M Ryan Romadhon
Kolomnis
Pendidikan akhlak merupakan kumpulan prinsip dan nilai moral yang perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Tujuannya adalah agar nilai-nilai tersebut menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga anak mampu mempraktikkannya saat memasuki masa baligh dan perlahan beranjak dewasa.
Prinsip dan nilai moral ini sejatinya merupakan buah dari keimanan yang kokoh serta pemahaman agama yang benar. Anak yang dibesarkan dengan iman kepada Allah, diajarkan untuk selalu takut kepada-Nya, merasa diawasi oleh-Nya, bersandar pada-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan berserah diri kepada-Nya dalam setiap situasi, cenderung memiliki kemampuan untuk menerima dan mengejar standar moral, nilai luhur, dan akhlak yang terpuji.
Hal ini terjadi karena agama yang menjadi dasar kepribadiannya, pengawasan Allah yang tertanam dalam hatinya, serta introspeksi yang mendalam akan menjadi benteng yang kuat. Benteng ini melindungi anak dari sifat buruk, kebiasaan tercela, dan tradisi jahiliyah yang merusak.
Sebaliknya, anak akan terbiasa menerima kebaikan, menjadikan kemuliaan sebagai bagian dari kepribadiannya, serta menonjolkan nilai-nilai akhlak mulia sebagai sifat dasarnya.
Pernyataan ini didukung oleh keberhasilan pengalaman nyata dari orang tua yang taat beragama dalam mendidik anak-anak mereka, serta para pendidik dan pembimbing yang berhasil menanamkan nilai-nilai luhur kepada murid dan pengikutnya.
Peran Ayah dalam Menumbuhkan Karakter Anak yang Berakhlak Mulia
Baca Juga
Hukum Menikahi Anak Tiri dan Ibu Tiri
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya, termasuk memastikan semua kebutuhannya terpenuhi. Mereka rela berjuang sekuat tenaga demi kebahagiaan dan kesejahteraan sang anak.
Dalam filosofi Jawa terdapat ungkapan "Tega larane ora tega pathine", yang berarti "rela melihat anak menderita, tetapi tidak sampai hati melihatnya binasa." Filosofi ini menggambarkan keinginan orang tua untuk terus membahagiakan anaknya. Meski mungkin tidak mampu membahagiakan secara sempurna, orang tua tetap berusaha agar anaknya tidak hidup dalam kesengsaraan.
Dalam Islam, yang merupakan agama rahmatan lil 'alamin, prinsip ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur Islam. Islam memberikan legitimasi kepada ayah dan laki-laki dalam garis keluarganya, seperti kakek, untuk mendidik dan mengarahkan anak atau cucu mereka.
Baca Juga
Doa untuk Meredakan Tangisan Anak
Seorang ayah dalam Islam memiliki wewenang untuk:
- Mengelola harta anaknya.
- Menikahkan anaknya.
- Memberikan pendidikan tentang ibadah yang sifatnya fardu ‘ain (kewajiban individu).
- Mengajarkan etika dan akhlak mulia.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, dalam kitabnya Tarbiyyatul Aulad fil Islam, menjelaskan bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan anak, khususnya dalam aspek moral dan akhlak. Tanggung jawab utama dalam hal ini disandarkan pada kedua orang tua, terutama seorang ayah.
Lebih lanjut, Dr. Abdullah menyebutkan beberapa hadis yang menegaskan peran ayah dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia. Berikut beberapa hadits yang relevan:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
Artinya: “Tidak ada pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik dari tata krama (budi pekerti) yang baik.” (HR. at-Tirmidzi)
Dari Ibnu Abbas ra., dari Rasulullah bersabda,
أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ
Artinya: “Muliakan anak-anak kalian, dan baguskan tatakramanya.” (HR. Ibnu Majah)
Abdur-Razzaq, Said bin Manshur dan lainnya meriwayatkan sebuah hadits yang berasal Ali ra., bahwa Nabi saw. telah bersabda,
عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَهْلِيكُمُ الخَيْرَ وَأَدْعُوهُمْ
Artinya: “Ajarkan kebaikan kepada anak-anak dan keluargamu, dan didik mereka dengan tata karma (budi pekerti) yang baik.”
Dari Ibnu Abbas ra., dari Rasulullah saw., beliau bersabda,
مِنْ حَقِّ الوَلَدِ عَلَى الْوَالِدِ أَنْ يُحْسِنَ أَدَبَهُ وَيُحْسِنَ اسمه
Artinya: “Di antara hak anak kepada orang tuanya adalah hendaknya (si anak) dididik dengan tata karma yang baik dan diberi nama yang baik.” (HR. al-Baihaqi)
Dari hadits-hadits tersebut, Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyimpulkan bahwa para pendidik, terutama orang tua, memikul tanggung jawab besar untuk mendidik anak-anaknya dalam kebaikan dan membentuk akhlak mereka berdasarkan nilai-nilai moral Islam.
Beliau juga menekankan bahwa tanggung jawab ini sangat luas, mencakup segala aspek yang berhubungan dengan kebaikan jiwa anak, meluruskan penyimpangan, mengangkat mereka dari kerendahan, serta memperindah hubungan mereka dengan orang lain.
Orang tua bertanggung jawab untuk membentuk akhlak anak-anak sejak dini, termasuk:
- Membiasakan mereka bertindak jujur, amanah, lurus, mendahulukan kepentingan orang lain, membantu mereka yang kesulitan, menghormati yang lebih tua, memuliakan tamu, berbuat baik kepada tetangga, dan mencintai sesama.
- Membersihkan lidah mereka dari ucapan kotor, hinaan, makian, dan segala perkataan yang menunjukkan keburukan akhlak dan kurangnya adab.
- Menjauhkan mereka dari hal-hal yang tercela, adat yang rendah, akhlak buruk, serta segala tindakan yang merendahkan harga diri, kemuliaan, dan martabat mereka.
Membiasakan anak-anak peka terhadap nilai-nilai humanis, seperti menyayangi anak yatim, membantu fakir miskin, dan mengasihi janda-janda serta orang yang membutuhkan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Tarbiyyatul Aulad fil Islam (Mesir: Darus Salam, 1412 H, hal. 181-182), Dr. Abdullah menegaskan bahwa membentuk karakter anak yang berakhlak mulia adalah salah satu tanggung jawab utama orang tua.
Dari paparan di atas, peran ayah dalam menumbuhkan karakter anak yang berakhlak mulia sangatlah penting, meliputi:
1) Memberikan Pendidikan Agama
Apabila tidak memungkinkan melakukannya sendiri, orang tua dapat mendatangkan guru agama untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada anak.
2) Menjadi Teladan dalam Akhlak
Membiasakan anak sejak kecil untuk bertindak jujur, amanah, mendahulukan kepentingan orang lain, menghormati orang yang lebih tua, memuliakan tamu, berbuat baik kepada tetangga, serta mencintai sesama.
3) Meningkatkan Literasi Anak
Menyediakan buku-buku berkualitas, khususnya yang berisi tema akhlak dan nilai-nilai moral, untuk memperluas wawasan dan memperkuat karakter anak.
Sebagai kesimpulan, peran orang tua, terutama ayah, dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia sangatlah krusial dan menyeluruh, mencakup pendidikan agama, keteladanan dalam perilaku, serta upaya meningkatkan literasi moral anak.
Dengan membimbing anak untuk memiliki nilai-nilai kejujuran, amanah, kepedulian, dan kebaikan hati, serta menjauhkan mereka dari perilaku tercela, orang tua tidak hanya membangun fondasi akhlak mulia, tetapi juga mempersiapkan anak menjadi pribadi yang berkontribusi positif bagi keluarga, masyarakat, dan agama. Wallahu a'lam.
M. Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Pramoedya Ananta Toer, Ayahnya, dan NU Blora
2
Khutbah Jumat: Cara Meraih Ketenangan Hidup
3
Munas NU 2025 Putuskan 3 Hal tentang Penyembelihan dan Distribusi Dam Haji Tamattu
4
Gus Baha: Jangan Berkecil Hati Jadi Umat Islam Indonesia
5
Khutbah Jumat: Etika Saat Melihat Orang yang Terkena Musibah
6
Munas NU 2025: Hukum Kekerasan di Lembaga Pendidikan adalah Haram
Terkini
Lihat Semua