Bahtsul Masail

Ibadah Haji dengan Tujuan Ingin Dipanggil Pak Haji

Kam, 26 Januari 2023 | 15:30 WIB

Ibadah Haji dengan Tujuan Ingin Dipanggil Pak Haji

Ibadah haji (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Assalamu alaikum wr. wb

Yth. Redaktur NU Online, saya izin bertanya, bagaimana hukum pergi haji kalau tujuannya cuma buat cari gelar, seperti ingin dipanggil “Pak Haji” atau “Bu Hajah?” Mohon penjelasannya. Terima kasih. (Hamba Allah).


Jawaban

Wa’alaikum salam wr. wb

Penanya yang budiman, semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt dan diberikan kekuatan untuk terus beribadah kepada-Nya. Setiap ibadah harus dilakukan dengan niat ikhlas dan murni karena Allah semata, bukan karena yang lainnya, termasuk ibadah haji. Orang yang menunaikannya harus murni karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan panggilan ‘Pak Haji’ atau ‘Bu Hajah’. Hal ini sebagaimana firman Allah:


وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ


Artinya, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS Al-Baqarah [2]: 196).


Syekh Nawawi Banten dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa ayat di atas menjelaskan perihal kewajiban menyempurnakan semua rukun-rukun dan syarat-syarat ibadah haji dan umrah, juga menjauhi semua hal-hal yang diharamkan saat menunaikannya. Semua itu harus dilakukan dengan tulus ikhlas, murni untuk beribadah kepada Allah semata, tanpa dicampur dengan tujuan-tujuan duniawi. (Syekh Nawawi Banten, Mirah Labid li Kasyfi Ma’nal Qur’anil Majid, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1417 H], juz I, halaman 65).


Senada dengan pendapat tersebut, Syekh Sulaiman bin Umar al-Bujairami asy-Syafi’i (wafat 1221 H) dalam kitabnya menjelaskan sebab adanya kata “lillah” pada ayat di atas adalah sebagai bentuk isyarah bahwa ibadah haji dan umrah harus dilakukan dengan niat yang ikhlas. Sebab, tidak sedikit dari orang-orang yang menunaikan ibadah haji dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain,


قوله (وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ) إِنَّمَا أُتِيَ بِلَفْظِ لِلهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ يُطْلَبُ فِيْهِمَا إِخْلَاصُ النِّيَةِ، وَذَلِكَ لِأَنَّ الْغَالِبَ فِيْهِمَا الرِّيَاءُ وَالسُّمْعَةُ. قَالَ الدَّمِيرِيُّ: وَيَجِبُ عَلَيْهِ تَصْحِيحُ النِّيَّةِ فِيهِمَا، وَهُوَ أَنْ يُرِيدَ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ


Artinya, “(Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah) sebab adanya lafal “lillah-karena Allah” (pada ayat tersebut), sebagai bentuk isyarah diharuskannya niat ikhlas ketika menunaikan ibadah haji dan umrah. Hal itu disebabkan, karena pada umumnya dalam keduanya terdapat tujuan ingin dipuji dan pamer. Imam ad-Darimi berkata: wajib bagi orang yang beribadah haji untuk membenarkan niat dalam menunaikan keduanya, yaitu dengan bertujuan karena Allah semata.” (Syekh Bujairami, Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khatib, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz III, halaman 181).


Pendapat di atas berdasarkan salah satu hadits Rasulullah, ia mengatakan:


يَأْتِي على النَّاسِ زَمَانٌ يحجُّ أغنياؤهُم للنّزْهَةِ وَأَوْسَاطُهُمْ للتّجَارَةِ وَأَغْلَبُهُمْ للرِّيَاءِ والسُّمْعَةِ وفُقَرَاؤُهُمْ للمَسْأَلَةِ


Artinya, “Akan datang pada manusia suatu masa, di mana orang-orang kaya menunaikan ibadah haji untuk berwisata, orang-orang menengah untuk berdagang, orang-orang pandai untuk mendapatkan pujian dan pamer, dan orang-orang fakir untuk meminta-minta.” (HR Anas bin Malik).


Dengan demikian, dapat dipahami bahwa meluruskan niat dalam beribadah sangatlah penting, khususnya ibadah haji. Orang-orang yang hendak menunaikan ibadah haji tidak seharusnya memiliki tujuan untuk mendapatkan gelar “Pak Haji” atau “Bu Hajah” karena dengan tujuan tersebut, menunjukkan bahwa dirinya tidak ikhlas dalam beribadah, dan pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa dari ibadah hajinya.


Berkaitan dengan hal ini, Syekh az-Zarnuji dalam kitabnya menjelaskan tentang amal ibadah yang sekilas terlihat akhirat (berpahala), namun menjadi perbuatan dunia saja dan tidak berpahala disebabkan niat yang jelek. Dalam kitabnya disebutkan:


“Betapa banyak amal perbuatan yang sekilas tampak berupa perbuatan dunia (tidak berpahala), namun menjadi perbuatan akhirat disebabkan niat yang benar. Seperti makan, minum, dan tidur. Sekilas terlihat perbuatan dunia saja, namun bisa menjadi perbuatan akhirat jika disertai dengan niat agar bisa kuat ketika melakukan ibadah.


Betapa banyak pula, amal ibadah yang sekilas tampak berupa perbuatan akhirat, namun menjadi perbuatan dunia saja (tidak berpahala) disebabkan niat yang tidak benar, seperti amal ibadah yang dilakukan karena ingin dipuji.” (Syekh az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariqat Ta’allum, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 2010], halaman 26).


Dari beberapa penjelasan di atas, tidak seharusnya bagi orang yang hendak menunaikan ibadah haji memiliki tujuan untuk sekadar mendapatkan gelar “Pak Haji” atau “Bu Hajah” karena tujuan tersebut bisa menjadi penyebab tidak diterimanya ibadah haji. Ibadah haji harus dilakukan dengan ikhlas dan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah saja, bukan yang lainnya.


Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Kami juga menerima saran dan masukan. Terima kasih.


Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq.

Wassalamu alaikum wr wb.


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur