Pada saat ini, salah satu dari kita dianjurkan untuk berpidato dan mengucapkan kalimat berikut ini:
Man kâna ya‘budu Muhammadan, fa inna Muhammadan qad mâta. Wa man kâna ya‘budullâha fa innallâha hayyun lâ yamûtu.
Artinya, “Siapa yang menyembah Muhammad, sungguh Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah zat yang hidup, takkan mati.”
Tentu saja, kita harus mengganti nama Nabi Muhammad SAW dengan tokoh atau guru bangsa yang wafat di daerat kita. Hal ini didasarkan pada riwayat Abu Bakar As-Shiddiq ketika Rasulullah SAW wafat sebagai hadits berikut ini:
Artinya, “Kami diriwayatkan di dalam hadits shahih yang masyhur dalam khutbah Abu Bakar As-Shiddiq RA pada hari wafat Rasulullah SAW. Isi khuthbahnya, ‘Siapa yang menyembah Muhammad, sungguh Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah zat yang hidup, takkan mati,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 264).
Selain itu, orang yang berpidato juga diminta mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dengan harapan masyarakat mendapatkan tokoh anutan yang baru. Orang yang berpidato dianjurkan untuk mengajak masyarakat untuk meneladani tokoh tersebut. Orang yang berpidato ada baiknya menasihati masyarakat dengan kalimat berikut ini:
‘Alaikum bittiqâ’illâh wahdahû lâ syarîka lah, wal waqâri was sakînah hattâ ya’tiyakum amîrun fa innamâ ya’tîkumul ân.
Artinya, “Kalian wajib bertakwa kepada Allah yang maha esa, tiada sekutu baginya, dan wajib tenang dan tenteram sehingga datang pemimpin baru bagimu.”
Keterangan ini bisa didapat pada riwayat Imam Bukhari dan Shahih Muslim yang dikutip Imam An-Nawawi berikut ini:
Artinya, “Kami diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah bahwa pada hari wafat penguasa Bashrah dan Kufah Al-Mughirah bin Syu‘bah, Jarir berdiri, berpidato yang diawali dengan tahmid dan memuji Allah, lalu berkata, ‘Kalian wajib bertakwa kepada Allah yang maha esa, tiada sekutu baginya, dan wajib tenang dan tenteram sehingga datang pemimpin baru bagimu. Sungguh, telah datang pemimpin baru kalian sekarang,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 264). Wallahu a’lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua