Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
NU Online ยท Jumat, 15 November 2024 | 08:00 WIB
Moh Soleh Shofier
Kolomnis
Shalat Jumat merupakan ibadah wajib, dan khutbah menjadi bagian integral dalam pelaksanaannya. Khutbah Jumat terdiri dari dua bagianย yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua. Masing-masing memiliki rukun tertentu, termasuk pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, bagaimana hukum dan kesahihan khutbah Jumat jika khatib tidak membaca shalawat pada khutbah kedua?
ย
ย
Status Hukum Khutbah Kedua Menurut Ulama
ย
ย
Ulama berbeda pendapat terkait status hukum khutbah kedua. Syafiโiyah dan Hanbali mewajibkan dua khutbah. Sementara yang lain tidak mewajibkan, sehingga melakukan satu khutbah sudah mencukupinya. Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mugni menuliskan:
ูุฌูู
ูููุชูู ุฃูููู ููุดูุชูุฑูุทู ููููุฌูู
ูุนูุฉู ุฎูุทูุจูุชุงูู. ููุฐุง ู
ุฐูุจู ุงูุดููุงููุนูููู. ููุงู ู
ุงููููุ ูุงูุฃููุฒุงุนููููุ ูุฅุณุญุงููุ ูุฃุจู ุซูููุฑูุ ูุงุจูู ุงูู
ูููุฐูุฑูุ ูุฃุตูุญูุงุจู ุงูุฑููุฃููู: ููุฌูุฒุฆููู ุฎูุทูุจูุฉู ููุงุญูุฏูุฉู. ููุฏ ุฑููููู ุนู ุฃุญู
ุฏู ู
ุง ููุฏูููู ุนูููุ ูุฅูููู ูุงู: ูุง ุชูููู ุงูุฎูุทูุจูุฉู ุฅูููุง ูู
ุง ุฎูุทูุจู ุงููููุจูููู -ุตูู ุงููููู ุนููู ูุณูู
-ุ ุฃู ุฎูุทูุจูุฉู ุชูุงู
ููุฉู.ย
Artinya: โDan secara keseluruhan, disyaratkan untuk shalat Jumat dua khutbah. Ini adalah pendapat dari mazhab Syafi'i. Sementara itu, Malik, al-Awza'i, Ishaq, Abu Tsaur, Ibn al-Mundhir, dan para pengikut mazhab Hanafi berpendapat bahwa satu khutbah sudah cukup. Diriwayatkan juga dari Imam Ahmad yang menunjukkan hal ini, karena beliau berkata: "Khutbah itu tidak boleh selain seperti khutbah yang dilakukan oleh Nabi SAW," atau "khutbah yang sempurnaโ. (Dar al-Alam al-Kutub Riyadh - Arab Saudi, cet: 3 tahun 1997, juz 3 hal. 173).
ย
ย
Dalam hukum Islam, masing-masing ulama dari empat mazhab memiliki pandangan yang berbeda tentang pembacaan shalawat dalam khutbah Jumat. Hal ini yang berkonsekuensi terhadap keabsahan khutbah ketika khatib tidak membaca shalawat.
ย
ย
Mazhab Hanafi
ย
ย
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa shalawat bukanlah rukun khutbah, melainkan sunnah sebagai penyempurna. Jika khatib tidak membaca shalawat, khutbah tetap sah. Karena yang paling pokok dalam khutbah adalah zikir atau mengingat Allah. Dalam kitab Al-Binayah Syarh Al-Hidayah, Badruddin Al-'Aini, menyebutkan:
ย ููุฅููู ุงููุชูุตูุฑู ุนูููู ุฐูููุฑู ุงูููู ุฌูุงุฒู ุนูููุฏู ุฃูุจูู ุญููููููุฉู - ุฑูุญูู
ููู ุงูููู - ุด: ุฅูุทูููุงูู ููููุงู
ููู ููููุชูุถูู ุฃููู ููุฌููุฒู ุจูู
ูุฌูุฑููุฏู ูููููู ุงูููู ู
ููู ุบูููุฑู ุฃููู ููููุฑููู ุจููู ุดูููุฆูุง ููุงููุญูู
ูุฏู ููุณูุจูุญูุงูู ุงููููุ ููุฃูููููู ุฐูููุฑู ุงููููุ ููููููููู ุงูุฑููููุงููุฉู ููู "ุงูู
ูุจูุณููุทู" ููุบูููุฑููู ุฃูููููู ุฅูุฐูุง ุฎูุทูุจู ุจูุชูุณูุจููุญูุฉู ููุงุญูุฏูุฉู ุฃููู ุจูุชูููููููู ุฃููู ุจูุชูุญูู
ููุฏู ุฃูุฌูุฒูุฃููู ููู ูููููููู
ย
Baca Juga
Membaca Shalawat untuk Nabi
Artinya: โJika khatib hanya menyebut nama Allah (ุฐูููุฑู ุงูููู) dalam khutbahnya, hal itu dianggap cukup menurut Imam Abu Hanifah - semoga Allah merahmatinya. Pernyataan ini secara umum menunjukkan bahwa cukup hanya dengan mengucapkan โAllahโ tanpa harus menyertakan kalimat lainnya seperti โAlhamdulillahโ atau โSubhanallahโ, karena itu sudah termasuk zikir kepada Allah. Namun, menurut riwayat dalam kitab Al-Mabsuth dan lainnya, apabila khatib berkhutbah hanya dengan satu kali tasbih (โSubhanallahโ), atau tahlil (โLa ilaha illallahโ), atau tahmid (โAlhamdulillahโ), maka itu sudah dianggap cukup dalam pandangannya (Imam Abu Hanifah).โ (Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyah - Beirut, Lebanon cet: 1 tahun 2000 M], juz 3 hal. 58)
ย
Hal yang serupa disampaikan juga oleh Ala' al-Din Abu Bakr bin Mas'ud al-Kasani al-Hanafi dalam kitab Bada'i' al-Sana'i' terkait dengan kesunahan membaca shalawat pada Nabi dalam khutbah sebagai berikut:ย
ย
ุนููู ุฃูุจูู ุญููููููุฉู ุฃูููููู ููุงูู: ููููุจูุบูู ุฃููู ููุฎูุทูุจู ุฎูุทูุจูุฉู ุฎููููููุฉู ููููุชูุชูุญู ูููููุง ุจูุญูู
ูุฏู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ููููุซูููู ุนููููููู ููููุชูุดููููุฏู ููููุตููููู ุนูููู ุงููููุจูููู ๏ทบ ููููุนูุธู ููููุฐููููุฑู ููููููุฑูุฃู ุณููุฑูุฉู ุซูู
ูู ููุฌูููุณู ุฌูููุณูุฉู ุฎููููููุฉูุ ุซูู
ูู ูููููู
ู ููููุฎูุทูุจู ุฎูุทูุจูุฉู ุฃูุฎูุฑูู ููุญูู
ูุฏู ุงููููู ุชูุนูุงููู ููููุซูููู ุนููููููู ููููุตููููู ุนูููู ุงููููุจููู ๏ทบ ููููุฏูุนูู ููููู
ูุคูู
ูููููู ููุงููู
ูุคูู
ูููุงุชูย
ย
Artinya: โDari Abu Hanifah. Beliau berkata: โSeyogianya khatib menyampaikan khutbah yang ringkas, di mana ia membuka dengan memuji Allah Ta'ala, mengagungkan-Nya, mengucapkan syahadat, membaca shalawat atas Nabi menyampaikan nasihat dan pengingat, lalu membaca satu surah. Setelah itu, ia duduk sebentar, kemudian berdiri lagi untuk menyampaikan khutbah kedua dengan kembali memuji Allah Ta'ala, mengagungkan-Nya, membaca shalawat atas Nabi dan mendoakan kaum mukminin dan mukminat.โ (Dar al-Kutub al-โIlmiyyah โ Bairut cet: 1 2006, juz 1 hal. 236).
ย
Argumentasi dari Hanafiyah yaitu ayat Al-Qurโan dan juga praktiknya Sayyidina Utsman yang dianggap konsensus.
ย
{ููุงุณูุนูููุง ุฅูููููฐ ุฐูููุฑู ุงูููููู} [ุงูุฌู ุนุฉ: 9]
Artinya: โMaka bersegeralah kalian menuju zikir (mengingat) Allahโฆโ(QS. Al-Jumu'ah: 9)
ย
Menurut kalangan Hanafiyah, lafal "dzikir Allahโ yang terdapat dalam ayat ini bermakna khutbah dan statusย lafalnya mutlak sehingga diberlakukan kemutlakannya. Yaitu khutbah tanpa membedakan antara sedikit atau banyak. Selain itu juga ada riwayat bahwa ketika Utsman naik mimbar pada Jumat pertama yang dia pimpin, beliau berkata: "Alhamdulillah," kemudian beliau terdiam (yaitu, terhenti berbicara), lalu turun dan shalat. Kejadian ini disaksikan oleh para ulama sahabat, namun tidak ada yang mengingkari perbuatannya. Hal ini menunjukkan bahwa cukup dengan mengatakan kalimat tersebut. (Juz 1 hal. 238).
ย
ย
Mazhab Maliki
ย
ย
Menurut Mazhab Maliki, ada dua riwayat terkait dengan shalawat dalam khutbah. Namun yang masyhur yaitu shalawat adalah sunnah yang sangat dianjurkan dalam khutbah. Karena rangkaian dalam khutbah adalah perkataan apapun yang oleh orang Arab dianggap khutbah sebagaimana riwayat dari Ibnu al-Qasim. Oleh karena itu, khutbah tetap sah meskipun tidak disertai shalawat.ย
ย
ููุงูู ุงุจููู ุงููููุงุณูู
ู: ููุฃูููููููู ู
ูุง ููุณูู
ููู ุฎูุทูุจูุฉู ุนูููุฏู ุงููุนูุฑูุจูุ ููููููู: [ุฃูููููููู] ุญูู
ูุฏู ุงูููููู ููุงูุตูููุงุฉู ุนูููู ู
ูุญูู
ููุฏู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ุชูุณููููู
ุงู ููุชูุญูุฐููุฑู ููุชูุจูุดููุฑู ููููุฑูุขูู
ย
Artinya: โIbnu al-Qasim mengatakan, minimal khutbah adalah yang bisa dianggap sebagai khutbah oleh masyarakat Arab. Ada juga pendapat yang mengatakan, minimalnya adalah pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, peringatan, kabar gembira, dan pembacaan ayat Al-Qurโan.โ (Jamaluddin Ibn al-Hajib al-Kurdi al-Maliki, Jami' al-Ummihat, [Al-Yamamah, cet: 2, tahun 2000] hal. 123).
ย
ูุงุฎุชูู ูู ุฃูู ุงูุฎุทุจุฉ ุนูู ููููู: ููุงู ุงุจู ุงููุงุณู
ุฃูู ุฐูู ู
ุง ูุณู
ู ุฎุทุจุฉ ุนูุฏ ุงูุนุฑุจุ ูููู ุฃููู ุญู
ุฏ ุงููู ูุงูุตูุงุฉ ุนูู ูุจูู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุชุญุฐูุฑ ูุชุจุดูุฑ ููุฑุขู ูุงูู ุงุจู ุงูุนุฑุจูย
ย
Artinya: โPara ulama berbeda pendapat mengenai batas minimal khutbah dalam dua pendapat. Ibn al-Qasim berkata bahwa batas minimalnya adalah sesuatu yang dianggap sebagai khutbah oleh orang-orang Arab. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa minimalnya adalah pujian kepada Allah, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, peringatan, kabar gembira, dan pembacaan Al-Qurโan. Pendapat ini disampaikan oleh Ibn al-โArabi," (Qasim bin Isa bin Naji al-Tunukhi al-Qayrawani, Sharh Ibn Naji al-Tunukhi โala Matn al-Risalah, [Dar al-Kutub al-โIlmiyyah, Beirut - Lebanon, cet: 1 2007], juz 1 hal: 229).
ย
ย
Mazhab Syafiโi
ย
ย
Menurut Mazhab Syafiโi, membaca shalawat dalam khutbah adalah rukun yang wajib dipenuhi dalam dua khutbah, baik pertama maupun kedua. Jika khatib tidak membaca shalawat, maka khutbah dianggap tidak sah. Imam Nawawi dalam kitab Minhฤj al-Thฤlibฤซn menyatakan:
ย
ููุฃูุฑูููุงููููู ูุง ุฎูู ูุณูุฉู: ุญูู ูุฏู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ููุงูุตูููุงูุฉู ุนูููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููููุธูููู ูุง ู ูุชูุนูููููู ููุงููููุตููููุฉู ุจูุงูุชููููููู ููููุง ููุชูุนูููููู ููููุธูููุง ุนูููู ุงูุตููุญููุญู ููููุฐููู ุงูุซูููุงูุซูุฉู ุฃูุฑูููุงูู ููู ุงููุฎูุทูุจูุชููููู ููุงูุฑููุงุจูุนู: ููุฑูุงุกูุฉู ุขููุฉู ููู ุฅูุญูุฏูุงููู ูุง ููุงููุฎูุงู ูุณู: ู ูุง ููููุนู ุนููููููู ุงุณูู ู ุฏูุนูุงุกู ููููู ูุคูู ูููููู ููู ุงูุซููุงููููุฉูย
ย
Artinya: โAdapun khutbah Jumat, terdapat dua khutbah sebelum shalat, dan rukun-rukun khutbah ada lima: pertama, memuji Allah; kedua, bershalawat kepada Rasulullah SAW; ketiga, nasihat tentang takwa; keempat, membaca ayat al-Qur'an dalam salah satu khutbah; kelima, doa untuk kaum Muslimin pada khutbah kedua,"ย (Dar al-Fikr, ย cet: 1 tahun: 2005 M], halaman: 48)
ย
Argumentasi yang diajukan sebagai landasan keharusan membaca shalawat dalam khutbah yaitu adalah analogi kepada azan dan shalat. Di mana setiap kali Allah disebut, maka Nabi Muhammad juga disebutkan. Selain itu, hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah. (Muhammad Khatib as-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, [Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah - Bairut, cet: 1, 1997], juz. 1 hal. 550).
ย
ย ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู - ุฑูุถููู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ุนููููู - ยซุฃูููู ุงููููุจูููู - ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู - ููุงูู: ููุงูู ุงูููููู ุชูุนูุงููู: ููุฌูุนูููุชู ุฃูู ููุชููู ููุง ุชูุฌููุฒู ุนูููููููู ู ุฎูุทูุจูุฉู ุญูุชููู ููุดูููุฏููุง ุฃููููู ุนูุจูุฏูู ููุฑูุณูููููยป.
Artinya: โDari Abu Hurairah - semoga Allah meridhainya - bahwa Nabi SAW bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: 'Aku menjadikan umatmu tidak akan diterima khutbah mereka hingga mereka bersaksi bahwa engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku.โ (HR. Al-Baihaqi).
ย
ย
Mazhab Hanbali
ย
ย
Dalam Mazhab Hanbali, pembacaan shalawat juga merupakan rukun khutbah. Khatib wajib membaca shalawat pada khutbah pertama dan kedua. Jka shalawat tidak dibaca maka khutbah tidak sah. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni menyatakan:
ย
ย ูููุดูุชูุฑูุทู ููููููู ููุงุญูุฏูุฉู ู
ููู
ุง ุญูู
ูุฏู ุงูููู ุชุนุงููุ ูุงูุตููููุงุฉู ุนูู ุฑุณูููู -ุตูู ุงููููู ุนููู ูุณูู
-ุ
ย
Artinya: โDiperlukan dalam setiap khutbah untuk memulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat atas Rasulullah SAW," (Dar al-Alam al-Kutub Riyadh - Arab Saudi, cet: 3 tahun 1997, juz 3 hal. 173).
ย
Argumentasi dari kalangan Hanabilah yang mengategorikan shalawat sebagai rukun khutbah yaitu, pertama, berdasar hadits Nabi dalam penafsiran (QS. Asy-Syarh: 1-4) yang bersabda, โAku (Allah) tidak disebutkan kecuali Engkau (Nabu Muhammad) disebutkan bersama-Kuโ. Kedua, analogi di mana dianalogikan pada tasyahud dan azan.(Dar al-Alam al-Kutub Riyadh - Arab Saudi, cet: 3 tahun 1997, juz 3 hal. 173).
ย
ย
Dari paparan ini, maka terkait dengan kasus khatib tidak membaca shalawat pada khutbah kedua, bisa dipetakan sebagai berikut:
ย
- Menurut Mazhab Syafiโi dan Hanbali, khutbah kedua tanpa shalawat dianggap tidak sah, yang berdampak pada ketidakabsahan khutbah secara keseluruhan serta ketidakabsahan shalat Jumat.
- Menurut Mazhab Maliki dan Hanafi, khutbah kedua tetap sah meskipun tanpa shalawat, namun sebaiknya tetap dibaca untuk kesempurnaan khutbah.
ย
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas mengikuti Mazhab Syafiโi, bila khatib lupa membaca shalawat dalam khutbah, lalu ingat ketika masih di mimbar atau sudah turun tapi belum lama waktunya maka hendak langsung membaca shalawat tersebut. Menimbang tidak ada tertib dalam rukun-rukun khutbah sebagaimana Imam Nawawi menukil dari pendapat Imam al-Mawardi.
ย
ย
Moh Soleh Shofier, Pegiat Literasi Pesantren dan Alumnus Maโhad Aly Situbondo
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua