Syariah

Maulid Nabi menurut Imam Ibnul Haj al-Fasi

Rab, 11 Oktober 2023 | 22:00 WIB

Maulid Nabi menurut Imam Ibnul Haj al-Fasi

Foto ilustrasi (NU Online/Freepik)

Salah satu nikmat dan karunia paling agung bagi umat Islam adalah lahirnya manusia terbaik sepanjang zaman, yaitu Nabi Muhammad saw. Kelahirannya menjadi rahmat bagi alam semesta dan pembawa perubahan bagi peradaban manusia. Keadaan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan menjadi kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan kemanusiaan.


Tepat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal Rasulullah saw lahir ke dunia. Semua makhluk Allah yang ada di dunia turut berbahagia dan senang atas kelahiran tersebut. Banyak peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi menjelang hari kelahirannya, salah satunya adalah padamnya api sesembahan orang Majusi yang sudah menyala selama ribuan tahun.


Singgasana Raja Persia yang berdiri mewah tiba-tiba berguncang. Kerajaan yang sering bertindak zalim itu hancur, bahkan ada sebanyak 14 bangunan istana yang roboh. Tidak hanya itu, tanah Makkah yang semula kering-kerontang dan gersang menjadi subur dan makmur. Makkah diguyur hujan lebat, tumbuhannya menghijau dan pepohonannya menjadi rimbun. Burung-burung, ikan, dan semua hewan melata serta pepohonan yang ada di bumi ikut bangga atas kelahiran manusia terbaik itu.


Dari beberapa kejadian luar biasa menjelang kelahiran Nabi Muhammad tersebut, maka sudah seharusnya umat Islam bangga dan bergembira atas kelahirannya. Merayakannya dengan penuh bahagia dan gembira merupakan perintah dari Al-Qur’an sebagai bentuk syukur kepada Allah swt, sebagaimana ditegaskan dalam surat Yunus Allah berfirman:


قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ


Artinya, “Katakanlah (Muhamad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus [10]: 58).


Pada ayat di atas, Allah swt memerintahkan semua umat Islam untuk berbahagia atas adanya rahmat dan karunia dari-Nya, sedangkan Nabi Muhammad merupakan nikmat paling agung dan paling akbar yang pernah ada, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107, yang artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”


Berkaitan dengan berbahagia atas kelahiran Nabi Muhammad, Imam Ibnul Haj al-Maliki al-Fasi (wafat 737 H) dalam kitabnya mengatakan, bahwa sudah seharusnya bagi semua umat Islam di setiap tanggal 12 Rabiul Awal menambah semua kebaikan dan ibadahnya sebagai bentuk syukur kepada Allah atas lahirnya nikmat agung, yaitu lahirnya Nabi Muhammad:


قَالَ ابْنُ الْحَاجِ الْفَاسِي: فَكَانَ يَجِبُ أَنْ نَزْدَادَ يَوْمَ الْاِثْنَيْنِ الثَّانِي عَشَرَ فِي رَبِيْعِ الْأَوَّلِ مِنَ الْعِبَادَاتِ وَالْخَيْرِ شُكْرًا لِلْمَوْلىَ عَلىَ مَا أَوْلاَنَا مِنْ هَذِهِ النِّعَمِ الْعَظِيْمَةِ وَأَعْظَمُهَا مِيْلاَدُ الْمُصْطَفىَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Artinya: “Telah berkata Imam Ibnul Haj al-Fasi: Maka sudah menjadi keharusan pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal untuk menambah ibadah dan kebaikan, sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia-Nya kepada kita semua yang sangat agung, dan paling agungnya nikmat adalah lahirnya Nabi Muhammad saw.” (Syekh Yusuf Khatar, al-Mausu’ah Yusufiyah fi Bayani Adillatis Shufiyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 195).


Adapun cara mengagungkan Nabi Muhamad adalah dengan bergembira di malam kelahirannya, serta mengerjakan semua kebaikan-kebaikan yang bernilai memuliakan nabi, misalnya dengan membaca shalawat, menceritakan kisah-kisah perjalanan dan teladan hidup nabi dan yang lainnya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam as-Siddiqi, mengutip pendapat Imam Ibnul Haj al-Fasi, dalam kitabnya disebutkan:


وَقَالَ أَيْضًا: وَمِنْ تَعْظِيْمِهِ الْفَرْحُ بِلَيْلَةِ وِلاَدَتِهِ وَقِرَاءَةُ الْمَوْلِدِ وَالْقِيَامُ عِنْدَ ذِكْرِ وِلاَدَتِهِ وَاِطْعَامُ الطَّعَامِ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِمَّا يَعْتَادُ النَّاسُ فِعْلَهُ مِنْ أَنْوَاعِ الْبِرِّ، فَاِنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ مِنْ تَعْظِيْمِهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Artinya: “Berkata juga (Ibnul Haj al-Fasi): Termasuk dari mengagungkan nabi adalah bahagia di malam hari kelahirannya, membaca sirah nabawiyah, berdiri ketika diceritakan hari kelahirannya, memberikan jamuan makanan dan yang lainnya, dari setiap sesuatu yang biasa manusia lakukan dari macam-macam kebaikan, karena semua itu termasuk dari mengagungkan Nabi Muhammad saw.” (Imam as-Siddiqi, al-Qaulut Tamam fi Syarh Mulakhkhishil Imam, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 49).


Dari beberapa penjelasan Imam Ibnul Haj al-Fasi ini, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya bagi umat Islam di setiap hari kelahiran Nabi Muhammad menambah segala kebaikan dan ibadah sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia agung-Nya berupa lahirnya nabi. Salah satu caranya adalah dengan merayakan maulid nabi.


Dalam perayaan maulid tidak hanya sebatas ibadah dan melakukan kebaikan saja, lebih dari itu juga mengenalkan sosok Nabi Muhammad. Sosok yang semua perilaku kehidupannya penuh dengan teladan, dan orang-orang yang meneladaninya akan selamat di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.