Tasawuf/Akhlak

Keistimewaan Sujud menurut Imam Al-Ghazali

Ahad, 14 Februari 2021 | 15:00 WIB

Keistimewaan Sujud menurut Imam Al-Ghazali

Sujud merupakan ibadah istimewa. Sujud merupakan bentuk ketaatan paling nyata kepada Allah.

Imam Al-Ghazali menjelaskan kedekatan Allah dan hamba-Nya pada saat sujud sebagaimana keterangan dalam hadist Nabi Muhammad SAW riwayat HR Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Imam Al-Ghazali mengutip Al-Qur’an dan hadits yang menyebutkan hubungan sujud dan kedekatan Tuhan-hamba-Nya.


Imam Al-Ghazali mengutip Surat Al-Alaq ayat 19 sebagai berikut:


وَٱسْجُدْ وَٱقْتَرِب


Artinya, “Sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan),” (Surat Al-Alaq ayat 19).


Imam Al-Ghazali juga mengutip hadits riwayat HR Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasa’i sebagai berikut:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ


Artinya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu,’” (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).


Sujud merupakan ibadah istimewa. Sujud merupakan bentuk ketaatan paling nyata kepada Allah. Sujud ini pula (meski bentuknya berbeda) yang membedakan hamba yang taat, yaitu malaikat dan hamba durhaka, yaitu Iblis.


Allah membuka momentum kedekatan dengan hamba-Nya terutama pada saat mereka melakukan sujud. Allah memberikan rahmat-Nya paling dekat saat di mana hamba-Nya tengah bersujud. Kedekatan Allah ini dapat dirasakan oleh hamba-Nya sebagaimana penjelasan Imam Al-Ghazali berikut ini:


فالساجد إذا أذيق طعم السجود يقرب لأنه يسجد ويطوي بسجوده بساط الكون ما كان وما يكون ويسجد على طرف رداء العظمة فيقرب


Artinya, “Orang yang bersujud ketika dicicipkan kepadanya rasa manisnya sujud akan merasa dekat dengan Allah. Dengan sujudnya, ia melipat hamparan jarak alam raya. Dengan demikian ia bersujud di atas hamparan salah satu sudut keagungan Allah sehingga ia menjadi dekat,” (Imam Al-Ghazali, Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatus Salikin, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 87).


Imam Al-Ghazali memaknai sujud sebagai ibadah istimewa yang menghapus “jarak” Allah dan hamba-Nya. Imam Al-Ghazali menganalogikan sujud dengan lorong waktu dan tempat yang “mendekatkan” Allah (yang maha suci dari tempat dan waktu) dan hamba-Nya.


Keistimewaan sujud ini yang juga membuat ibadah shalat menjadi istimewa. Dengan keistimewaan ini, tidak heran kalau Rasulullah SAW menjadikan ibadah shalat sebagai puncak kesenangan dan kebahagiannya sebagaimana sabda Rasulullah yang mengatakan shalat sebagai kesenangannya karena shalat menjadi penyambung dirinya dan Allah SWT, momentum munajat, dan jalan pengangkatan derajat. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)