Tasawuf/Akhlak

Cara Membedakan Ilham Malaikat dari Bisikan Setan yang Masuk ke Dalam Hati

Kam, 13 Oktober 2022 | 18:30 WIB

Cara Membedakan Ilham Malaikat dari Bisikan Setan yang Masuk ke Dalam Hati

Setan dan malaikat dapat membisikkan sesuatu ke dalam hati manusia. Kita harus cermat membedakan bisikan keduanya

Sering tidak kita sadari bahwa hati kita mendapat banyak bisikan. Jumlahnya sangat banyak. Para ulama pendidik rohani menyebut, seharinya tidak kurang ada 70.000 bisikan. Sifatnya ada yang baik dan ada yang buruk. Pertanyaannya, dari mana saja bisikan hati berasal? Dan bagaimana membedakannya?  


Hal ini penting diketahui oleh setiap muslim, terutama oleh para salik atau penempuh jalan spiritual dan kebahagiaan akhirat. Tujuannya agar ia tidak terjerumus kepada  keburukan. Tidak terjebak oleh bisikan yang tampak baik, namun mengantarkan kepada kebinasaan, yang umumnya datang dari setan.  


Menurut para ulama ahli rohani, sumber bisikan hati ada empat.


Pertama, berasal dari nafsu. Bisikan ini  biasa disebut dengan hawa nafsu. Contohnya, saat berpuasa, sering terbisik dalam hati, “Di depanku ada air dingin, sedangkan hari sangat panas. Tepat rasanya, jika air itu diminum sekarang.”  Keinginan nafsu kita tentu ingin meminumnya. Itu adalah bisikan. Dari mana datangnya?  Datangnya dari nafsu, dari keinginan nafsu, dan dari kecenderungan nafsu.   


Kedua, bersumber dari setan. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Setan selalu membisiki hati bani Adam. Jika bani Adam berzikir kepada Allah, maka ia bersembunyi dalam hatinya. Dan ketika ia lupa kepada-Nya, setan kembali menggodanya.” Bisikan yang bersumber dari setan ini disebut dengan waswas, sebagaimana firman Allah, Dari kejahatan (wawas) setan yang biasa bersembunyi, (Q.S. al-Nas [114]: 4).    


Ketiga, bersumber dari malaikat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Suyuthi, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya setan memiliki lammah (bisikan) terhadap bani Adam. Demikian pula malaikat. Bisikan setan mendorong kepada keburukan dan mendustakan kebenaran, sedangkan lammah (bisikan) malaikat  mendorong kepada kebaikan dan membenarkan kebenaran.    


Bagaimana bentuk bisikan malaikat? Bisikan malaikat seperti nasihat  seorang teman atau seorang guru. Ia mengatakan, “Nasihatku padamu adalah lakukan ini dan ini.” Seperti itulah bisikan malaikat.


Keempat, bisikan langsung dari Allah yang diberikan kepada hati seorang hamba. Pada hakikatnya, semua bisikan berasal dari Allah yang diturunkan sebagai cobaan, ujian, anugrah, dan karunia. Namun, ada bisikan yang langsung diberikan Allah dari keluhuran-Nya kepada hati orang mukmin. Bisikan itu kemudian disebutkan dengan ilham. Dalam al-Quran disebutkan, Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, (Q.S. al-Syams [91]: 7-8). 


Selanjutnya, bagaimana kita membedakan baik dan buruknya bisikan hati? Ada beberapa timbangan untuk membedakannya.


Pertama, timbangan syariat. Bisikan apa pun yang masuk ke dalam hati Anda, maka hadapkanlah pada timbangan syariat. Apakah menurutnya, baik atau buruk? Apakah ia termasuk perkara wajib? Maka wajib pula memenuhi bisikan itu. Jika bisikan itu termasuk perkara sunah, maka bersungguh-sungguh memenuhinya.


Bagaimana jika bisikan itu termasuk perkara mubah? Jawabannya, bila Anda mampu mengikatnya dengan niat yang baik dan mampu mengantarkan Anda lebih dekat kepada Allah, maka berusahalah. Sedangkan jika bisikan itu termasuk perkara makruh, jauhilah, sebab Anda adalah seorang yang menempuh jalan Allah.


Kedua, hadapkanlah bisikan hati Anda pada timbangan perjalanan orang-orang saleh terdahulu (salafus shalih). Jika ada satu permasalahan, maka lihatlah apakah ia dianggap baik oleh orang-orang terdahulu, atau tidak?


Ini artinya, Anda perlu membaca kisah perjalanan hidup orang-orang saleh. Anda harus memiliki beberapa buku atau kitab, salah satunya kitab Shafwah al-Shafwah karya al-Hafizh Ibnu al-Jauzi. Dengan membaca kitab-kitab tentang orang saleh, Anda akan memiliki satu kemampuan untuk menghubungkan antara bisikan yang datang ke dalam hati dan perjalanan baik yang biasa ditempuh  orang-orang saleh terdahulu.    


Ketiga, hadapkanlah bisikan hati Anda kepada nafsu Anda. Jika Anda mendapati nafsu cenderung kepada bisikan itu, menghadap kepadanya, menuju kepadanya, tanpa menggubris nasihat, petunjuk, atau aturan syariat, singkatnya nafsu condong dan mendorong kepadanya, maka biasanya bisikan itu buruk.


Sebaliknya, jika Anda mendapati nafsu Anda merasa berat terhadap bisikan yang ada dalam hati Anda, mundur darinya, kerepotan dalam memenuhi panggilannya, maka bisikan yang tak didukung oleh nafsu tersebut biasanya adalah bisikan baik.


Adapun dalil atas hal itu adalah firman Allah melalui lisan istri al-‘Aziz, Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku, (Q.S. Yusuf [12]: 53). 


Dengan demikian, banyak sekali bisikan yang masuk ke dalam hati. Artinya, kita harus berusaha  memperhatikan dan membedakan bisikan-bisikian itu: baik atau buruk. Simak yang baik-baik dan turuti keinginannya. Palingkan bisikan-bisikan buruk, jauhi dan hentikan suara-suaranya. Wallahu a’lam.


Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.