib atau Isya di malam Nisfu Sya'ban dapat membawa berkah dan perlindungan dalam kehidupan sehari-hari. Lantas bagaimana hukum membaca surah Yasin selepas Isya di malam Nisfu Sya'ban? 

 

Abu Muhammad al-Baghawi dalam kitab Tafsir Baghawi mengatakan, malam Nisfu Sya'ban dipandang sebagai malam yang sarat dengan keberkahan dan keutamaan. Pada malam tersebut, kehendak Allah SWT menetapkan segala urusan yang akan terjadi dalam tahun yang akan datang. Ini menjadi momen penting di mana takdir ditetapkan, serta rahmat dan berkah Allah disebarkan kepada seluruh makhluk-Nya. 

 

Selain itu, di malam ini juga tercatat daftar para haji yang akan berangkat ke Makkah pada tahun berikutnya, menandakan pentingnya kesempatan spiritual yang tersedia bagi umat Islam untuk memperdalam hubungan mereka dengan Sang Pencipta.

 

Malam pertengahan Sya'ban juga dikenal sebagai waktu di mana Allah SWT dengan penuh kasih dan kemurahan-Nya mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang memohon ampunan. Ini adalah saat yang sangat dinantikan oleh umat Islam sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan Allah SWT dan memohon pengampunan atas kesalahan yang telah dilakukan. 

 

Dalam suasana penuh kerendahan hati dan kesadaran akan dosa, umat Islam seyogianya memanfaatkan malam ini untuk berdoa dan bertobat, memohon rahmat dan ampunan dari Sang Maha Pengampun. Simak penjelasan Ikrimah, yang dikutip Imam Baghawi ketika menafsirkan surah ad-Dukhan [44] ayat 4 berikut;

 

 لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُبْرَمُ فِيهَا أَمْرُ السَّنَةِ وَتُنْسَخُ الْأَحْيَاءُ مِنَ الْأَمْوَاتِ فَلَا يُزَادُ فِيهِمْ أَحَدٌ وَلَا يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَحَدٌ

 

Artinya: "Malam Nisfu Sya'ban adalah malam di mana takdir tahun ditetapkan dan hidup-hidup ditentukan dari yang mati, sehingga tidak ada yang ditambahkan pada mereka dan tidak ada yang dikurangkan dari mereka,". [Abu Muhammad al-Baghawi, Tafsir Baghawi, [Beirut: Dar Thaybah li Nasyir wa Tauzi', 1997], Jilid VII, halaman 228]

 

Pada sisi lain, dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda mengenai malam pertengahan bulan Sya'ban. Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah pada malam Nisfu Sya'ban. Pasalnya, pada malam tersebut Allah SWT menurunkan rahmat-Nya pada saat matahari terbenam hingga ke langit dunia pada malam tersebut. 

 

Pada saat itu, Allah SWT mengampuni orang yang meminta ampun kepada-Nya, memberikan rezeki dan keselamatan kepada orang yang meminta kepada-Nya hingga terbit fajar. Berikut haditsnya;

 

فعن أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: « إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ؟ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ؟ أَلَا كَذَا؟ أَلَا كَذَا؟ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ» أخرجه ابن ماجه في "السنن" 

 

Artinya: "Dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila malam pertengahan bulan Sya'ban tiba, maka berdirilah pada malamnya dan berpuasalah pada siangnya. Sesungguhnya Allah menurunkan rahmat-Nya pada saat matahari terbenam hingga ke langit dunia, lalu Dia berfirman: 'Siapakah yang meminta ampun kepada-Ku sehingga Aku ampuni dia? Siapakah yang meminta rezeki kepada-Ku sehingga Aku memberinya? Siapakah yang meminta keselamatan kepada-Ku sehingga Aku berikan kepadanya? Dan lain sebagainya hingga terbit fajar." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).

 

Sementara itu, Muhammad Ibnu Hajj al-Maliki dalam kitab al-Madkhal menyebutkan para ulama salaf sangat menghormati malam Nisfu Sya'ban. Mereka mempersiapkan diri dengan penuh penghormatan dan siap untuk beribadah di malam tersebut. Bagi mereka, malam Nisfu Sya'ban adalah malam yang suci dan penuh kehormatan dalam Islam.

 

وكان السلف رضي الله عنهم يُعَظِّمونها -أي: ليلة النصف من شعبان-، ويُشَمِّرُون لها قبل إتيانها، فما تأتيهم إلا وَهُمْ متأهِّبون للقائها، والقيام بحرمتها على ما قد عُلِمَ من احترامهم للشعائر على ما تَقَدَّم ذِكْرُه؛ هذا هو التعظيم الشرعي لهذه الليلة

 

Artinya: "Para ulama salaf, semoga Allah meridhai mereka, mengagungkan malam tersebut - maksudnya: Malam Nisfu Sya'ban - dan mereka mempersiapkan diri sebelum kedatangannya. Mereka tidak pernah menyambutnya tanpa persiapan, selalu siap untuk menyambutnya dengan penuh kehormatan, sebagaimana yang mereka ketahui tentang penghormatan mereka terhadap ritual tersebut, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Inilah pengagungan syar'i terhadap malam ini. [Muhammad Ibnu Hajj al-Maliki, al-Madkhal, [Kairo: Darul Turats, 2008], Jilid I, halaman 299].

 

Hukum Membaca Yasin Malam Nisfu Sya'ban

Ibnu Nujaim al-Mishri dalam kitab Bahr al-Ra'iq syarah Kanz ad- Daqaiq menjelaskan bahwa pada malam Nisfu Sya'ban dianjurkan untuk menghidupkan malam tersebut dengan membaca Al-Qur'an, doa, dan dzikir. Pasalnya, malam tersebut termasuk dalam 5 malam mulia yang dianjurkan untuk beribadah pada Allah. 

 

Ibnu Nujaim menyebutkan bahwa ada lima malam yang disunnahkan untuk meningkatkan amalan. Malam-malam tersebut antara lain adalah malam 10 terakhir bulan Ramadhan, dua malam Hari Raya (Idul Fitri dan Adha), malam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, dan malam Nisfu Sya'ban. Amalan yang dianjurkan pada malam-malam tersebut adalah beribadah, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, zikir, dan doa.

 

ومن المندوبات إحياء ليالي العشر من رمضان وليلتي العيدين وليالي عشر ذي الحجة وليلة النصف من شعبان كما وردت به الأحاديث وذكرها في الترغيب والترهيب مفصلة والمراد بإحياء الليل قيامه وظاهره الاستيعاب ويجوز أن يراد غالبه ويكره الاجتماع على إحياء ليلة من هذه الليالي في المساجد قال في الحاوي القدسي ولا يصلى تطوع بجماعة غير التراويح وما روي من الصلوات في الأوقات الشريفة كليلة القدر وليلة النصف من شعبان وليلتي العيد وعرفة والجمعة وغيرها تصلى فرادى انتهى 

 

Artinya: "Di antara amalan yang dianjurkan adalah menghidupkan malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan, dua malam Idul Fitri dan Idul Adha, malam-malam sepuluh pertama Dzulhijjah, dan malam Nisfu Sya'ban sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits dan disebutkan secara rinci dalam kitab "At-Targhib wa At-Tarhib". Yang dimaksud dengan menghidupkan malam adalah melakukan ibadah malam, dan secara lahiriah berarti menunaikan seluruhnya. Diperbolehkan juga untuk menunaikan sebagian besarnya. Diperbolehkan untuk berkumpul menghidupkan malam-malam tersebut di masjid.

 

Disebutkan dalam kitab "Al-Hawi Al-Qudsi": "Tidak disunnahkan shalat sunnah berjamaah selain shalat tarawih. Shalat-shalat yang diriwayatkan pada waktu-waktu istimewa seperti Lailatul Qadar, Nisfu Sya'ban, dua malam Idul Fitri dan Idul Adha, Arafah, dan Jumat, dikerjakan secara sendirian [munfarid]." (Ibnu Nujaim al-Mishri, Bahr al-Ra'iq syarah Kanz ad- Daqaiq, [Oman: Darul Kutub Al-Ismali,tt ], Jilid II, halaman 56.

 

Pendapat tentang anjuran untuk melakukan ibadah juga dijelaskan oleh Imam Syafi'i dalam kitab al-Umm, bahwa ada lima malam yang sangat baik untuk berdoa, salah satunya adalah malam Nisfu Sya'ban. Malam Nisfu Sya'ban merupakan malam pengampunan dan pembebasan dari neraka. Pada malam ini, Allah SWT mengabulkan doa hamba-Nya yang memohon kepada-Nya.

 

 قال الإمام الشافعي رحمه الله وبلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال ليلة الجمعة والعيدين وأول رجب ونصف شعبان قال الشافعي وأستحب كل ما حكيته في هذه الليالي والله أعلم  

 

Artinya:  "Imam Syafi'i rahimahullah berkata, "Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan pada lima malam: malam Jumat, dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), malam pertama bulan Rajab, dan malam pertengahan bulan Sya'ban."Imam Syafi'i berkata, "Aku anjurkan untuk melakukan semua yang aku ceritakan pada malam-malam ini. Dan Allah Maha Mengetahui." [Imam Syafi'i, al-Umm, [Kairo, Dar Ma'rifah: 1990], Jilid I, halaman 264.].

 

Adapun kebiasaan masyarakat Indonesia yang membaca surah Yasin setelah shalat Isya di malam nisfu Sya‘ban sebanyak 3 kali dengan niat agar diberikan keberkahan pada umur, harta, dan hajat-hajat lainnya hukumnya adalah diperbolehkan dalam syariat Islam. Pasalnya, surah Yasin termasuk surah yang ada dalam Al-Qur'an. Lebih dari itu, para ulama dan salafus salih, telah memberikan panduang bahwa di malam Nisfu Sya'ban seyogianya kaum muslimin menghidupakan malamnya dengan beribadah, serta memperbanyak dzikir dan berdoa pada Allah.  

 

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam kitab Madza fi Sya'ban halaman 119 menjelaskan bahwa kita boleh berdoa dan memohon hajat apapun selama amal baik kita dilandasi keikhlasan kepada Allah. Demikian juga diperbolehkan membaca surat Yasin atau lainnya sambil memohon keberkahan umur, jauh dari musibah, dan umur panjang, dalam Islam tidak masalah. Jadi, silakan membaca Quran, berdoa untuk keinginan, meminta pertolongan, dan memohon kesembuhan. Allah senang jika hamba-Nya bermunajat kepada-Nya, termasuk untuk hal-hal kecil.

 

لكن لا مانع أن يضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه وحاجاته الدينية والدنياوية، الحسية والمعنوية، الظاهرة والباطنة، ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن لله تعالى طالبا البركة في العمر، والبركة في المال، والبركة في الصحة فإنه لا حرج عليه، وقد سلك سبيل الخير (بسرط أن لا يعتقد مشروعية ذلك بخصوصه) فليقرأ يس ثلاثا، أو ثلاثين مرة، أو ثلاث مئة مرة، بل ليقرأ القرآن كله لله تعالى خالصا له مع طلب قضاء حوائجه وتحقيق مطالبه وتفريج همّه وكشف كربه، وشفاء مرضه وقضاء دينه، فما الحرج في ذلك...؟.. والله يحب من العبد أن يسأله كل شئ، حتى ملح الطعام وإصلاح شسع نعله

 

Artinya: "Namun, tidak ada salahnya jika manusia menambahkan pada amalannya dengan keikhlasan, permintaan dan kebutuhannya yang bersifat agamawi dan duniawi, jasmani dan rohani, lahir dan batin. Barang siapa yang membaca surat Yasin atau surat lainnya dari Al-Qur'an karena Allah SWT dengan tujuan memohon keberkahan dalam umur, harta, dan kesehatan, maka tidak ada larangan baginya. Ia telah menempuh jalan kebaikan (dengan syarat tidak meyakini bahwa hal itu khusus untuknya).

 

Maka, bacalah Yasin tiga kali, tiga puluh kali, atau tiga ratus kali. Bahkan, bacalah seluruh Al-Qur'an karena Allah SWT dengan ikhlas semata-mata sambil memohon agar kebutuhannya terpenuhi, permintaannya terkabul, kesusahannya dihilangkan, kesedihannya terurai, penyakitnya disembuhkan, dan hutangnya terbayar. Apa salahnya dengan itu...? Allah SWT menyukai hamba-Nya yang meminta kepada-Nya segala sesuatu, bahkan garam untuk makanan dan perbaikan tali sepatunya." [(Sayyid Alawi al-Maliki, Madza fi Sya'ban, [Surabaya: Ash-Shofwah Al-Malikiyyah, tt], halaman 119]

 

Dengan demikian, membaca surah Yasin selepas isya pada malam nisfu Sya'ban merupakan salah satu amalan yang diperbolehkan dalam Islam. Amalan ini dilakukan oleh sebagian umat Muslim sebagai bentuk ibadah dan penghormatan terhadap malam yang istimewa ini. 

 

Namun, penting untuk diingat bahwa melakukan amalan tersebut haruslah dilandaskan pada niat yang tulus dan ikhlas semata-mata untuk mencari ridha Allah. Ikhlas dalam beribadah adalah kunci utama yang membuat amalan kita diterima di sisi-Nya, sehingga penting untuk menjaga kesucian niat dalam setiap ibadah yang dilakukan.

 

Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat, Tangerang Selatang.