Bahtsul Masail

Hukum Menganiaya Anjing

Sab, 20 Februari 2021 | 08:00 WIB

Hukum Menganiaya Anjing

Anjing celakanya seakan musuh bebuyutan dan hewan terkutuk. Setiap kali masuk kampung anjing mesti dikejar-kejar penduduk.

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Redaksi NU Online, anjing sebagaimana kita ketahui merupakan hewan yang diharamkan untuk dimakan. Celakanya, anjing seakan menjadi musuh bebuyutan dan hewan terkutuk yang harus dibasmi. Setiap kali masuk kampung anjing mesti dikejar-kejar penduduk. Belakangan seorang yang dianggap ustadz dengan bangga menyatakan telah menabrak secara sengaja dengan mobilnya. Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Muhammad/Bekasi).


Jawaban

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Pada prinsipnya, Islam melarang penganiayaan terhadap binatang jenis apapun. Islam menjamin hak hidup binatang-binatang sebagai ciptaan Allah. Manusia tidak berhak menyakiti atau bahkan menghilangkan nyawa binatang.


Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Muslim melarang manusia untuk menjadikan nyawa binatang sebagai taruhan atau permainan:


وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ  “لَا تَتَّخِذُوا شَيْئاً فِيهِ اَلرُّوحُ غَرَضًا” رَوَاهُ مُسْلِمٌ


Artinya, “Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Jangan kalian menjadikan binatang bernyawa sebagai sasaran bulan-bulanan,’” (HR Muslim).


Imam An-Nawawi dalam syarah sahih Muslim-nya mengatakan, larangan pada hadits ini bermakna pengharaman bagi umat Islam menganiaya binatang.


Adapun terkait anjing, Ibnu Abdil Barr dari mazhab Maliki menyatakan bahwa penganiayaan terhadap anjing juga diharamkan. Sebaliknya, kebaikan terhadap anjing juga mengandung anjuran dan ganjaran pahala:


قد يكون في التقصير في الإحسان إلى الكلب لأنه قانع ناظر إلى يد متخذه ففي الإحسان إليه أجر كما قال صلى الله عليه وسلم في كل ذي كبد رطبة أجر وفي الإساءة إليه بتضييقة وزر


Artinya, “Terkadang terjadi kelalaian untuk berbuat baik terhadap anjing. Hal ini cukup dilihat dari tangan orang yang memeliharanya. Berbuat baik terhadap anjing bernilai pahala sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ‘Pada setiap limpa yang basah terdapat pahala.’ Berbuat jahat dengan kezaliman tertentu terhadap anjing bernilai dosa,” (Lihat Ibnu Abdil Barr, Al-Istidzkar Al-Jami‘ li Madzahibi Fuqaha’il Amshar, [Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cetakan pertama, juz XXVII, halaman 194).


Meski demikian, tentu saja binatang yang seperti apa yang harus diperlakukan dengan baik. Ulama dari Mazhab Syafi’i membagi tiga kategori anjing. Tiga kategori dapat dijadikan acuan dalam menyikapi anjing di sekitar manusia.


واعلم أن الكلب ينقسم إلى ثلاثة أقسام عقور وهذا لا خلاف في عدم احترامه وندب قتله وما فيه نفع من اصطياد أو حراسة وهذا لا خلاف في احترامه وحرمة قتله وما لا نفع فيه ولا ضرر وهذا فيه خلاف ومعتمد الرملي فيه أنه محترم


Artinya, “Anjing terbagi tiga jenis. Pertama, anjing (galak) yang suka mengigit. Ulama tidak berkhilaf terkait ketidakhormatannya dan anjuran untuk membunuhnya. Kedua, anjing yang bermanfaat untuk berburu dan menjaga. Ulama tidak berkhilaf terkait kehormatannya dan keharaman untuk membunuhnya. Ketiga, anjing yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat. Ulama berbeda pendapat perihalnya. Pandangan Ar-Ramli mengatakan, anjing jenis ini harus dijaga kehormatannya,” (Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi, I'anatut Thalibin [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz IV, halaman 120).


Dari berbagai keterangan di atas, kita pertama harus membedakan keharaman dan najis anjing serta perlakuan manusia terhadapnya. Keharaman anjing jelas mencegah kita untuk mengonsumsinya. Najis anjing mengharuskan kita untuk menyucikannya sebagaimana pedoman dalam kitab-kitab fiqih.


Adapun perlakuan dan sikap manusia terhadap anjing dalam Islam mengharuskan manusia untuk berbuat baik kepadanya sebagaimana hak hidupnya yang dijamin dalam syariat baik perawatan minumnya maupun sikap adil terhadapnya, bukan menganiaya atau membunuhnya. 


Kami juga menyarankan masyarakat untuk menimba informasi kepada ahli fiqih atau mengingat kembali terkait cara bersuci dari najis anjing di badan, pakaian, dan di tempat lain di rumah.


Demikian jawaban singkat kami, semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.


Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)