Ini Jalan Tak Terduga Menuju Allah Menurut Ibnu Athaillah
NU Online ยท Selasa, 26 September 2017 | 09:01 WIB
Artinya, โKerapkali Allah membuka pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan pintu penerimaannya. Namun terkadang Dia menakdirkanmu sebuah dosa, dan itu menjadi wasilahmu sampai ke hadirat-Nya.โ
Bagaimana maksud hikmah dari Syekh Ibnu Athaillah ini? Syekh Syarqawi mencoba memahami catatan Syekh Ibnu Athaillah dengan uraian berikut ini.
Artinya, โItu terjadi karena ketaatan kita kerapkali disertai dengan bencana yang mencederai keikhlasan seperti takjub atas amal, pengandalan amal, perendahan (dalam hati) terhadap orang yang tidak mengamalkan ketaatan itu. Ini mencegah penerimaan amal. Sementara dosa seseorang yang disertai dengan penyandaran diri dan permohonan ampunan kepada Allah, perendahan terhadap diri sendiri, dan penghormatan terhadap mereka yang tidak melakukannya, menjadi sebab datangnya maghfirah dan wasilahnya sampai ke hadirat-Allah,โ (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Indonesia, Daru Ihayaโil Kutubil Arabiyah, juz I, halaman 72).
Bagi Syekh Syarqawi, amal ibadah bukan sekadar lahir. Amal ibadah mencakup lahir dan batin. Artinya, ketika seseorang melakukan shalat, puasa, zakat, haji, atau umrah, maka batinnya juga harus ikut beribadah dalam bentuk penahanan diri dari sifat tercela yaitu ujub, tinggi hati, dan merendahkan orang lain yang tidak mengamalkan ibadah itu. Orang yang beribadah secara lahiriyah saja belum sampai kepada Allah seperti keterangan Syekh Zarruq berikut ini.
Artinya, โBagi saya, amal ketaatan itu adalah sebuah anugerah Allah. Sedangkan penolakan Allah atas amal itu adalah bentuk penahanan-Nya yang disertai anugerah. Tetapi anugerah yang disertai penolakan berubah menjadi penahanan karena apalah artinya sebuah amal ketaatan tanpa penerimaan?โ (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 96).
Di sisi lain, kejatuhan seseorang pada sebuah kesalahan dan maksiat yang membuatnya tak percaya diri di hadapan Allah dan membuatnya berhenti dari penghinaan terhadap orang lain, membuka jalan baru baginya untuk sampai kepada Allah sebagaimana disinggung Syekh Burhanuddin Al-Hanafi berikut ini.
Artinya, โLebih dari itu, Allah menakdirkanmu sebuah dosa dan menjadikannya sebagai wasilah bagimu untuk sampai di hadirat-Nya karena kesombongan dan pamer orang yang beramal kepada Allah, kefakiran orang yang bermaksiat dan perendahan diri di hadapan-Nya. pasalnya, mahar atas penampakan pengantin-pengantin perawan itu adalah kefakiran, kerendahan, dan tak punya kepercayaan diri (di hadapan-Nya). Renungkanlah bagian ini,โ (Lihat Syekh Burhanuddin Al-Hanafi As-Syadzili, Ihkamul Hikam fi Syarhil Hikam, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2008 M/1429 H, halaman 77).
Penting untuk dicatat bahwa uraian ini jangan dipahami sebagai anjuran untuk berhenti beribadah secara lahiriah atau anjuran untuk berbuat dosa. Uraian ini merupakan buah perenungan Syekh Ibnu Athaillah sebagai koreksi atas sebagian dari kita yang tidak lagi membutuhkan rahmat Allah dan menjadi tinggi hati bahkan cenderung memandang rendah mereka yang tidak beramal seperti kita.
Pada hikmah ini Syekh Ibnu Athaillah mendorong kita untuk menyempurnakan ibadah lahir dengan ibadah batin. Murid Syekh Abul Abbas Al-Mursi ini mengajak kita semua untuk merendahkan diri di hadapan Allah, memperbaiki diri, menghargai orang lain, dan memandang mereka dengan pandangan rahmat. Wallahu aโlam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua