Tafsir

Surat Al-Muzzammil: Petunjuk untuk Nabi Muhammad SAW di Awal Dakwah dan Peringatan Keras kepada Orang-orang yang Ingkar

NU Online  ·  Rabu, 30 April 2025 | 14:00 WIB

Surat Al-Muzzammil: Petunjuk untuk Nabi Muhammad SAW di Awal Dakwah dan Peringatan Keras kepada Orang-orang yang Ingkar

Ilustrasi Al-Qur'an. Sumber: Canva/NU Online.

Surat al-Muzzammil adalah surat ke-73 dalam Al-Qur’an. Surat ini tergolong surat Makiyyah dengan 20 ayat, 285 kata, dan 838 huruf, yang secara garis besar membahas tentang petunjuk Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di permulaan dakwah beliau serta peringatan keras kepada orang-orang kafir dan ancaman kepada mereka.

 

Surat ini dinamakan Al-Muzzammil, yang berarti "orang yang berselimut", merujuk pada Nabi Muhammad SAW pada awal turunnya wahyu. Nama ini juga diambil dari perintah Allah SWT di awal surat agar Nabi bangkit dari berselimut pada malam hari untuk menyampaikan risalah-Nya.


Surat Al-Muzzammil dan Artinya

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ ۝١ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ ۝٢ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ ۝٣ اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ ۝٤ اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا ۝٥ اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ ۝٦ وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ ۝٨ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا ۝٩ وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا ۝١٠ وَذَرْنِيْ وَالْمُكَذِّبِيْنَ اُولِى النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيْلًا ۝١١ اِنَّ لَدَيْنَآ اَنْكَالًا وَّجَحِيْمًاۙ ۝١٢ وَّطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَّعَذَابًا اَلِيْمًا ۝١٣ يَوْمَ تَرْجُفُ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا ۝١٤ اِنَّآ اَرْسَلْنَآ اِلَيْكُمْ رَسُوْلًا ەۙ شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَآ اَرْسَلْنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًاۗ ۝١٥ فَعَصٰى فِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ فَاَخَذْنٰهُ اَخْذًا وَّبِيْلًاۚ ۝١٦ فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ اِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَّجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًاۖ ۝١٧  ࣙالسَّمَاۤءُ مُنْفَطِرٌۢ بِهٖۗ كَانَ وَعْدُهٗ مَفْعُوْلًا ۝١٨ اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًاࣖ ۝١٩۞ اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِۙ وَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۖ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِۙ هُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌࣖ ۝٢٠


Artinya: “(1) Wahai orang yang berkelumun (Nabi Muhammad), (2) bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (3) (yaitu) seperduanya, kurang sedikit dari itu, (4) atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (5) Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. (6) Sesungguhnya bangun malam itu lebih kuat (pengaruhnya terhadap jiwa) dan lebih mantap ucapannya. (7) Sesungguhnya pada siang hari engkau memiliki kesibukan yang panjang. (8) Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati. (9) (Allah) adalah Tuhan timur dan barat. Tidak ada tuhan selain Dia. Maka, jadikanlah Dia sebagai pelindung. (10) Bersabarlah (Nabi Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik. (11) Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap para pendusta yang memiliki segala kenikmatan hidup dan berilah mereka penangguhan sementara. (12) Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat), (neraka) Jahim, (13) makanan yang menyumbat kerongkongan, dan azab yang pedih. (14) (Ingatlah) pada hari (ketika) bumi dan gunung-gunung berguncang keras dan gunung-gunung itu menjadi seperti onggokan pasir yang tercurah. (15) Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul (Nabi Muhammad) kepadamu sebagai saksi atasmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang rasul kepada Fir’aun. (16) Namun, Fir’aun mendurhakai rasul itu sehingga Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. (17) Lalu, bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu (dari azab) hari yang menjadikan anak-anak beruban jika kamu tetap kufur? (18) Langit terbelah padanya (hari itu). Janji-Nya pasti terlaksana. (19) Sesungguhnya ini adalah peringatan. Siapa yang berkehendak niscaya mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya. (20) Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Nabi Muhammad) berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menghitungnya (secara terperinci waktu-waktu tersebut sehingga menyulitkanmu dalam melaksanakan salat malam). Maka, Dia kembali (memberi keringanan) kepadamu. Oleh karena itu, bacalah (ayat) Al-Qur’an yang mudah (bagimu). Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah serta yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) darinya (Al-Qur’an). Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil: 1-20)


Korelasi Surat Al-Muzzammil dengan Surat Sebelumnya

Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya mengatakan, terdapat dua sisi korelasi (munasabah) antara Surat Al-Muzzammil ini dengan surat sebelumnya, yaitu surat Al-Jin:


Pertama, surat al-Jin diakhiri dengan penjelasan mengenai penyampaian para rasul akan risalah Tuhan mereka. Sedangkan surat al-Muzzammil ini dimulai dengan perintah kepada penutup para rasul agar tabligh (menyampaikan risalah) dan indzaar (mengingatkan umat) serta tidak bersantai-santai di malam hari.

 

Kedua, Allah SWT mengabarkan dalam surat sebelumnya mengenai tanggapan akan dakwah Nabi Muhammad SAW di antara kaumnya dan para jin, dalam firman-Nya,

 

وَّاَنَّهٗ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللّٰهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًاۗࣖ ۝١٩

 

Artinya: “Sesungguhnya ketika hamba Allah (Nabi Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya.” (QS. Al-Jin: 19)


Dan firman-Nya, 

 

وَّاَنَّ الْمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًاۖ ۝١٨

 

Artinya: “Sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah. Maka, janganlah menyembah apa pun bersamaan dengan (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin: 18)


Kemudian Allah memerintahkan di awal surat Al-Muzzammil ini dengan berdakwah dalam firman-Nya,

 

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ ۝١ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ ۝٢

 

Artinya: “(1) Wahai orang yang berkelumun (Nabi Muhammad), (2) bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,” (QS. Al-Muzzammil: 1-2) (Syekh Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991], Jilid XXIX, hlm. 187).

 

Kandungan Pokok Surat Al-Muzzammil

Mengacu pada penjelasan Syekh Wahbah az-Zuhaili (hlm. 187–188), surat ini mencakup petunjuk- petunjuk Ilahi yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjalanannya di tengah penyampaian dakwah, mengancam orang-orang musyrik yang berpaling dan tidak mau menerima dakwah itu. 

 

Surat ini dimulai dengan perintah kepada Nabi Muhammad SAW agar shalat di malam hari walaupun hanya sedikit saja dan membaca Al-Qur'an dengan perlahan-lahan untuk menguatkan jiwanya (Ayat 1-4).

 

Hal tersebut adalah sebagai penjelasan mengenai ukuran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam tahajjudnya yang diperintahkan Allah kepadanya dalam firman-Nya,

 

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا

 

Artinya: “Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’: 79).

 

Kemudian, ayat ini menjelaskan tentang beratnya wahyu dan tanggung jawab risalah yang besar di mana Allah membebaninya dan memerintahkan beliau agar dzikir kepada Tuhannya di malam dan siang hari, menyatakan keesaan-Nya serta menjadikannya sebagai wakil dalam semua urusannya (Ayat 5-9).

 

Hal itu dilanjutkan dengan perintah untuk bersabar atas gangguan orang-orang musyrik, yakni ucapan mereka mengenai Nabi bahwa beliau adalah penyihir atau penyair atau mengenai Tuhannya bahwa Dia mempunyai istri dan anak. Selain itu, juga perintah agar meninggalkan mereka dengan baik sampai dia bisa menang atas mereka serta ancaman kepada mereka akan akibat yang buruk (Ayat 10-19).

 

Surat ini diakhiri dengan pernyataan keringanan shalat malam hari dari diri rasul hingga sekitar sepertiga. Allah menjadikannya batas minimal karena sayang kepada beliau dan kepada umatnya supaya beliau SAW dan para sahabatnya bisa beristirahat dan total di siang hari untuk urusan dakwah dan tabligh. Cukup dengan membaca apa yang mudah dari Al-Qur'an, mengerjakan shalat fardhu, membayar zakat, dan selalu beristighfar (Ayat 20).

 

Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat Al-Muzzammil

​​​​​​​Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat Al-Muzzammil ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Anjuran Shalat Tahajud

Firman Allah ini secara lahir menunjukkan hanya kepada Nabi Muhammad SAW dan ini adalah perintah Allah kepada Nabi untuk shalat malam. Penyebutan Nabi dengan sifat orang yang berselimut menunjukkan bahwa tahajud adalah fardhu dan khusus baginya. Ini adalah pendapat sebagian besar ulama, sebab sunnah dan anjuran tidak terjadi pada sebagian malam saja dan shalat di malam hari tidak khusus baginya pada suatu waktu tertentu saja.

 

Sebagian mengatakan bahwa tahajud hukumnya fardhu kepada Nabi dan umatnya, kemud​​​​​​​ian dihapus dengan shalat lima waktu pada saat malam mi'raj. Adapun pendapat yang kuat adalah bahwa tahajud dinasakh dari umat Islam saja, kewajibannya tetap pada Nabi Muhammad SAW dengan dalil yang terdapat dalam surah al-lsra’.

 

2. Kewajiban membaca Al-Qur'an secara tartil (perlahan-lahan)

Tidak ada perbedaan pendapat bahwa Nabi Muhammad membaca Al-Qur'an dengan tartil, perlahan-lahan, menjelaskan huruf-hurufnya, membaguskan makhraj-makhraj dan menampakkan potongan-potongan ayat dengan merenungkan makna-maknanya. Tartil sendiri adalah membuat serasi, teratur, dan bagus susunannya.

 

3. Beratnya Al-Qur'an dan Wahyu 

Al-Qur'an sangatlah berat, sebab, beban-beban kewajiban pada diri manusia yang dikandungnya, fardhu-fardhu, dan batasan-batasan yang sulit bagi manusia. Wahyu juga mempunyai pengaruh yang besar pada hati dan jiwa.

 

4. Bangun malam

Sesungguhnya waktu-waktu malam, saat-saat malam hari atau ibadah yang muncul di malam hari atau jiwa yang muncul di malam hari yang bangkit dari tempat tidurnya untuk beribadah adalah lebih tepat. Artinya, lebih sesuai antara yang rahasia dan yang nyata, hati dan lisan. Lebih tepat untuk khusyu dan ikhlas. 

 

Ucapan menjadi lebih tepat dan bacaan terasa lebih mantap karena ketenangan malam hari. Jiwa pun lebih tenang dari kegaduhan dan kepenatan. Malam juga jauh dari riya, kesombongan, atau keinginan agar orang lain melihat ketaatan dan ibadah kita. Pada waktu ini, seseorang lebih mudah untuk istiqamah dan senantiasa berada dalam kebenaran. Di malam hari, suara-suara menjadi hening dan suasana dunia terasa damai. Dengan demikian, orang yang salat tidak akan terganggu oleh apa pun, dan lebih khusyuk dalam bacaannya.

 

5. Dzikir kepada Allah dan ketekunan di dalamnya 

Orang Mukmin diperintahkan untuk memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah) dan mengingat nama-nama-Nya yang indah, melanggengkan tasbih, tahmid, tahlil dan membaca Al-Qur'an, tanpa ada gangguan di malam dan siang hari. Dia juga dituntut untuk menjadikan semua keinginannya demi mendapatkan ridha Tuhannya, melepaskan dirinya dari ketergantungan dengan selain Allah, tenggelam dalam pengawasan-Nya di semua amal perbuatan. 

 

Amal yang paling utama ketika shalat malam adalah dzikir (menyebut) nama Tuhan, tekun dalam berdzikir dan total kepada Allah. Yang dikehendaki bukanlah memutuskan diri dari pekerjaan-pekerjaan pada siang hari karena hanya tekun berdzikir dan beribadah, namun justru yang dikehendaki adalah peringatan bahwa, sebaiknya urusan pekerjaan di siang hari tidak menyibukkannya dari dzikrullah.

 

6. Mengesakan Allah dalam bertawakal kepada-Nya 

Sebagaimana orang Mukmin dituntut untuk mengesakan Allah dalam beribadah, dia dituntut pula untuk mengesakan Allah dengan bertawakal kepada-Nya. Barangsiapa yang mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan timur dan barat, maka dia akan memusatkan diri secara total dengan perbuatan dan harapan kepada-Nya serta menyerahkan semua urusan kepada-Nya. Dialah yang bertanggung jawab terhadap urusan-urusan hamba dan menjamin semua yang dijanjikan.

 

7. Sabar atas segala gangguan dalam misi dakwah 

Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya agar bersabar -demi berdakwah- atas gangguan, cacian dan ejekan orang-orang bodoh dari kaumnya yang mendustakannya. Hendaklah beliau SAW tidak menghadapi mereka dan tidak mencela mereka, tetapi memahami mereka.

 

8. Ancaman Allah kepada para musuh Nabi Muhammad SAW

​​​​​​​Allah mengancam para pembesar Quraisy dan orang-orang yang mengejek Nabi, yang bermegah-megah, orang-orang yang sombong mendustakan ayat-ayat Allah, mengufuri risalah Nabi-Nya dengan mengancam mereka dengan adzab yang paling dahsyat di dunia dan akhirat. Adapun di dunia, para pemimpin Mekah dihukum dengan kekalahan pada Perang Badar. Sementara di akhirat, api neraka jahannam akan menanti mereka.

 

9. Qiyas dapat dijadikan sebagai hujjah

Ayat إِنّا أَرْسَلْنا إِلَيْكُمْ رَسُولًا menunjukkan bahwa qiyas bisa dijadikan sebagai hujjah. Sebab, terbukti secara pasti bagi orang-orang yang berakal, orang-orang musyrik di Mekah dan lainnya, bahwa dua hal yang sama dalam alasan hukum menurut dugaan. Oleh karena itu, harus sama pula dalam hukumnya. Kalau tidak, pastinya Allah tidak akan menyebutkan firman ini dengan bentuk seperti ini (hlm. 195-214)

 

Walhasil, semua yang tersebut dalam surat al-Muzzammil dan ayat-ayatnya adalah nasihat bagi orang yang bisa mengambil nasihat. Barangsiapa yang ingin beriman, menjadikan keimanan dan ketaatannya sebagai jalan menuju ridha Tuhannya dan rahmat-Nya, hendaklah dia berharap dan melakukannya. Karena Allah SWT telah menampakkan argumen-argumen dan dalil-dalil tersebut.

 

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melaksanakan apa yang diperintahkan, yakni shalat malam yang ada di awal surat. Kemudian kefardhuan shalat dengan ukuran yang berat ini dihapus oleh akhir surat. Wallahu a’lam.

 

Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.