Makrifatullah bentuk ketakziman di dalam hati yang mencegah seseorang dari kekufuran dan penyerupaan Tuhan (tasybih)
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Imam Al-Qusyayri dalam kitab risalahnya yang terkenal menyebut keutamaan makrifatullah dalam pengertian ilmu tauhid atau ilmu kalam. Dari makrifatullah inilah jin dan manusia dapat memberikan sifat ubudiyah keduanya kepada Zat yang berhak dan melaksanakan amal saleh lainnya.
Dengan meminjam pendapat Ibnu Abbas, ia menyebut makrifatullah dalam pengertian ilmu tauhid atau ilmu kalam sebagai tujuan penciptaan manusia dan kemudian dilanjutkan dengan ibadah sebagai turunannya.
سمعت أبا حاتم الصوفي، يقول: سمعت أبا نصر الطوسي يقول: سئل رُويم عن أول فرض افترضه الله عزَّ وجلَّ على خلقه ما هو؟ فقال: المعرفة؛ لقوله جلَّ ذكره: " وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون " . قال ابن عباس: إلا ليعرفون.
Artinya, “Hatim As-Shufi mendengar Abu Nashr At-Thusi mengatakan bahwa ketika ditanya perihal kewajiban pertama Allah atas makhluk-Nya, Ruaim menjawab, ‘Makrifat,’ karena firman Allah, ‘Wa mā khalaqtul jinna wal insa illā li ya‘budūn.’ Ibnu Abbas menafsirkan ‘li ya‘budūn’ dengan ‘illā li ya‘rifūn.’” (Al-Imam Abul Qasim, Abdul Karim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 5).
Menurut Imam Al-Junaid, yang diperlukan terutama sekali adalah makrifat makhluk terhadap Penciptanya. Makhluk seperti jin dan manusia juga berkepentingan untuk mengetahui sifat qadim Pencipta dan sifat hadits makhluk. Dengan demikian, ia akan menyematkan sifat ilahiyah dan kekuasaannya pada Zat yang berhak menerimanya. (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: halaman 5).
Abu Thayyib mengatakan, akal mengandung petunjuk, hikmah mengandung isyarat, dan makrifat mengandung kesaksian. Akal memberi petunjuk, hikmah memberi isyarat, dan makrifat member saksi bahwa kemurnian sifat ubudiyah hanya didapat dengan kemurnian tauhid.
Abu Bakar Az-Zahir Abadi ketika ditanya perihal makrifat menjawab bahwa makrifatullah adalah sebuah sebutan yang pengertiannya adalah bentuk ketakziman di dalam hati yang mencegah seseorang dari kekufuran dan penyerupaan Tuhan dengan makhluk-Nya (tasybih). Wallahu a‘lam.
Penulis: Alhafiz Kurniawan
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia Hadapi Yordania di Piala Asia U-23 2024
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Usai Gowes 90 KM, Rombongan GP Ansor Ziarah Makam Mama Cibogo di Cibarusah
6
Tari Sufi Sambut Peserta Gowes Ansor di Makam Mama Cibogo Cibarusah Bekasi
Terkini
Lihat Semua