Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 127: Pembangunan Fondasi Kabah

Sen, 24 Juni 2024 | 22:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 127: Pembangunan Fondasi Kabah

Ilustrasi Kabah. (Foto: NU Online/Freepik)

Sebagaimana diketahui bahwa Kabah adalah kiblatnya umat Islam saat melaksanakan shalat dan setiap waktu tak pernah sepi dikunjungi dalam rangka ibadah tawaf. Dalam sejarahnya, fondasi Kabah awalnya dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail seperti yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 127.

 

Berikut teks, terjemahan dan beberapa tafsiran ulama terhadap Surat Al-Baqarah ayat 127.

 

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 

Wa idz yarfa‘u ibrâhîmul-qawâ‘ida minal-baiti wa ismâ‘îl, rabbanâ taqabbal minnâ, innaka antas-samî‘ul-‘alîm

 

Artinya: “(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 127)

 

Muhasabah

Syekh Wahbah Az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Munir mengatakan bahwa setelah Allah mengingatkan bangsa Arab akan karunia yang diberikan kepada mereka berupa keutamaan-keutamaan Kabah, Allah kemudian mengingatkan bahwa orang yang membangun Kabah adalah kakek moyang mereka, yaitu Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail. Dengan ini, Allah sebenarnya ingin mengajak mereka agar meniru leluhur mereka yang saleh itu.

 

Perlu diketahui, Suku Quraisy merupakan keturunan Ibrahim dan Ismail dan mengklaim bahwa mereka memeluk millah (agama) Ibrahim. Suku-suku bangsa Arab yang lain mengikuti Quraisy dalam hal ini. (Syekh Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz I, hal. 312).

 


Ragam Tafsir

Ayat ini memuat bahasan utama perihal pembangunan fondasi Kabah yang pada waktu itu dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Menurut Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya, makna dari lafadz الْقَوَاعِدَ seperti yang beliau kutip dari pendapat Abu Ubaidah dan Al-Farra' adalah dasar-dasar (fondasi) Kabah. Sedangkan menurut Al-Kisa' i, makna dari lafadz, الْقَوَاعِدَ adalah dinding Kabah.

 

Lebih jauh, Imam Qurthubi juga mengatakan bahwa terdapat silang pendapat tentang sosok yang pertama kali membangun dan membina Kabah. Menurut satu pendapat, mereka adalah para malaikat. Diriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad dia berkata,

 

سُئِلَ أَبِي وَأَنَا حَاضِرٌ عَنْ بَدْءِ خَلْقِ الْبَيْتِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَالَ: [إِنِّي جاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً] قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ:[أَتَجْعَلُ فِيها مَنْ يُفْسِدُ فِيها وَيَسْفِكُ الدِّماءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ] فَغَضِبَ عَلَيْهِمْ، فَعَاذُوا بِعَرْشِهِ وَطَافُوا حَوْلَهُ سَبْعَةَ أَشْوَاطٍ حَتَّى يَسْتَرْضُونَ رَبَّهُمْ، وَقَالَ لَهُمُ: ابْنُوا لِي بَيْتًا فِي الْأَرْضِ يَتَعَوَّذُ بِهِ مَنْ سَخِطْتُ عَلَيْهِ مِنْ بَنِي آدَمَ، وَيَطُوفُ حَوْلَهُ كَمَا طُفْتُمْ حَوْلَ عَرْشِي، فَأَرْضَى عَنْهُ كَمَا رَضِيَتْ عَنْكُمْ، فَبَنَوْا هَذَا الْبَيْتَ

 

Artinya: “Ayahku ditanya tentang awal penciptaan Kabah dan saat itu aku berada di dekatnya. Ayahku berkata, 'Ketika Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 30  [إِنِّي جاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً] para malaikat berkata, 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau.’

 

Hal ini lantas membuat Allah murka kepada mereka, sehingga mereka pun mencari perlindungan dengan arasy-Nya dan tawaf mengelilinginya sebanyak tujuh putaran agar Tuhan mereka ridha kepada mereka, sampai Allah pun meridhai mereka.

 

Allah berfirman kepada mereka, “Bangunlah untuk-Ku sebuah rumah di bumi, yang mana rumah itu dapat dijadikan tempat berlindung oleh manusia yang Aku murkai, dan mereka pun dapat tawaf mengelilinginya sebagaimana kalian tawaf mengelilingi Arasy-Ku, sehingga aku akan ridha kepada mereka”. Maka para malaikat pun membangun Baitullah itu." (Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo, Darul Kutub Al-Mishriyyah: 1964], juz II, hal. 120).

 

Selain itu, Imam Qurthubi juga mengutip riwayat yang mengatakan bahwa sosok yang pertama kali membangun Kabah adalah Nabi Adam as. Abdurazzaq meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Atha', Ibnu Al Musayyib dan yang lainnya, bahwa Allah mewahyukan kepada Adam,

 

إِذَا هَبَطْتَ ابْنِ لِي بَيْتًا ثُمَّ احْفُفْ بِهِ كَمَا رَأَيْتَ الْمَلَائِكَةَ تَحُفُّ بِعَرْشِي الَّذِي فِي السَّمَاءِ

 

Artinya: "Jika engkau ke bumi, maka bangunlah sebuah rumah untuk-Ku kemudian kelilingilah ia sebagaimana Aku melihat para malaikat mengelilingi Arasy-Ku yang ada di langit." (Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi..., juz II, hal. 120).

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili, dalam Tafsir Al-Munir mengatakan, ayat ini mengajak kita untuk mengingat tentang kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail membangun fondasi Kabah. Keutamaannya terletak pada status keduanya sebagai nabi, di samping dipilihnya Kabah ini sebagai tempat beribadah di tengah negeri penyembah berhala.

 

Keutamaan Kabah juga bukan pada batunya, letak geografisnya, atau bahwa ia turun dari langit. Menghadap ke arahnya dianggap sama dengan menghadap kepada Allah yang tidak dibatasi oleh tempat maupun arah tertentu. Mengusap Hajar Aswad dihitung sebagai ibadah, sama seperti menghadap ke Kabah dalam shalat. Tidak ada keistimewaan pada zat Hajar Aswad itu sendiri. Ia sama dengan batu-batu yang lain.

 

Lebih jauh, Syekh Wahbah juga mengatakan bahwa Kabah dibangun dengan menggunakan tanah liat dan batu. Keadaannya tetap demikian sampai saat suku Quraisy memugarnya. Mereka membangunnya kembali dan meninggikannya 20 hasta dari permukaan tanah. Peletakan Hajar Aswad sendiri dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saat masih muda dan belum diangkat menjadi rasul. Mereka tidak memasukkan Hijr Ismail dalam bangunan Kabah di bagian utara karena kekurangan biaya.

 

Rasulullah sebenarnya pernah bermaksud merenovasi Kabah, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah, beliau bersabda,

 

لولا حداثة عهد قومك بالكفر، لنقضت الكعبة، ولجعلتها على أساس إبراهيم، فإن قريشا حين بنت الكعبة استقصرت، ولجعلت لها خلفا

 

Artinya: "Seandainya bukan karena kaummu masih belum lama meningalkan kekafiran, tentu aku sudah memugar Kabah dan mendirikannya lagi di atas fondasi lbrahim (sebab suku Quraisy dulu masih belum sempurna ketika membangun Kabah, dan tentu aku buat sebuah pintu belakang padanya!” (Syekh Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], juz II, hal. 286-287).

 

Menurut Imam Maturidi, dalam ayat ini, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diperintahkan oleh Allah untuk meninggikan fondasi Kabah. Setelah selesai, mereka kemudian berdoa kepada Allah agar amal mereka bisa diterima di sisi-Nya.

 

Lebih jauh, Imam Maturidi juga mengatakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut adalah perbuatan yang seyogianya ditiru oleh seorang hamba, yakni agar selalu berharap kepada Allah setelah selesai melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan-Nya, hal ini bertujuan agar ibadahnya bisa diterima. (Abu Mansur al-Maturidi, Ta’wilat Ahlissunnah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiah, 2005] juz I, hal. 564)

 

Dengan demikian, dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Surat Al-Baqarah Ayat 127 ini, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diperintahkan oleh Allah untuk meninggikan fondasi Kabah, lalu setelah mereka selesai, keduanya pun berdoa kepada Allah agar amal mereka diterima. Wallahu a’lam.

 

M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo